Senin pagi itu tepatnya sebelum social distansing diberlakukan, security sekolah membawa dua orang siswa yang terlambat masuk ke sekolah. Mereka sudah tak asing lagi untukku. Siswa yang selalu buat masalah, walau masalah yang dilakukan  bukanlah pelanggaran berat.

Siswa yang tinggi besar, Rayyan namanya. Dia adalah siswa asuhku, yang telah jadi perhatian khusus karena kelakuannya di sekolah. Siswa yang satu lagi, kuserahkan kepada guru pembimbingnya.

Siapapun kelas yang menjadi siswa asuhku, mereka sudah tahu dan paham betul dengan karakterku. Karena setiap kelas yang menjadi siswa asuhku, sebelumnya sudah diberitahukan, lebih baik berkata jujur seberat apapun masalah. Karena dengan belajar berkata jujur apapun masalah yang dilakukan, tindakan yang akan diberikan tidak seberat orang yang tidak jujur.

Kupersilakan dia duduk dan ku hanya diam dan sesekali menatapnya. Ntah kenapa,  hari itu ku begitu tak punya mood untuk berkomunikasi dengannya. Melihat wajahmya saja, aku sudah lelah. Ku abaikan dia, ku sibuk dengan gawai, membaca komentar teman di gurusiana. Ku tahu dia gelisah dengan sikapku.

"Buu...,maafkan Rayyan. Rayyan telat masuk ke sekolah duduk di warung burger bunda. Tak merokok buu....sumpah ! Rayyan malas ikut upacara bendera buu..., tadi berangkat ke sekolah gak sempat sarapan, nanti lemas karena capek berdiri ".

Kulirik dia sejenak, ku fokus lagi dengan gawai. Harus sombong juga dengan siswa ini , bathinku. Sudah berulang kali disampaikan, kalau sakit atau kurang enak badan, silahkan istirahat di UKS jika tidak bisa mengikuti kegiatan pagi di sekolah.

"Buu..., disentuhnya tanganku. Rayyan janji tidak akan ngulanginya lagi, buu.... Rayyan salah buu... Maafkan Rayyan  yaa buu...." Hampir menangis dia mengucapkan kata - kata itu. Ku tatap bola matanya lekat - lekat. " Pergilah....kataku ". " Ibu belum maafkan Rayyan.... Sebelum ibu memaafkan, Rayyan takkan pergi buu...."

Ku beringsut dari kursi di sampingnya, dan berdiri. " Masuklah ke kelas..." Akupun berlalu dari hadapannya. Maaf itu sudah ku ikhlaskan untuk dia, walau tidak ku ucapkan. Semoga dengan kejujurannya hari ini berani mengakui kesalahan, dan dengan sikap dan perlakuanku padanya, bisa membuat dia betul - betul memahami arti kesalahan yang dilakukan.

Percayalah, bahwa orang yang selalu bersikap jujur akan menjadikan hati tenang dan damai. Tetapi orang yang selalu berbohong, akan merasa cemas karena takut kebohongannya akan terbongkar.

TTinggi, 03 April 2020