Perjalanan Menggapai Asa
Harapan tidak selalu sejalan dengan kenyataan. Menjadi guru bukan cita - citaku. Bukan berarti aku tidak menghargai profesi guru. Karena jasa guru jugalah yang mengantarkan aku sekarang menjadi seorang guru. Terimakasih guru.
Aku di sekolah selalu jadi sekretaris. Apabila guru lagi letih, lesu dan malas menerangkan pelajaran, aku yang selalu menggantikan guru tersebut mencatat materi pelajaran yang diampu. Wihh...gak kebayang sewaktu menghapus tulisan di papan tulis, abu kapur menyesakkan dada. Tidak seperti guru sekarang, menulis sudah pakai white board dan spidol, atau menggunakan infocus.
Semester V kelas III SMA, di sekolah mengadakan penyaringan siswa untuk melanjut ke perguruan tinggi, melalui jalur PMDK ( Penelusuran Minat dan Bakat ). Kalau sekarang, ngetrendnya jalur undangan. Penilaian diambil dari nilai raport semester I - IV, berarti nilai raport sewaktu kelas I dan II. Gini - gini aku gak bodoh - bodoh amat di kelas, peringkat 10 besar pasti kuperoleh. Pengisian formulir dipandu oleh setiap wali kelas. Waktu itu aku bingung mau milih universitas apa dan jurusan apa.
Dalam kebingungan itu, aku lihat punya teman - teman. Wahhh...jauh - jauh sekali universitas yang dipilih. Alasan mereka kemungkinan untuk menang besar. Aku paling tidak bisa jauh dari orang tua. Ku putuskan pilihan pertama USU, fakultas ekonomi jurusan ekonomi akutansi. Alasan kupilih itu, karena aku di SMA jurusan IPS. Nahhh...pilihan kedua, aku mentok lagi. Kulihat kembali punya teman - teman, rata - rata pilihannya di IKIP. Kalau di IKIP pastinya jadi guru kalau menang. Disaat aku bingung menentukan pilihan, terlintas dibenakku sosok seorang guru yang cantik dan anggun, guru baru di sekolah. Lha...ibu itu pun guru, tapi gak ngajar. Keliling, jalan - jalan terus memantau siswa. Guru bimbingan dan konseling. Yaaa...sudahlah, pilihan kedua jurusan bimbingan dan konseling D3 IKIP Negeri Medan.
Lulus SMA, aku mencoba peruntungan ikut tes masuk perguruan tinggi. Masih USU pilihan pertama dan UNRI pilihan kedua. Kalau misal menang di UNRI, masih seputar Sumatera juga. Semua formulir sudah diisi dan batas pengembalian berkas untuk gelombang pertama pukul 14.00 wib. Kalau lewat batas waktu yang ditentukan kena denda, dan aku pun sudah lupa berapa rupiah dendanya waktu itu.
Disaat hendak mengembalikan formulir, tiba - tiba teman sewaktu SMA memanggil dan teriak, " Farida...ngapai kau disini ? " Ihh...kok layas (sepela) kali kau, kau pikir cuma kau yang bisa kuliah ", sambil bercanda tentunya. " kau lulus PMDK....", Ha...aku lulus.., yang dimana... ? USU, apa kau gak lihat koran ? " Betul ini aku lulus...., betul kata temanku itu. Terimakasih ya...atas informasinya.
Saking senangnya dapat kabar lulus PMDK, di USU pula, formulir tak jadi dikembalikan. Bergegas aku pulang ke kotaku. Sesampainya di rumah, orang tua gembira menyambutku. " Tadi guru SMA mu datang ke rumah, besok harus ke sekolah, lulus kau nak, bebas testing", lulus yang dimana aku mak..., gak dibilang bapak guru itu tadi, yang penting lulus, bebas testing, apa lagi ". Semalaman aku tak bisa tidur, cepatlah pagi, biar tahu aku dimana lulus. Penyesalanku, kenapa waktu itu tidak kucari koran, dan mengembalikan formulir.
Sekitar pukul 09.00 wib, aku sampai di sekolah. Wali kelas alm. Bapak Simatupang menyalamiku. Kepala sekolah dan guru bangga pada kami, ada 20 orang lulus melalui jalur PMDK tahun perdana untuk SMA Negeri Serbelawan. Rasa senang dan bahagia sebentar saja kunikmati, begitu kulihat di papan pengumuman sekolah, aku lulus di IKIP Negeri Medan jurusan Bimbingan dan Konseling D3.
