Fatchur Rohman

PAMONG BELAJAR DI BP PAUD DAN DIKMAS PAPUA [email protected]...

Selengkapnya
Navigasi Web
MEMBACA BELUM MENJADI HABITUASI MASYARAKAT INDONESIA

MEMBACA BELUM MENJADI HABITUASI MASYARAKAT INDONESIA

(Tri Fatchur Rohman_WP BP PAUD dan Dikmas Papua). Menurut Putu Laxman Pendit (2007), membaca merupakan sebuah proses yang membuat seseorang berusaha mengikuti dan menanggapi isi pesan yang disampaikan oleh penulis, sehingga pembaca dapat memahami makna pesan tersebut. Mathewson dalam Davies (1995:72), mengemukakan bahwa membaca memerlukan faktor afektif. Yaitu faktor yang berhubungan dengan sikap pembaca, motivasi membaca, dan tanggapan emosi saat membaca teks dalam konteks yang berbeda. Faktor-faktor tersebut antara lain:

a) Sikap yang menggambarkan nilai, kepercayaan dan minat seperti perilaku umum membaca (suka atau tidak suka, penting atau tidak penting);

b) Motivasi membaca yang meliputi pada motif pribadi, penghargaan, aktualisasi diri, keingintahuan dan kebutuhan estetis;

c) Suasana hati, perasaan, dan emosi ketika membaca;

d) Perasaan jasmani yang terkadang timbul dari sumber luar yang terjadi selama membaca.

Sama seperti aktifitas sehari-hari lainnya, membaca juga memiliki tujuan yang berbeda bagi setiap individu. Gray dan Rogers dalam Mudjito (2001: 32) mengemukakan beberapa manfaat membaca, yakni di antaranya mengisi waktu luang, mengetahui berbagai hal actual yang terjadi, memenuhi kebutuhan intelektual, hingga memberikan kepuasan pribadi seperti memburu bacaan yang berkaitan dengan hobi, pekerjaan, dan lainnya. Meskipun membaca memiliki berbagai tujuan dan mampu melepas dahaga kita akan berbagai informasi, kegiatan membaca belumlah menjadi kebiasaan dalam masyarakat.

Hal ini bisa dilihat dari data milik Association For the Educational Achievement (IAEA), yang mencatat bahwa pada 1992 ketika Finlandia dan Jepang sudah termasuk dalam kategori negara dengan tingkat membaca tertinggi di dunia, Indonesia hanya berada pada peringkat dua terbawah dari 30 negara. Data dari IAEA ini tidak berbeda jauh dengan hasil survai yang dilansir Program for International Students Assessment (PISA) pada tahun 1997 tentang budaya literasi. Indonesia menempati peringkat 40 dari 41 negara yang berpartisipasi. Selanjutnya hasil PISA pada tahun 2015, dengan survai yang sama, Indonesia menempati peringkat 64 dari 72 untuk literasi sain, membaca dan matematika.

Selain itu UNESCO menyebutkan Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Riset berbeda bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.

Dalam laporan lain juga dirilis bahwa 60 juta penduduk Indonesia memiliki gadget, atau urutan kelima dunia terbanyak kepemilikan gadget. Lembaga riset digital marketing Emarketer memperkirakan pada 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Dengan jumlah sebesar itu, Indonesia akan menjadi negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika. Ironisnya, meski minat baca buku rendah tapi data wearesocial per Januari 2017 mengungkap orang Indonesia bisa menatap layar gadget kurang lebih 9 jam sehari. Tidak heran dalam hal kecerewetan di media sosial orang Indonesia berada di urutan ke 5 dunia, dan Jakarta menjadi kota paling cerewet di dunia maya karena sepanjang hari, aktivitas kicauan dari akun Twitter yang berdomisili di ibu kota Indonesia ini paling padat melebihi Tokyo dan New York. Laporan ini berdasarkan hasil riset Semiocast, sebuah lembaga independen di Paris.

Minat baca yang rendah akan berpengaruh pada kualitas hidup masyarakat, sehingga diperlukan upaya-upaya strategis untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat baca masyarakat secara berkesinambungan dengan melibatkan berbagai unsur pemerintah secara lintas sektoral, lembaga swasta dan masyarakat.

Pengembangan budaya baca merupakan salah satu strategi yang diterapkan oleh pemerintah dalam rangka mendorong masyarakat untuk gemar membaca. Program pengembangan budaya baca diharapkan mampu mengembangkan masyarakat untuk menjadi aksarawan cerdas, kreatif dan produktif serta melestarikan dan meningkatkan kemampuan membaca, menulis dan berhitung bagi masyarakat program pasca keaksaraan. Selain itu, juga untuk membangkitkan dan meningkatkan minat baca masyarakat sebagai tahapan terwujudnya budaya baca, sehingga mendorong terciptanya masyarakat pembelajar sepanjang hayat.

