FA. Suprapto Mukti Nugroho

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
PASAR DI SEKOLAH

PASAR DI SEKOLAH

oleh : fa. suprapto mn

Seperti hari-hari biasa, ketika saya dan teman-teman guru beristirahat di ruang guru banyak hal yang dibicarakan. Rasanya, apa saja pernah dibicarakan. Dari seputar makanan, siswa mbandel, keberhasilan putra-putri guru, prestasi sekolah lain dan masih banyak lagi. Banyaknya yang dibicarakan, sehingga saya sulit mengungkapkan dalam tulisan ini. Sesekali terdengar gelak tawa teman-teman guru, terkadang air matapun sering menetes. Namun di bagian lain, ada juga guru yang ketika waktu istirahat justru asyik “memelototi” kertas pekerjaan siswa, karena habis selesai ulangan.

Berbicara tentang makanan, sering teman guru yang membawa makanan ke sekolah dengan berbagai alasan. Ada yang karena ulang tahun, sisa snack pengajian semalam, hasil praktek masak di rumah dan masih banyak lagi. Kelewat seringnya, sehingga setiap hari dapat dipastikan di ruang guru ada makanan. Suatu ketika, karena makanan yang dibawa terbatas berarti tidak cukup untuk semua guru. Tiba-tiba ada seorang guru “protes”. “Kok saya nggak dapat pisang gorengnya ya?, celetuk salah seorang guru”. Pak guru itu memang mengajar jam pertama sampai terakhir, sehingga pas yang bersangkutan ke ruang guru makanan itu sudah habis. Kontan, temanpun ada yang bicara ngelantur, “sing sregep justru adoh rezekine”. Atau kalau saya translate ke dalam bahasa Indonesia maksudnya, guru yang mengajar banyak, justru jauh dari rezeki karena tidak “kebagian”. Huh...ada-ada saja.

Suatu hari, keceriaan saya dan guru sedikit kacau ketika ada seorang bapak penjual yang menghampiri ruang guru. “Silahkan-silahkan”. “Celana pendek atau celana panjang untuk tidur bu?, sapa bapak itu sambil memajang dagangannya di serambi ruang guru”. Walaupun hanya untuk menyenangkan pedagang, beberapa ibu gurupun ikut mengerumuni dan pegang-pegang dagangan yang dijual. Di saat tertentu, saya dan bapak-bapak lainpun ikut “nimbrung” juga. Namun tidak sedikit, khususnya ibu-ibu yang tertarik membelinya. Suasanapun sangat riuh “bak pasar tiban” pagi itu.

Berbicara tentang pasar, dapat diterjemahkan sebagai tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi barang atau jasa. Seorang penjual, tentu dengan sekuat tenaga akan melayani pembeli secara total. Dengan harapan, barang dagangannya dapat terjual. Bukan hanya itu saja, penjual juga berharap suatu saat nanti pembeli akan datang kembali. Tidak jauh berbeda dengan seorang pembeli, ketika dilayani dengan “hati” dan sepanjang barang yang dijual bermutu, maka pada kesempatan lain si pembeli itu akan datang kembali.

Hubungan di atas, tidak jauh berbeda dengan interaksi antara sekolah dengan masyarakat dalam hal ini orang tua. Masyarakat berperan sebagai pembeli dan sekolah sebagai penjual barang/jasa. Interaksi antara sekolah dan masyarakat hendaknya selalu intensif dilakukan seperti interaksi antara penjual dan pembeli tadi. Dengan komunikasi yang baik, maka mutu pendidikan dalam suatu sekolah akan segera terwujud, seperti yang termaktub dalam Sistem Pendidikan Nasional.

Temanggung, 9 September 2017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sip informatif. Kiranya perlu hati2. Bila belum kenal penjualnya. Untuk menjaga keamanan bersama. Telah terjadi tindak pencurian berdalah menjual. Kebetulan di kantor kosong ditinggal ngajar.

09 Sep
Balas

Betul. Makasih

09 Sep



search

New Post