T-4 (Bagian-2) Al-Qur'an adalah Wahyu
Oleh Fatatik Maulidiyah
Bagian 2
Al-Qur’an adalah Wahyu
Istilah wahyu disebutkan dalam beberapa ayat, salah satu di antaranya adalah pada QS. An Nisa 163 :
" Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang (datang) setelahnya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya‘qub dan anak cucunya (Bani Isra’il), Isa, Ayub, Yunus, Harun, dan Sulaiman."
Wahyu sampai pada Nuh as tatkala ia sudah berjuang sekian ratus tahun berdakwah pada umatnya. Disebutkan sampai 950 tahun. Yang ia dapatkan adalah cemoohan, hinaan, dan tertawaan. Mereka yang menganggap rendah Nuh sebagai bukan siapa-siapa. Bukan bangsawan, penguasa, atau golongan orang-orang berharta.
Nuh, menerima wahyu, untuk membuat bahtera, bagaimana pula ia merancang bentuk dan ukurannya, juga kayu-kayu seperti apa yang harus ia kumpulkan sebagai bahan. Dengan tuntunan wahyu itu pula Nuh tetap fokus menjalankan perintah Allah Swt, tak peduli semua masyarakat menertawakannya, bahwa ia hanya melakukan perbuatan yang sia-sia. Membuat bahtera di tengah gurun yang tandus. Jauh dari lautan maupun sungai.
Hanya 70 orang yang mengikutinya, yang disebut sebagai orang-orang beriman. Membantunya sampai bahtera besar itu selesai. Bagian-bagian kapal itu juga terdapat tempat untuk menyelamatkan hewan-hewan, yag diperintahkan Allah diambil berpasang-pasangan. Apa yang dilakukan Nuh as, sebagai manifestasi pelaksanaan wahyu memang tidak terjangkau akal umat saat itu, termasuk anak Nuh sendiri, Kan’aan. Lalu, Allah menurunkan hujan lebat dari langit tanpa henti selama 40 hari 40 malam, dipancarkan pula mata air dari bumi, sehingga air itu meninggi. Bahtera Nuh yang semua berdiri tegak di tengah hamparan tanah tandus, berlayar dengan sendirinya bersama air bah yang datang tak terelakkan. Orang-orang yang beriman pada Allah dan mengikuti Nuh As, selamat dalam bahtera tersebut seraya berdoa, yang terabadikan dalam QS.Hud 41 :
“dan Nuh berkata: "Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya." Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Nabi Ibrahim, dalam satu masanya beliau merasa gelisah, tatkala dalam mimpinya Allah memerintahkan dirinya untuk menyembelih anak laki-laki satu-satunya yang ia cintai yang telah ia nantikan sekian puluh tahun untuk meneruskan perjuangannya. Mimpi itu mendatanginya sangat nyata. Logika dan hatinya yang telah tunduk pada Sang Khalik bertarung hebat. Kebimbangan menyergapnya seketika, sehingga ia melaksanakan puasa untuk benar-benar meyakini bahwa mimpi itu datang dari Allah. Puasa itu dikenal dengan Tarwiyah. Ketika hari Arafah, hati Ibrahim as benar-benar meyakini mimpi itu datang dari Allah, beliau bersama putranya Ismail telah siap melaksanakan penyembelihan itu sebagai wujud ketaatan sebagai hamba pada Tuhannya.
Pada malam di bulan ramadan, seorang laki-laki arab, putera Abdullah bin Abdul Muthallib, bernama Muhammad yang dijuluki Al-Amin dari tanah hijaz, berkhalwat di sebuah gua sempit yang berada di gunung Nur. Dalam khalwatnya itu, sebuah suara mengejutkannya. Tak ada siapa-siapa di sana. Ia tetap sendirian. Tetapi, suara itu menggema-gema sampai merasuk dalam dadanya. “Iqra’! Iqra’! Iqra!”, begitu kuatnya berkali-kali ia dengar. Muhammad pun menjawab,”Maa, ana bi Qari’in”. Aku tidak bisa membaca.
Kemudian suara laki-laki itu melantunkan sebuah ayat dari surat Al-Alaq 1-5. Ia yang disebut sebagai jibril itu membentangkan kain putih bertuliskan 5 ayat dan membimbing Muhammad Saw untuk mengikutinya. Atas kehendak Allah,dihujamkannya maksud ayat itu hingga Muhammad Saw paham. Peristiwa ini terjadi pada 17 ramadan, dikenal sebagai wahyu pertama yang diturunkan pada Muhammad, dan sejak itulah ia menerima risalah untuk disampaikan pada umatnya.
Wahyu
Kata wahyu berasal dari bahasa arab, bukan bahasa ajam. Pengertian wahyu menurut bahasa etimologi, mempunyai beberapa arti, seperti : kecepatan, bisikan,isyarat,kitab. Wahyu adalah lafazhmusytarak, artinya mempunyai beberapa makna atau arti.Pengertian wahyu secara terminologi adalah firman (petunjuk) Allah yang disampaikan kepada para nabi dan awliya.
