Farida Hanum

Orang ndeso yang punya angan-angan jadi penulis....

Selengkapnya
Navigasi Web
TUHAN TOLONG HAPUS AIR MATAKU (1)

TUHAN TOLONG HAPUS AIR MATAKU (1)

(1)

Ibuku Malang Ibuku Sayang

Nama saya Maira, tepatnya Maira Damayanti memiliki keluarga kecil yang bahagia, suami Beny Pamungkas adalak sosok pria yang romantis dan penuh dengan cinta, dengan tiga anak yang manis-manis dan tidak menyusahkan saya dan suami. serta bunda sosok wanita tua yang tak pernah lepas doa tulusnya untuk keluarga kecilku. Allah telah menganugerahkan kebahagiaan yang tak terhingga dalam keluarga kecilku. Apapun sudah terpenuhi. Secara materi hampir setiap keinginananku, suami, orang tua dan anak-anak pasti bisa tercukupi. Secara jabatan suamiku menempati posisi direktur di salah satu perusahaan ternama di Surabaya. Aku sendiri memimpin salah satu sekolah faforit di kotaku. Itu semua adalah wujud sayangnya Allah kepada keluarga kecilku. Kebahagiaan itu terus menyertai kehidupan kami hingga akhirnya ujian demi ujian mulai menghampiri keluargaku.

Bunda…sosok wanita tua yang telah lama merasakan asam garamnya kehidupan. Kondisi tubuhnya yang sudah dimakan usia, kini menurun drastis, makin melemah, nafasnya terengah-engah saat berjalan beberapa langkah. Tubuhnya yang sudah mulai renta tak tahan dengan pancaran sinar matahari. Kulitnya yang keriput makin nampak kerutan, tangannya yang cekatan saat muda kini berubah menjadi keras bak sebuah batang pohon. Kepalanya sering merasakan layaknya bumi berputar, tiba-tiba datang, tiba-tiba pergi. Saat diperiksakan ke dokter, tidak menunjukkan gejala sakit serius, ini hanya sakit bawaan orang tua, begitu yang selalu disampaikan oleh dokter. Tapi semakin hari, kondisi bunda semakin memprihatinkan. Sungguh…betapa malangnya nasib bundaku. Setelah ditinggal pergi bapak menghadap sang Ilahi, bunda makin terpuruk. Beliau belum siap ditinggalkan oleh bapak. Apalagi saat bapak dipanggil sang Kholiq dalam kondisi sehat-sehat saja. Tidak menunjukkan tanda-tanda sakit ataupun terlihat menurun kesehatannya. Bahkan saat-saat terakhir bunda sedang asyik bercanda dengan bapak sambil menikmati teh. Hal inilah yang menyebabkan bunda merasa sedih dan tidak siap ditinggalkan bapak sang suami tercinta. Akibatnya fisik bunda yang sudah melemah makin tak bertenaga.

Bunda tinggal bersebelahan dengan rumahku. Namanya juga orang tua, ketika diajak tinggal serumah dengan anaknya, tentu dia akan menolak. Entah karena takut ngerepoti anak, atau mungkin karena merasa gak enak kalau sama menantu. Yang jelas setiap orang tua pasti akan menolak, ketika harus diajak tinggal serumah dengan anak-anaknya. Karena diriku termasuk anak yang tertua maka aku dan suamilah yang rela membangun rumah di desa, demi untuk menemani orang tua.

“Pyarr!”, bruaakk!” terdengar suara piring dan sesuatu benda besar terjatuh.

“Bunda!!” spontan aku langsung berlari ke rumah bunda. Obat dari dokter yang kupegang langsung aku lempar.

Aku melihat bunda terjatuh, disebelahnya tampak gelas susu pecah berkeping-keping. Bunda tergeletak dengan kaki berlumuran darah, sepertinya kaki bunda terkena pecahan gelas. Aku segera mengangkatnya, menyandarkan di kursi. Sementara pecahan belingnya aku singkirkan terlebih dahulu. Bunda tampak meringis kesakitan tapi tetap menunjukkan senyum tipis di bibir tuanya.

“Bunda kenapa, kok terjatuh?”

“Tidak apa-apa kok nak, bunda hanya pusing sedikit”

Kulihat kaki bunda cukup banyak mengeluarkan darah. Aku segera mengambil kotak obat, kucari kapas untuk menghentikan pendarahan di kakinya. Kubersihkan dengan rivanol agar tidak infeksi dan kulabur dengan betadine, kemudian aku balut dengan kasa perban. Meskipun bunda tampak kesakitan tapi dia tetap menunjukan padaku bahwa dia kuat.

“Sudah nak, terima kasih, Alhamdulillah pusing bunda sudah hilang”.

“Bener bun, kan belum minum obat?”.

“Iya nak, sudah agak mendingan. Tadi tiba-tiba saja gelap dan kepala serasa berputar. InsyaAllah bentar lagi juga baikan”.

Aku biarkan bunda bersandar dikursi sambil memeluk bantal, aku menuju dapur membuatkan teh hangat untuk bunda minum obat. Sementara aku lirik bunda tetap dengan posisi memeluk bantal dan matanya terpejam.

“Bun…minum obat dulu ya” pintaku lirih.

“gak usah nak, sudah enakan kok, tuntun bunda kekamar aja, bunda pingin istirahat” tegas bunda.

“minum obat dulu, baru istirahat bun”

Terpaksa bunda meng-iyakan saranku. Setelah minum obat, aku menuntunnya menuju ke kamar tidur. Dengan tertatih-tatih akibat terkena pecahan beling, bunda memegang erat tanganku. Kubaringkan tubuh rentanya diatas tempat tidur.

“Bunda istirahat dulu ya…, nanti kalau butuh apa-apa panggil aku aja”.

Aku balik ke rumah dan membiarkan bunda beristirahat, ada banyak kata andai-andai yang ada dalam benakku. Ya, karena sesungguhnya hari ini tidaklah mungkin aku berada di rumah tanpa suatu sebab. (BERSAMBUNG)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bahagialah masih ditunggu ibu !. Salam

08 May
Balas

Terima kasih pak

08 May

Seri 1 sdh mengundang. Keren bunda.... Ditunggu sambungannya. (Jadi inget kampung, pgn pulang.....)

08 May
Balas

terima kasih bun...moga selalu bikin penasaran pembaca

08 May

Kisah yg luar biasa, krn penulisnya top

08 May
Balas

Bisa aja pak Syaihu

08 May

Ditunggu kisah selanjutnya

08 May
Balas

Ngge bu..insllh

08 May

Baca tulisa ini jadi inginselalu dekat dengan Emak ...

08 May
Balas

Ngge pak...emak mmng segalanya bg kt

08 May

Bunda..., begitu selalu orang tua hatinya sangat mudah tersentuh. Memilih hidup sendiri daripada menyusahkan anak-anaknya. Oh...bunda, ditunggu kisah selanjutnya. Semoga kita sehat-sehat selalu dan senantiasa dalam ridhaNya. Barakallah.

08 May
Balas

Ngge bun tepat sekali.ortu tk prnh ingin merepotkn anak2nya

08 May

Tak sabar menunggu cerita lanjutannya bunda

08 May
Balas

Ngge.terima kasih

08 May



search

New Post