Fathul hayati arlian

Saya adalah seseorang yang biasa-biasa saja, dilahirkan di kota Banjarbaru Kalimantan Selatan. Sejak remaja saya senang deng...

Selengkapnya
Navigasi Web

MENGHITUNG HARI MENUJU SEBUAH GERBANG PERNIKAHAN

Oleh : Fathul hayati Arlian Tantangan Hari ke 210 #TantanganGurusiana Semakin dekat acara pernikahan putri kami, tanpa dinyana selaku orangtua kami juga sedikit banyak agak tegang, maklum saja.ini kan pmbelajaran pertama bagi kami dalam mengadakan pernikahan anak kami, jadi ya masih belum pengalaman lah. Walaupun sebagai ibu saya sudah brusaha untuk tetap sabar dan terus bergerak menyiapkan segala sesutunya tapi tetap saja masih seperti serba meraba-raba, masih banyak nanya sana sini, termasuk minta pendapat banyak saudara dan kerabat yang sudah lebih berpengalaman dalam hal ini. Sebagai ibu saya selalu menemani anak perempuan saya dalam menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan keperluan pokok dia, seperti dresscode, tatarias atau MUA, konsep acara, serta urusan seserahan dan souvenir. Sedangkan urusan lainnya diurus bersama antara saya dan suami serta seluruh keluarga pihak pengantin perempuan. Semakin dekat hari H saya lihat suami juga nampak mulai sibuk dalam mempersiapkan surat-surat dan persaratan untuk KUA, agak tegang karena semua persyaratan harus dipersiapkan oleh anak kami yang memang tinggal di Bandung, jadi ya suami maunya “gercep”, maklum lah suami kan memang tergolong yang perfectionist, serba rapi. Benar kata Budhe, dalam mempersiapkan sebuah acara pernikahan segala sesuatunya harus serius tapi tidak saling tegang, harus menjadi tim yang solid, orangtua, keluarga besar dan juga yang utama adalah calon mempelai. Semuanya harus kompak dalam mempersiapkan hari “H” itu, agar menjadi kenangan sekali seumur hidup yang penuh makna dan kenangan manis, yang bisa dijadikan catatan sejarah bagi kehidupan pribadi masing-masing. Sebagai seorang ibu yang baru pertamakali ini mempersiapkan anaknya memasuki gerbang pernikahan, sebenarnya saya pun tidak luput dari kecemasan-kecemasan kecil yang sering melanda, tapi saya berusaha menutupinya sebaik mungkin agar tidak menambah tegang atau cemas orang lain di sekitar saya, selain minta saran dan masukan dari banyak saudara dan teman dekat diam-diam saya juga sibuk belajar dan membaca lewat google tentang apa saja yang harus disiapkan sebelum memasuki gerbang pernikahan, walaupun yang akan menikah adalah putri saya, tapi setidaknya saya tetap terus banyak belajar agar saya bisa terus ada ketika anak gadis saya bertanya banyak hal tentang pernikahan. Menurut sebuah literatur yang saya baca, sebelum menikah ada perlunya kita memahami tentang persiapan fisik dan mental, jadi bukan hanya memikirkan bagaimana cara menggelar acara resepsi yang indah dan tak terlupakan. Dalam hal persiapan mental, yang dimaksud disini adalah bagaimana kesiapan calon suami dan calon istri untuk memasuki masa transisi dari kehidupan mereka yang sebelumnya saling mandiri menjadi hidup bersama nantinya, dimana berbagai perubahan akan menanti keduanya, seperti gaya hidup, pola pikir dan kewajiban-kewajiban dalam sebuah rumah tangga yang akan dijalani ke depannya, semua perlu kesiapan mental yang matang. Ketika saya membaca banyak literatur saya semakin bisa memahami, dan saya yakin putri saya sedikit banyaknya sudah memahami itu juga, Bismillah, saya yakin putri saya sudah siap untuk semua itu. Sebagai ibu saya berusaha terus ada untuk dia, mengajarkan dia banyak hal tentang bagaimana ke depannya menjadi istri, dan bersiap diri jika suatu hari kelak putri saya akan lebih banyak lagi bertanya dan meminta bantuan. Saya juga sudah melihat keseriusan mereka berdua, sang calon pengantin ini sudah mulai sibuk mencari kontrakan di sela-sela persiapan fisik dan mental mereka menjelang hari H, sampai-sampai suamiku jadi terharu dan berairmata ketika mengetahui anak dan calon menantunya sibuk cari kontrakan yang akses ke kantor mereka tidak terlalu sulit, sebagai istri aku hanya bisa menyatakan satu kalimat kepada suamiku..: “ Biarlah mereka belajar memulai melangkah menata kehidupan rumah tangga mereka sendiri….kita hanya perlu memperhatikan dari jauh dulu, jika mereka meminta pendapat atau membutuhkan dukungan kita, baru kita mendekat ke mereka……” OmahGulon, 17 September 2020 Fathul Hayati Arlian #TantanganGurusiana
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post