Al-Quran al-Karim mengisyaratkan tentang tiga bentuk turunnya wahyu kepada manusia:
1. Tuhan berbicara secara langsung dan tanpa perantara, yaitu antara Tuhan dan Rasulullah Saw tidak terdapat perantara dan penghalang, dan Rasul secara langsung menerima wahyu dari sumbernya.
2. Tuhan berbicara dari balik tabir, hijab atau penghalang.
3. Tuhan berbicara dengan mengutus malaikat pembawa wahyu.
Terdapat tabir dan penghalang antara Tuhan dan Nabi Muhammad Saw, tentunya makna hijab dan tabir di sini bukanlah bahwa penerima wahyu dihalangi dari berhubungan langsung dengan kalam Tuhan, melainkan jelas bahwa pembicara adalah Tuhan, akan tetapi dengan alasan hikmah-Nya, Nabi menerima wahyu dari balik tabir dan beliau akan mendengarkan pesan dari Yang Haq dari balik tabir atau melalui lisan pembawa wahyu dan perantara-Nya.
Sangat jelaslah bahwa di sini pun rasul secara langsung menerima pesan Tuhan dan kalam mulia-Nya, oleh karena itu jika rasul menerimanya dari balik tabir, dikatakan bahwa wahyu dari balik tabir, dan jika menerimanya dalam bentuk cahaya, maka wahyu yang beliau terima adalah langsung dan tanpa perantara.
Demikian juga manakala wahyu diperoleh melalui Jibril As, namun penerima wahyu tidak menyadari kehadirannya, maka wahyu yang seperti inipun akan dikatakan sebagai wahyu tanpa perantara.
Pada hakikatnya malaikat merupakan media tajalli dan manifestasi pesan Tuhan, dan bukannya bermakna bahwa pesan Ilahi ini diambil melalui pemahamannya kemudian dia menjelaskannya dengan sarana lisannya. Oleh karena itu, jika dikatakan bahwa malaikat pembawa wahyu adalah amin dan terpercaya, hal ini tidak bermakna sebagai pemegang amanat sebagaimana yang umum dipahami oleh manusia dimana amanat berpindah dari tangan pemilik amanat kepada pemegang amanat.
Di sini meskipun pemegang amanat maksum (suci dari segala bentuk kesalahan dan kekeliruan) dan terlepas dari segala khianat, tetap tidak ternafikan dari kapabilitas esensinya dari khianat, sementara mengenai malaikat persoalan ini akan muncul dalam bentuk yang lain.
Pada prinsipnya malaikat bukanlah penerima dan pemindah wahyu dalam makna umum (misalnya dia menerima wahyu dengan cara memahaminya terlebih dahulu, kemudian menyampaikan apa yang diserapnya itu kepada Nabi), dia bukanlah eksistensi yang berfungsi sebagai perantara antara Tuhan dan rasul-Nya, melainkan hanya sekedar sebagai media bagi tajallinya wahyu dan manifestasinya ilmu Tuhan itu sendiri.
Jika Rasulullah Saw menyadari media tajalli ini, maka dikatakan bahwa pembicaraan Tuhan kepada rasul dilakukan melalui malaikat, dan jika rasul -meskipun mengetahui ilmu Ilahi dan kandungan wahyu berada dalam media ini dan ia melihat refleksinya- tidak menyadarinya dan hanya memperhatikan sumber wahyu dan kandungan pesan, maka wahyu yang berkaitan dengannya ini merupakan wahyu tanpa perantara. Dengan dasar inilah Allamah Thabathabai Ra berkata,"Seluruh bagian turunnya wahyu bisa dianggap berasal dari Tuhan secara langsung dan tanpa perantara."
Al-Qur’an merupakan salah satu dari bentuk wahyu. Yakni diturunkan pada Muhammad Saw dengan perantara malaikat Jibril. Jibril mendatangi Muhammad pun dengan berbagai cara dengan tujuan memudahkan turunnya wahyu pada beliau. Atau, memang demikian kehendak Allah dengan hikmah-hikmah yang tersembunyi di dalamnya. Jibril kadangkala mendatangi Muhammad dalam wujud seorang laki-laki. Seperti ketika mengajarkan tentang iman, islam, dan ihsan. Suatu ketika juga jibril mendatangi Muhammad dengan bunyi lonceng yang memekakkan telinga, dan hanya rasul yang merasakannya, sehingga beliau tampak seperti orang sakit dengan keringat bercucuran. Jika wahyu telah selesai disampaikan, beliau menjadi normal seperti sedia kala. Inilah penyampaian wahyu yang dirasakan rasul paling berat. Sedangkan yang terakhir, jibril menyampaikan wahyu dengan wujudnya yang asli. Hal ini terjadi tatkala Rasulullah menerima wahyu pertama. Ketika keluar dari gua hira, dilihatnya jibril demikian besar, sehingga dua sayap itu ujungnya tak terlihat yang membentangmemenuhi sisi barat dan timur.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar