Langkah pertama ku tenangkan siswa yang sedang marah. Kuberi dia minum sambil bertanya,ada apa nak? Berceritalah dia dengan kejadian yang dialaminya. Kelas mereka jam pelajaran olah raga sedang bermain bola. AZ siswa dari kelas lain mengganggu kegiatan kelas mereka. Terjadilah keributan kecil antara DN dan AZ,tapi masih bisa dikendalikan. DN dan kawan-kawannya terus menlajutkan bermain bola,sampai bel jam ke 2 berakhir.,berakhir pulalah  jam pelajaran olah raga di kelas mereka. DN meninggalkan lapangan,masuk kelas untuk menyerahkan tugas hasil persentase kelompok kepada Pak Yudi si guru olah raga. Sesampainya di depan podium,DN ditunjang dan dipukul MA. DN jatuh,datanglah AZ dan MA keroyokan memukuli DN. Untung kejadian itu dilihat oleh Pak Yudi.

Ku proses mereka satu persatu,titik permasalahan AZ yang marah terhadap DN,mengadukan ketidak senangannya kepada MA. MA marah tanpa sebab,seperti pahlawan kesiangan,bukan mendinginkan suasana malah memperuncing masalah.

Ku tanya,kalian kok bisa keluar dari kelas,apa tidak ada gurunya? Masuk tadi mom,tapi keluar lagi. Aku hanya bisa diam,siapa yang harus disalahkan? Kalaulah guru ada di kelas AZ dan MA,kejadian ini pasti tidak terjadi. Sering kita bisanya hanya menyalahkan siswa. Coba intropeksi dirilah. Sudah jadi guru yang baikkah kita,sudah mampukah kita sebagai guru memberikan pengaruh baik kepada siswa. Bagaimana kita sebagai guru mau jadi panutan kalau kepribadian yang kita cerminkan dan tampilkan tidak bisa jadi contoh,kalau kita sebagai panutannya sering meninggalkan kelas sewaktu mengajar. Nah...ketika siswanya berkelahi siapa sebenarnya yang harus disalahkan? Siswa atau gurunya? Baik buruknya kualitas siswa berada dalam genggaman guru.

Akhirnya kunasehati dan kudamaikan mereka dan berharap kejadian seperti ini tidak terulang kembali. Semoga....

         Tebing Tinggi,28 Pebruari 2020

          #tantangangurusianahari ke-2