Sampai di rumah, aku menangis karena kecewa. Aku tidak suka kuliah di IKIP. Ku pilih pun itu karena iseng saja. Malamnya kulihat lagi formulir yang belum dikembalikan. Kurenungi formulir itu, kalau besok ku kembalikan formulir, pasti sudah banyak dendanya.
Akhirnya dengan berat hati, aku menerima takdir harus kuliah di IKIP . Besok wajib lapor khusus untuk mahasiswa jalur PMDK. Semua prosedur yang harus dipenuhi, kuikuti dengan setengah hati. Bayar uang kuliah sampai kapan jadwal ospek.
Next...
TTinggi, 10 Mei 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sudah takdir profesi kk dan skrg bnyk peminatnya
Alhamdulillah...Saking byk peminatnya, yg gak basicnya pun ambil jur BK, walau hy sethn.
Pengalaman yg mengesankan, ditunggu lanjutannya bu
Tksh buu..
Cerita manis
Tksh bunda..
Pengalaman masa perjuangan ya Bu, waktu saya lulus D3, rasanya malu. Tapi teman-teman iri padaku? Oh... ternyata kalau D3 itu langsung dapat sk CPNS
Sy mmng ambil D3 bund, buar cpt kelar kuluahnya. Klu duluuu, tamat D3 penempatan di SMA, pas thn sy tamat jth ke SMP, tp gk apalah gol kan sama II/c, beda ditunjangannya aja duluu. Km tdk semua fitempankan bund, Alhamdulillah..lagi2 nasib mujur msh bersama sy.
Wah pengalaman yang seru ya bu...ditungu lanjutanya...sukses selalu
Kenangan yang sangat berkesan sukar dilupakan ya bund. Hehehe.... salam sukses ya bund
Tksh syg, semoga sht selalu..
Saya juga nggak pingin jadi guru saat ikut tes. Ikut-ikut teman. Eh..lulus pula. Saya pikir karena sastra yg saya ambil nggak apalah. Karena saya memang suka. Ternyata harus jadi guru, kata dosennya. Awal kuliah saya bawaannya malas terus itu..karena nggak terbayang mau jadi guru.Alhamdulillah seiring jalannya waktu, malah jadi cinta sama profesi ini..
Ekspetasi kita dulu, kalau guru kok kayaknya krg top ya bund. Pdhal sekarang, org2 byk yg pingin jd guru. Apalagu ada si manis serti
Betul sekali bu. Hehe...sekarang jadi guru di kejar-kejar
Makanya sekrg bangga jd guru, untunglh jd guru, paruh hari bisa buat kel. Mmng takdir Allah tak pernah salah ya bund..
saya ikut terharu biru dengan perasaan ikut senang ,tapi jg ikutan bingung..ibu cerdas sekali ketrima PMDK..salut..jalur nasib ibu sdh ditentukan..lanjut bu..salam
Tksh pak...Sudah meluangkan wktu buat mampir di kolom sy
Pengalaman luar biasa ya bu. Niat utama tak mau jauh dari orang tua, namun Allah lebih tau mana yang terbaik.
Ya bunda, Allah lbh tahu mana yg pas buat kita.
Kenangan manis yg tak trlupakn
So pasti bunda..
Taunya jadi guru menyenangkan ya Bu ?
Awalnya memang Tak suka, lama-lama jadi Cinta, hehe
Inilah yg namanya jodoh yg berkah bunda
Perjalanan hidup tak bisa diduga, ibu ditakdirkan menjadi guru, maka harus disyukuri. Bagus pengalamannya bu
Ya...mmng takdir sy hrs jd guru pak, thn berikutnya nyoba sipenmaru gk lulus.Sy bersyukur jd guru..
Biografi ya Bund... Sukses selalu ya
Alhamdulillah lulus PMDK, ya Bu, tidak semua siswa mendapatkan kesempatan seperti itu. Semoga segala yang terjadi itu terbaik bagi ibu. Sukses selalu Bu.
Tkas... Bunda
Cerita bagus.....salam kenal...
Tksh sibat...Slm knl kmbali.