Guru Berkarya, Siswa Bahagia

Oleh: Fatima Zahro

Dahulu ingin memiliki karya, seperti mimpi di siang bolong. Mengapa demikian? jangankan sebuah karya, menulis biasa saja sulit dicerna. Artinya hanya bisa menuangkan ucapan dalam tulisan dan tidak memerhatikan kebahasaan atau pun memahamkan sang pembaca nantinya. Bukan karena jeleknya bentuk tulisan, tetapi kurang perhatiannya sang penulis pada alur tulisannya.

Nah, saat ini beda. Ketika menjadi pemenang dengan karya yang dimiliki, membuat siswa-siswi saya terperangah penasaran ingin mengetahui bagaimana caranya menang lomba? Tidak sedikit yang bertanya “Bu guru, kok sering menang dalam menulis?” katanya. Dengan senyumnya yang selalu menggairahkan jiwa, semangat mengikuti lomba itu semakin kuat.

Dengan karya-karya yang semakin padat dimiliki, itu pun dibarengi dengan piagam pemenang, membuat siswa saya juga semakin semangat ingin berkarya dan menang lomba. Tidak hanya itu, yang saya rasakan semakin banyak penghargaan menang lomba semakin memudahkan saya menularkan ilmunya pada siswa. Mereka bahagia dengan semaian ilmu yang diterima.

Mula siswa memiliki sebuah karya buku. Pemirsa bilang, “siswa berprestasi terwujud dari Guru berprestasi,” kalimat ini yang juga menjadi motivasi saya dan anak didik. Sebelum karya buku terwujud, banyak proses yang harus dilalui. Seperti mendatangkan Perpustakaan keliling sebulan satu kali. Dari pengalaman tersebut, saya kumpulkan siswa-siswa yang dianggap mampu dalam literasinya.

Semua siswa pada bahagia dapat tularan ilmu dari gurunya yang sering mengikuti lomba menulis. Tak heran jika mereka juga menang dalam lomba menulis, karena ada guru yang mendampingi dan membelajari hingga meraih penghargaan pemenang menulis tersebut. Awalnya hanya segelintir siswa yang inigin tulisannya diikutkan lomba. Namun, dengan semangat yang ada pada dirinya, mereka dapat mengalahkan semuanya. Terbukti antusiasme siswa berdampak pada minat mengikuti lomba menulis di setiap bulannya.

Memiliki beragam karya membuat mereka selalu tersenyum. Karena akan ada yang bantu-bantu di sana. Seringnya mendapat penghargaan pemenang dari karya yang diciptakan, saya semakin mudah memberikan tularan ilmu padanya. Dengan demikian, siswa saya semakin luas pengetahuan. Makanya jika gurunya yang memiliki karya, siswanya pasti akan bahagia. Disadari atau tidak, semakin guru berkompetensi semakin berkompetensi pulalah siswanya.

Guru semakin getol berkompetisi, siswa begitu pula. Karena yang dilakukan siswa, gambaran yang dilakukan guru. Guru menjadi orang tua kedua bagi siswa. Tak heran jika mereka saling mensupport dalam kesehariannya. layaknya yang saya lakukan saat ini. Anak menjadi teman setia untuk memudahkan kelancaraan tularan ilmu dalam kepenulisan. Setelahnya adalah siswa yang dalam praktiknya juga memudah menularkan ilmu padanya.

Kebahagaan siswa tak dapat diukur dengan besarnya benda. Mereka bahagia dengan apa yang pernah diterima. Baik itu yang terwujud besar atu kecil. bagi saya, tak pernah mengharap imbalan dengan yang pernah saya perbuat padanya. Namun, saya pasrahkan segalanya pada sang Kuasa. Karena Allah maha mengetahui segalanya. seringnya membantu mereka belajar, saya juga dimudahkan segala urusan oleh Allah. Dan yaqinlah, semua kebaikan yang diperbuat akan kembali sesuai perbuatannya.

Meski terkadang kebaikan datang bukan dari orang dibaiki dahulu. Tetapi kebaikan kita dibalas oleh orang lain. Semoga ke depan semakin berkah amin.