Fatmawati

Fatmawati, lahir pada 17 Februari 1980 di Samarinda, ibu kota Propinsi Kalimantan Timur. Berasal dari keluarga sederhana yang dari pernikahan campuran.&nb...

Selengkapnya
Navigasi Web

Anak-anak itu anak anak kita jua

Mereka peniru ulung

Anak-anak dilahirkan dalam kondisi fitrah. Kita lah yang mewarnai mereka. Ya kita orang dewasa disekitarnya lah yang mewarnai mereka dengan prilaku kita sebagai role model mereka. Siapapun kita ketika kita berinteraksi dengan mereka, maka kita akan menjadi role model bagi mereka. Anak-anak adalah peniru ulung prilaku orang dewasa yang dilihatnya, baik kita sebagai orangtua, guru atau hanya sekedar tetangga. Mereka akan meniru prilaku orang dewasa yang sering mereka lihat. Kita harus menjaga prilaku kita ketika berintaraksi dengan mereka jika kita menjaga kemurnian fitrah mereka. Tidak ada anak-anak yang salah, yang ada adalah kita yang salah karena bagaimanapun kita adalah blue print kepribadian mereka.

Anak-anak belajar dari kita bagaimana kita mengendalikan emosi, bagaimana nada suara kita. Anak-anak pun meniru kita bagaimana kehidupan spritual dan tak jarang ditemui bagaimana mereka dapat terbiasa melakukan ibadah karena terbiasa oleh rutinitas orangtua dan masyarakat disekitarnya. Demikian pula sebaliknya, terkadang kita di sekolah kesulitan meminta anak-anak didik kita untuk beribadah karena ternyata di rumah dan lingkungan tempat tinggal mereka, mereka tidak terkondisikan melakukan ibadah karena orangtua dan masyarakat mereka pun abai akan hal tersebut.

Sayangnya, kita sebagai orang dewasa di sekitar anak-anak masih banyakk yang tidak menyadari hal ini kemudian memberikan stembel buruk kepada anak atas prilaku mereka. Padahal mereka dapat berbuat demikian karena pasti adanya mereka tiru. Tidak mudah memang bercermin kepada prilaku kita dan mengintropeksi diri. Tetapi kita harus berlatih untuk itu, sulit bukan hal yang tidak mungkin. Anak-anak itu adalah harapan kita di masa depan. Itu tanggung jawab kita, sebagai orangtua, sebagai guru atau pun sebagai anggota masyarakat.

Keabaian kita adalah sebuah petaka

Kepekaan dan kepedulian kita akan kehadiran anak-anak disekitarnya harusnya menjadi bagian dari kepribadian kita sebagai manusia menyadari bahwa kita memiliki tanggung jawab atas kelestarian keberadaan umat manusia di muka bumi ini dengan mengabaikan kemajemukan suku, agama dan ras. Anak-anak itu, siapapun mereka anak-anak biologi kita, anak-anak didik kita, anak-anak asuh kita ataupun anak-anak umat manusia yang ada di muka bumi ini adalah tanggung jawab sosial kita sebagai orang dewasa disekitarnya. Kepedulian kita atas mereka akan berbuah kelak dengan kepedulian mereka akan kita kelak di masa tua kita.

Ketidakpedulian kita atau bahkan kejahatan kita pada mereka adalah petaka bagi kehidupan umat manusia, tidak hanya bagi anak-anak kita tersebut tapi juga kelak akan berdampak petaka pula bagi kita di masa datang. Kita harus memutuskan mata rantai kejahatan yang ada. Mungkin masa lalu kita penuh dengan kenangan buruk namun kita harus berupaya keras agar kita tidak mengulang kesalahan orang dewasa dulu kepada kita dengan menghadirkan masa kanak-kanak yang indah untuk anak-anak kita. Kekerasan apapun bentuknya akan memberikan kenangan buruk dan akan berakibat tidak baik di masa depan.

Maraknya pemberitaan tentang anak-anak yang menjadi korban kekerasaan seksual, perdagangan anak, narkoba dan tindak kekerasaan harusnya membuka mata kita untuk dapat bergandengan tangan dengan semua pihak untuk menjaga mereka. Bagaimanapun mereka adalah tanggung jawab kita. Kita hadir lebih dahulu di dunia daripada mereka, kita memiliki pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman hidup yang lebih dari mereka. Kita harus memiliki kepedulian yang sama terhadap anak-anak kita, terlebih jika mereka adalah anak-anak didik kita dan anak-anak biologi kita. Bagaimanapun juga mereka yang keberadaan dekat dengan kita.

Kepekaan dan kepedulian kita terhadap mereka memberikan pengetahuan dan keterampilan hidup beradaptasi dan mempertahankan diri. Kita harus mengemas materi hak asasi manusia dengan baik dan menyampaikan kepada mereka dan bagaimana mereka mengakses bantuan jika mereka memerlukan. Kita memang tidak dapat mengawasi keberadaan mereka terus menerus maka kita pun dapat mengajarkan mereka tentang kemandirian. Kita harus dapat mengajarkan kepada anak-anak kita tentang bahaya yang mengancam mereka dan bagaimana mengatasi situasi tersebut jika hal yang tidak diinginkan terjadi pada kita dan mereka. Simulasi penanggulangan situasi darurat atas kondisi bahaya yang mungkin terjadi harus kita ajarkan kepada anak-anak kita. Ini penting sebagai wujud kepedulian dan kepekaan kita atas permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat.

Mempersiapkan Anak Untuk Menghadapi Tantangan Di Masa Depan

Tantangan kepada kita selaku orang dewasa baik orangtua ataupun guru di sekolah dan lainnya adalah bagaimana kita menyiapkan mereka menghadapi kehidupan di masa depan yang tentu saja sarat dengan rintangan yang tentu berbeda di masa kita. Membuat mereka menjadi generasi yang memiliki semangat dan daya juang yang tinggi sekaligus memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan spritual yang baik. Ini tantangan bagi kita, untuk mau meluangkan waktu dan tenaga untuk menyiapkan mereka. Tantangan ini menuntut kita agar mau belajar bersama mereka, melalui tahapan tumbuh kembang anak anak kita bersama dengan mereka. Ini memang tidak mudah di tengah tuntutan ekonomi agar kita dan anak-anak biologi kita memiliki kehidupan yang layak secara kemanusian. Namun kefakiran emosi lebih membahayakan daripada kefakiran ekonomi. Kekayaan spritual dan emosional akan mampu membuat kita memiliki daya juang menghadapi tantangan ekonomi bersama anak-anak biologis kita bahkan anak-anak didik kita.

Jangan menyia-nyiakan waktu hanya untuk mengejar kejayaan ekonomi dengan mengabaikan hak-hak anak-anak kita, baik anak-anak biologis, maupun anak anak didik kita. Kepedulian kita terhadap permasalahan yang ada di masyarakat kita merupakan sebuah pembelajaran yang baik untuk anak-anak kita. Ingatlah anak-anak kita akan mengimitasi kita sebagai prototipenya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Jangan lewatkan waktu tanpa mengukir kenangan di hati anak-anak kita. Semangat bunda

02 Jul
Balas



search

New Post