Fatma Amalia

Guru SDIT Laboratorium Salaman, Magelang. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Sahabatku..

Cerita ini bermula ketika aku bertemu dia, Lefi, si anak pendek yang bertubuh gempal tapi ceria. Aku mengenalnya ketika aku pindah ke sekolah ini. Tubuhku yang kurus dengan pakaian lusuh tak berani menatap kedepan.

Aku memperkenalkan diriku di depan kelas. Tak ada yg mendengarkan dan mempedulikanku, kecuali Lefi yang menatap antusias ke arahku. Matanya sangat bersahabat.

Ketika itu Bu Guru menanyakan ke teman-teman baruKu..adakah yang mau dijadikan teman satu bangkuku. Tak ada satupun yang membiarkan aku duduk. Bahkan beberapa di antara mereka menatapku penuh dengan rasa tak nyaman. Entahlah..aku menunduk sampai terus berharap ada satu anak yg mau duduk denganku.

Tiba-tiba Lefi berteriak,"denganku saja bu." "Boleh..ayo Mbak Nita, kamu bisa duduk dengan Lefi," jawab Bu guru dengan penuh perhatian.

Kuhampiri tempat duduknya. Bersalaman dan tersenyum. Ah alangkah baiknya dia. Wajahnya imut dan sangat ceria. Tak ada keraguan ketika dia menjabat tanganku.

Bahagia rasanya hatiku ketika aku berkenalan dengannya. Ketika istirahat pun ia menemaniku, makan bersamaku, bahkan berwuhhu untuk solat zuhur pun kami bersama-sama.

Keesokan harinya dengan hati yang riang aku pergi ke sekolah. Jilbabku yang lusuh bahkan tampak bersinar karena kebahagianku saat itu.

Namun, ketika sampai di sekolah, aku tertegun dengan semua perlakuan temanku di mejaku. Mejaku penuh dengan coret-coretan kapur..putiiih. bahkan ketika kau coba membersihkan masih akan tertinggal banyak disana. Laci mejaku penuh dengan sampah, ada plastik bekas bakso goreng dengan sisa saus di dalamnya, bungkus permen, bahkan permen karet yg juga asyik menempel di bawah mejaku..

Ku tahan tangisku..aku tak boleh menangis..aku harus kuat..

Tapi tetap saja air mata menetes..perlahan kuseka dengan jilbabku..

Kubersihkan mejaku pelan-pelan..

Seketika itu, Lefi datang dan kalian tahu apa yg dia lakukan..ia melawan mereka semua. Memarahi mereka..menasehati mereka. Yang lain tak peduli. Tak ada yg mendengarkan. Bahkan ikut pula mengejeknya. Dia tak bergeming dari tempatnya. Tetap menasehati..seketika itu aku bersyukur..dan berkata "tak apa Tuhan..satu saja..satu saja..aku punya dia..temanku ini..sahabatku ini..aku janji akan menjaganya..aku janji akan tetap bersahabat dengannya..aku berjanji tak akan ada air mata lagi..aku yakin aku akan tetap kuat di sekolah ini..bersama dia.."

Magelang, 13 April 2018

Menunggu waktu makan siang, di jam kosong..

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post