Rapuh
Aku tak tahu harus bercerita pada siapa? Dalam sujud ku pun telah kubisikkan duka ku ini. Namun gunda gulana ku makin menumpuk. Aku selalu berusaha tersenyum, meskipun air mata ini tak henti mengalir. Jika ku mampu, ingin rasanya ku melepaskannya.
"Mas, kopi?" Tawarku pada imam yang kucintai. "Tak usahlah ma, aku agak kembung jika kopi", jawabnya halus. Tadi siang ku bertemu teman sekantor suami ku. Ia bercerita jika ada wanita sekantor suami ku yang membuatkan kopi untuk pria yang kucinta. Hati menangis, namun ku tetap tersenyum di hadapannya. Mengapa di rumah ia menolak kopi buatanku, namun di luar ia mau meminum kopi buatan wanita lain.
Ku hanya pasrah dalam derai air mata. Besarnya cintaku padanya telah membunuh rasa cemburu ku. Kebohongan - kebohongan yang kau beri padaku kan kusimpan dibalik senyum getir ku.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren tulisannya Bunda
Maturnuwun
Maturnuwun