Fathul Hayati Arlian

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

CATATAN KECIL DARI KELAS EDITOR BUKU MEDIA GURU SURABAYA

Dengan diiringi adzan magrib kereta kami menjauhi Stasiun Gubeng…meninggalkan Kota Surabaya yang sejak kemarin Sabtu kami singgahi.

Serius ,ini pengalaman pertamaku datang di Surabaya dengan naik kereta..dan seingatku terakhir kali aku terdampar di Surabaya adalah tahun 90-an, ketika aku masih kuliah di Bogor dulu. Biasanya kami sepersaudaraan mahasiswa asal Kal-Sel yang kuliah di Bogor kalau mudik melewati Surabaya, lalu dari Surabaya akan naik kapal laut ke Banjarmasin.

Sabtu- mingggu kami mengikuti kegiatan “Kelas Editor Buku Media Guru Surabaya”. Kalau dianggap sedikit nekat memang iya, aku berani meninggalkan semua yang terkasih di rumah hanya demi acara itu. Acara yang mungkin menurut orang lain bernilai biasa saja, tapi bagi aku yang sedang senang-senangnya dengan semua hal yang berbau “Media Guru” , rasanya tetap luar biasa.

Begitu “suami ” ku memberi izin berangkat rasanya amat girang, tanpa pernah berpikir panjang apa aku berani ke Surabaya sendiri? Aku kan jarang bepergian jauh…Tapi bukan aku namanya kalau tidak berani menghadapi tantangan, semangat untuk bisa selalu mengikuti setiap acara yang diadakan “media guru “ begitu besar , dengan satu tujuan terpendam semoga semakin aku banyak bertemu orang-orang hebat di media guru rasa ketidakpercayaan diri yang selama ini membelengguku bisa kukendalikan.

Jujur, dengan mengikuti kelas editor buku media guru kemarin aku tidak punya obsesi menjadi seorang editor, aku memang hanya ingin menjadi editor untuk tulisanku sendiri. Kesimpulan sederhana yang dapat kuambil setelah berlatih menjadi seorang editor buku tadi adalah “ternyata tidak gampang!”.

Yang aku rasakan, melakukan proses editing sebuah naskah tidaklah berbeda dengan kita meng”kritik” orang lain. Bedanya, kita tidak bicara langsung pada seseorang tapi kita melakukannya di atas karya orang lain. Disinilah aku merasakan nyala kobaran semangat yang kubawa dari rumah kemarin tiba-tiba meredup.

Aku terpaku diam di depan naskah pertama yang harus ku edit, dan tiba-tiba aku tersenyum kecut saat kurasakan seperti ada bisikan dari peri jahat berwarna merah di telinga kiriku yang dengan lantang berucap…

“ Hay ibuuu ! ibu mau sok-sok an jadi editor? Emang ibu sudah benar-benar hebat apa sebagai seorang penulis? Emang ibu sudah punya karya gitu? Mana coba?”

Akhirnya , jangankan merubah naskah itu menjadi yang lebih baik, untuk membacanya dengan nada angkuh pun aku tak berani, terbayang oleh ku tidak semua orang kebal akan kritikan, sekalipun itu dalam istilah “kritik membangun”, dan yang namanya kritik rata-rata cenderung berasa balado, alias pedas, jarang kayaknya kritik an itu yang memiliki cita rasa “asem manis.”

Tadi oleh “Sang Editor” handal media guru disampaikan bahwa seorang editor boleh merubah secara prontal jika naskah yang di editnya memang masih sangat jauh dari yang di anggap layak, tapi sebaiknya mengkomunikasikan dengan penulisnya… Olala..ini nih yang membuat kepalaku seperti dikerubuti bintang-bintang.

Yang seperti inilah yang rasanya tak mungkin akan kejadian bila editornya seorang seperti aku. Secara kata orang Jawa aku ini tergolong seseorang yang “Cilik aten”. Boro-boro aku mengkomunikasikan naskah yang kuedit dengan sang penulis, mengedit karyanya di layar laptopku saja aku seperti gemetaran, salah satu indikasi aku gugup dan takut dapat dilihat dari beberapa kali pergerakan aku ke toilet. Hahaha.

Aku mengikuti semua pemaparan “Sang Maestro” editor media guru sampai selesai. Aku mencoba menyembunyikan segala ketidaksempurnaan ku mengikuti kelasnya kali ini dengan memberikan ucapan terimakasih dan doa tulus semoga beliau selamat di penerbangannya ke Medan.

Dalam hati aku bersyukur pada Tuhan karena dua hari di Surabaya ini aku selalu dalam lindunganNya. Meskipun mungkin aku bukan seorang yang memiliki sesuatu yang pantas di banggakan dikelas calon-calon editor buku tadi, tapi aku pulang ke Jogja dengan membawa banyak hal dan kenangan….”Ilmu baru tentang proses editing naskah..., teman-teman calon editor yang sangat penuh gairah... , bertemu dengan “genk” baru..., merasakan tidur di guest house nya LPMP Jatim..., dan bisa menikmati kota Surabaya di waktu malam bersama group “Lima sekawan”... serta serunya mencari lima gelas “Teh Panas” rasa Surabaya...

Kini , keretaku sudah semakin menjauhi Surabaya, masih sulit rasanya memejamkan mata sebelum kenangan tertuang dalam tulisan sederhana ini. Aku harus bisa menepati misiku di awal, setidaknya aku akan menjadi seorang editor bagi diriku sendiri, bagi karyaku sendiri, sembari terus belajar dan belajar untuk lebih baik lagi dalam dunia literasi .

Kusimpan file tulisan ini, Kututup laptopku dengan hati damai, dan andai saja tidak lagi di dalam kereta rasanya aku ingin melakukan hal yang biasa kubuat saat aku akan kehabisan semangat, mengepalkan tangan lalu dengan lantang berteriak….semangattt….Achieevedddd……!

Sancaka, medio 7-8 mei 2017.20;30 WIB

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

wow kereeen. tulisannya bagus, bu. Renyah dan lancar. Luar biasa. Oh ya, ada satu saran: mengubah bukan merubah (paragraf 10 baris 2)

08 May
Balas



search

New Post