Farida Hanum

Orang ndeso yang punya angan-angan jadi penulis....

Selengkapnya
Navigasi Web
TUHAN TOLONG HAPUS AIR MATAKU (4)

TUHAN TOLONG HAPUS AIR MATAKU (4)

(2)

Bunda Di Vonis Menderita Penyakit Lupus

Pagi pukul 09.00 dokter Rendra berkunjung dan memeriksa bunda, tidak banyak yang ditanyakan dokter kepada bunda, hanya menanyakan tentang tidur bunda semalam. Hanya butuh beberapa menit saja dokter memeriksa bunda. Saat dokter keluar dari kamar, dokter menyarankan kepada mas Beny untuk menemuinya di ruang perawat. Segera mas Beny mengikuti langkah dokter Rendra menuju ruang perawat. Aku menunggu mas Beny di teras kamar bunda.

“Ada masalah apa dengan bunda?” ku coba menerka-nerka apa gerangan yang akan dikatakan dokter.

Cukup lama mas Beny menemui dokter, begitu keluar dari ruang perawat, tampak wajah mas Beny lesu. Semangatnya tiba-tiba menurun. Aku makin penasaran.

“Bunda divonis menderita penyakit lupus, ma.” Mas Beny mengawali cerita. Setelah menemui dokter Rendra. Dokter penyakit dalam yang menangani penyakit bunda.

Aku terbelalak kaget. Tidak percaya dengan cerita Mas Beny.

“Lupus? sakit apa itu pa?” aku penasaran denga sakit bunda. Tapi mas Beny tidak segera menjawab

“Hasil hemotologi menunjukkan bahwa bunda terkena penyakit langkah itu ma.” lanjut Mas Beny.

“Penyakit Lupus itu penyakit apa, pa?” aku mengulangi pertanyaanku.

“Menurut dokter Rendra, lupus itu jenis penyakit yang menyerang gangguan sistem kekebalan tubuh. Disebut penyakit autoimun yakni yang menyebabkan sel-sel tubuh mengalami peradangan dan rusak. Gejalanya persis yang dialami bunda. Sakit kepala berat, sulit bernafas, ruam pada kulit yang terkena paparan sinar matahari, sakit perut, sering kelelahan kalau melakukan pekerjaan serta demam berkepanjangan dan secara tiba-tiba.” Jelas Mas Beny

Diyeb, tiba-tiba saja dadaku terasa sesak, bagai tertekan benda berat. Jantungku berdegup kencang dan nafasku ngos-ngosan. Badanku bergetar layaknya orang ketakutan. Aku benar-benar shock.

“penyakit langkah? Lupus? kok bisa? Pasti dokter salah!! Ya, dokter pasti salah mengobservasinya. Itu bukan bunda, bukan penyakit bunda, pa, ayo kita temui dokter lagi, tidak mungkin bunda menderita sakit itu pa.” rasanya aku masih belum percaya.

Mas Beny, menenagkan diriku. Walaupun mas Beny juga kaget tapi dia masih bisa mengontrol emosinya.

“Ma, bunda memang benar-benar terkena lupus, dokter sudah menunjukkan hasil laboratnya ke papa, dan itu tidak mungkin salah.” Mas Beny menenangkan aku.

Kaget, sedih, dan bingung harus berbuat apa. Rasanya aku masih belum percaya. Mendengar nama penyakit langkahnya saja baru sekarang ini. Lupus, ya, nama penyakit yang jahat. nama yang indah tapi kejam, nama yang manis tapi menyeramkan, nama yang menarik tapi menakutkan. Mengapa harus hinggap di tubuh bunda? mengapa mesti bunda, bukan yang lain? Tiba-tiba saja air mataku meleleh. Aku tidak bisa membendungnya. Membayangkan sakit yang diderita bunda.

Ya Allah, kenapa orang sabar seperti bunda harus menderita penyakit serius? tidak bisakah di hari tuanya beliau bisa menikmati hidupnya?” batinku menjerit, ingin rasanya sakit bunda aku transfer ke dalam tubuhku saja. Biar bunda bisa menikmati masa tuanya dengan bahagia.