Dalam rangka mengimplementasikan program pengembangan budaya baca, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meluncurkan berbagai program yang akan mampu memunculkan prakarsa dan partisipasi masyarakat bersama-sama pemerintah secara kolaboratif membangun budaya baca masyarakat dengan cara menyediakan berbagai macam sarana dan prasarana serta media yang diperlukan untuk membangun masyarakat pembelajar. Bebera program yang diluncurkan pemerintah tersebut diantaranya adalah Gerakan Indonesia Membaca (GIM), Penyelenggaraan Kampung Literasi, Bantuan Sarana Taman Bacaan Masyarakat (TBM), dan Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP) Kampung literasi. Gerakan Indonesia Membaca (GIM) merupakan kegiatan membangun budaya baca masyarakat yang diselenggarakan secara lintas sektoral dengan melibatkan lembaga/instansi pemerintah, lembaga swasta, berbagai organiasi sosial, kemasyarakatan, keagamaan, kepemudaan, profesi, satuan pendidikan anak usia dini, satuan pendidikan formal dan nonformal, TBM, dan forum-forum yang menjadi mitra dinas pendidikan untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, kesetaraan, dan kepastian layanan bacaan kepada masyarakat dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Kampung literasi merupakan kawasan kampung yang digunakan untuk mewujudkan masyarakat melek literasi baca tulis, literasi berhitung, literasi sains, literasi keuangan, literasi teknologi informasi dan komunikasi, dan literasi kewarganegaraan dan budaya serta literasi lain sesuai dengan kondisi masyarakat setempat agar memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas. BOP Kampung Literasi merupakan dukungan dana untuk mendukung keberlangsungan penyelenggaraan kegiatan di kampung literasi.

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) adalah tempat penyelenggaraan pembinaan kemampuan membaca dan belajar, sekaligus sebagai tempat untuk mendapatkan informasi bagi masyarakat. Berdasarkan jenis layanan kegiatan, TBM terbagi menjadi dua jenis yaitu: TBM statis dan TBM dinamis. TBM statis adalah TBM yang keberadaannya di suatu daerah tertentu sebagai pusat layanan kegiatan literasi. Sedangkan TBM dinamis adalah TBM yang layanan kegiatan literasinya dilakukan bergerak dari satu titik ke titik yang lain.

Memang tidak mudah membangun budaya literasi masyarakat, ditengah fakta habituasi masyarakat kita yang ada saat ini sebagaimana sajian data yang dirilis oleh berbagai sumber diatas. Namun sebagai bagian dari anak bangsa yang memiliki kepedulian akan nasib masa depan generasi tentunya kita harus bisa bersumbangsi meski sumbangsi itu bisa jadi belum bisa dirasakan sepenuhnya. Mugkin teknis sederhana yang bisa kita lakukan dalam rakngka dan upaya menumbuhkan minat baca adalah pertama, lakukan kampanye atau promosi diberbagai platform media terkait pentingnya membaca (karena dapat menambah kosakata, wawasan, kesabaran, karakter). Kedua, optimalkan taman bacaan atau perpustakaan di manapun; agar tercipta kesempatan untuk membaca, dengan semakin mendekatkan ketersedia bahan dengan pembaca (sudut baca, pustaka keliling, duta baca, kolabrorasi dengan berbagai pihak, sentuhan digitaslisasi bahan bacaan dan aksesnya). Ketiga, budayakan membaca sebagai gaya hidup sehari-hari sebagai penyeimbang gawai. Keempat, hadiahkan buku kepada anak dan masyarakat perlu dibiasakan. Kelima, komunitas baca masyarakat perlu ditebarkan di masyarakat sehingga menjadi influencer bagi budaya membaca (diperbayak jumlahanya koleksi dan relawanya, menyebar aksinya). Keenam,. Mengurangi berbicara yang tidak penting dan harus banyak membaca. Jadikan membaca sebagai kebiasaan, tanpa perlu banyak omong. Ketujuh, menulislah setiap hari, tanpa menulis, maka sulit tercipta budaya literasi. Mengingat pentinya budaya literasi dewasa ini maka budaya literasi tidak boleh kalah dari gaya hidup modern yang serba instan, bergantung pada gawai atau gadget. Karena masa depan bangsa Indonesia bukan terletak pada pengguna gawai, tapi ada dan melekat pada anak-anak, generasi muda yang mau membaca dan menulis.

Budaya literasi kini semakin tersingkir. Inilah momentum semua pihak untuk turun tangan menghidupkan kembali budaya membaca dan menulis di kalangan anak-anak dan masyarakat kita. Jika tidak, anak-anak dan masyarakat secara umum akan terlindas zaman. Budaya literasi, adalah sinyal, bila kita jauh dari buku maka akan merana bila dekat dengan buku maka akan bahagia.Karena kecakapan atau literasi baca merupakan salah satu kecakapan penting Abad 21, sehingga harus terus dikembangkan dan dimilki oleh semua masyarakat Indonesia agar masa depan bangsa ini menjadi lebih baik dimasa-masa yang akan datang. (fatchur)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post