“Bunda orang baik, bunda orang yang taat, bunda orang yang dermawan. Mengapa Engkau beri sakit yang seperti itu, Ya Allah?”

Aku terduduk layu, jiwaku seakan berontak dengan keadaan ini. Hampir saja aku menyalahkan takdir, protes kepada Sang pemberi sakit. Tapi mas Beny memberiku keyakinan bahwa Allah sedang menguji kita

Aku dan mas Beny diam membisu, tak ada lagi kalimat yang keluar dari mulut kami. Bingung dan shock, Tubuh terasa lunglai, hilang daya dan kekuatan kami. Tak tahu harus berbuat apa. Ingin rasanya aku menjerit sekeras-kerasnya agar beban dalam dada terkurangi, ingin rasanya aku menangis sejadi-jadinya agar lega tekanan dalam batin ini. Tapi kami tidak boleh larut dalam kesedihan, kami tidak ingin bunda merasakan kesedihan juga. Kami harus semangat. Allah pasti sedang mengujiku dan keluarga. Aku yakin ini adalah wujud rasa sayang Allah kepada bunda. Kami masuk kembali ke dalam kamar bunda. bunda sedang dalam istirahat yang tenang. Sejak semalam beliau tidak mengeluh sakit kepala. Tidak ada lagi gelisah seperti biasanya, tidak ada lagi sesak nafas, dan tidak ada lagi ruam-ruam di wajahnya. step by step kondisi bunda mulai membaik, Tidak merasakan gatal-gatal yang berlebihan seperti saat tidur di rumah. Tangan tuanya yang sudah banyak goresan akibat garukan bunda yang terlalu keras, kini terbebaskan sesaat dari garukan. Ternyata gatal-gatal di sekujur tubuh bunda itu bagian dari efek gejala lupus. Duh, kasihan sekali nasib bunda. Di saat usia senja masih saja memikul beban derita.

“Ya Allah, berikan kesembuhan serta berikan obat untuk menghilangkan sakit bunda.”

Mas Beny tak kuasa melihat wajah kosong bunda, dia begitu terpukul mendengarkan berita tentang penyakit bunda. entah apa penyebab bunda sampai terserang Lupus. Penyakit yang langkah dan tidak ada obatnya. Advise dokter Rendra yang terpenting adalah menghindarkan bunda terkena paparan sinar matahari secara langsung, tidak boleh stress serta mendapatkan dukungan dari keluarga dalam proses penyembuhan. Karena dibutuhkan waktu lama dalam penyembuhannya

**********

Satu Minggu sudah bunda di rawat di rumah sakit Daerah di kotaku, satu Minggu pula aku harus menjaga bunda. Terkadang aku bergiliran jaga dengan mas Beny, karena kami harus ngantor. Ada rasa lega bercampur bahagia, karena bunda sudah tidak kesakitan lagi. Mudah-mudahan secara perlahan-lahan penyakit bunda bisa disembuhkan. Apalagi, bunda tidak bertanya macam-macam tentang sakitnya. Hari ini bunda diperkenankan pulang. Ada rasa bahagia, melihat bunda yang bisa tersenyum, melihat bunda berdiri tegak. Tidak sempoyongan lagi. Luka terkena pecahan beling pun juga sudah tak terlihat. Meskipun demikian mas Beny tetap membawakan kursi roda untuk membawa bunda ke tempat parkir.

Rumahku kembali ceria, ceria karena kebahagiaan bunda, ceria karena senyuman bunda, ceria karena tidak ada lagi kesedihan di raut wajah bunda. Aku dan mas Beny sedikit lega karena bunda bisa pulih kembali. Reaksi obat benar-benar bisa mengembalikan keceriaan bunda. meskipun aku tahu bahwa obat hanyalah Pereda penderitaan bunda sesaat. Tapi, setidaknya dengan obat tersebut bunda sedikit bisa melupakan sakitnya. Aku dan mas Beny tetap semangat dan optimis bahwa bunda pasti sembuh dan harus sembuh. Karena kami yakin bahwa Allah memberikan kita sakit tentu Allah juga yang memberikan obat. (bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kisah yang menyentuh Lanjut Bu..

11 May
Balas

Terima ksh bun...

11 May



search

New Post