Fatmawati

Fatmawati, M.Pd. guru SMP Negeri 1 Kedawung , Jln. Cideng Jaya no. 299 Kertawinangun Kec. Kedawung Kab. Cirebon Jawa Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web
MANISNYA MEMAAFKAN

MANISNYA MEMAAFKAN

MANISNYA MEMAAFKAN

Bismillahirrahmanirohim, itulah kata terucap lirih ketika Sari melangkah kaki ke tangga pesawat berjenis Boing 737 - 800 yang akan membawanya pergi dari Bandar Udara Mutiara Kota Palu menuju ke Makassar. Pelahan Sari mengikuti Bang Haris yang berada tepat di depannya sambil memegang erat tas yang selalu setia kemana pun Sari pergi.

“Selamat siang Bu, tujuan Makassar, boarding passnya?”

“Kursi 27A” sambil menyodorkan kertas kecil yang kupegang sejak tadi. kataku sambil berlalu. Sari balas dengan senyuman sapaan gadis cantik yang seantiasa menyapa setiap penumpang yang memasuki pintu pesawat. Iya itu, pramugari yang akan senantiasa melayani para penumpang pesawat sepanjang perjalanan hingga tiba ke tempat tujuan.

“Hayy....Sari, apa kabar?” sapa seorang wanita paru baya yang duduk di kursi nomor 3C.

“Hee,baik Puang Dya “ balas Sari sambil menarik tangan dan bersalaman. Mata Sari tertuju pada laki-laki yang sedang duduk lemas, di kursi 3B sedikit tersenyum walau tidak terucapan satu katapun dari bibir laki-laki itu.

“Apa kabar Puang?” tanya Sari sambil menjabat tangannya. Lak-laki , Andi Norman namanya, itu tidak membalas pertanyaan Sari, hanya ada senyum. Dan segera Sari paham Kak Norman sedang tidak sehat.

Pertemuan singkat itu, mengingatkanku dan seakan membawa Sari terbang jauh bagai melintasi lorong waktu yang sudah lama nun jauh ke sana di suatu tempat. Ketika usia kanak-kanak, masa remaja yang Sari habiskan disebuah desa yang sangat jauh dari jangkauanku saat ini. Sudah lama sekali.

Mengikuti Bang Haris yang sudah duduk di kursi , sementara memberi Sari jalan untuk menempati kursi 27A.

“Ibu duduk dekat jendela..?”kata Bang Haris singkat.

“Iya..” jawab Sari singkat. Mereka sama-sama sibuk memasang sabuk pengaman masing-masing.

“Ada Andi Norman” kata Sari kepada Bang Haris.

“Siapa?” tanyanya sambil merapikan seat bellnya.

“Itu saudara yang menjadi dosen di sini, sekarang beliau sakit dan akan berobat ke Makassar” Sari menjelas .

“Oh iya, kenapa?”balas Bang Haris singkat.

“Sesampainya di Makassar nanti kita akan mengantarkan beliau ke rumah adiknya yah” kata Sari sambil memohon kepada Bang Haris .

“Iya..”jawab Bang Haris singkat.

“Rumah saudaranya tidak terlalu jauh dari rumah adikku. “ kata Sari berusaha meyakinkan Bang Haris.

Seperti biasanya ketika penumpang sudah menaiki pesawat, para penumpang segera memasang seat bell , ada penumpang pesawat sibuk dengan aktivitas masing-masing walau tidak bisa lagi bergerak lebih banyak. Ada yang langsung membuka-buka koran lokal yang telah disiapkan di hadapan masing- masing, ada yang langsung memejamkan mata dengan mulut komat-kamit mungkin sedang membaca doa perjalanan, ada yang memasang head setnya, ada yang sibuk memotret dari balik jendela sengaja mengabadikan pesawat yang lain tepat berada di sisi pesawat yang sedang mereka tumpangi.

Terlihat dua pramugari menempati tempat di bagian depan dan tengah pesawat, berdiri lengkap dengan alat peraga di tangan masing siap memeragakan petunjuk keselamat penerbangan.

Bang Haris yang duduk disisi kirim Sari memejamkan mata. Sari mengikuti memejamkan mata, berdoa di dalam hati namun tidak khusyu. Pikiran Sari jauh tertuju pada seseorang yang telah mengukir bulir-bulir di hati sanubari yang sangat dalam. Yah, dia adalah adik bungsu Kak Norman. Herman namanya. Puluhan tahun tidak ada komunikasi dengannya. Hanya kabar berita yang selalu datang walau tidak dengan sengaja.

Seakan kembali teringat lagi peristiwa yang sudah lama berlalu.

“Nak, yang sabar yah.” Kata nenek suatu ketika akan menyampaikan suatu berita.

“Ada apa?”tanyaku tidak sabar.

“ Herman telah menikah.” Jawab nenek singkat berusa untuk tersenyum, berusaha menghibur Sari. Mendengar kabar itu Sari tidak bisa berkata apa-apa. Hanya terdiam badannya terasa lemas, lunglai, napas seketika tersendat beberapa detik. Berita itu amat sangat menyakitkan. Mengubah segalanya, mengakhiri penantian Sari selama ini. Sari berusaha tersenyum. Walau ingin rasanya menangis sekencang-kencangnya, marah, dan kecewa. Bukankah Herman sudah berjanji. Janji yang juga didukung oleh keluarga besar akan mempersatu mereka ke jenjang pernikahan setelah nanti kelak mereka telah siap. Kuliah mereka selesai masing-masing. Mereka tidak menolak satu sama lain. Mereka toh juga saling cinta, cinta monyet, yang mereka rasakan saling tertarik ketika mereka masih sama-sama duduk di bangku SMP. Keluarga besar merestuai mereka. Keluarga menganggap mereka adalah pasang ideal. Sari anak sulung sedangkan Herman anak bungsu dari 5 bersaudara. Stt, bukan bungsu dia masih punya 4 saudara tiri, bungsu yang punya adik karena saudara tapi lain ibu masih ada yang lebih mudah lagi. Mereka 9 bersaudara dengan 2 ibu dan satu bapak . Kelihatan mereka akur-akur aja. Mereka saling menyanyangi satu sama lainnya, rukun, enjoi aja kelihatannya. Tampaknya begitu. Bukan itu masalahnya . Pikiran Sari tertuju pada diri Herman, di mana dia sekarang, bagaimana dia, susah, senangkah dia, Sari ingin sekali berbicara dengannya, menanyakan banyak hal, tentang mengapa dan mengapa dia ingkar. Hingga hari ini belum ada penjelasan yang membuat Sari puas walaupun kini di sini sudah ada pendamping yang sangat membanggakan bagi Sari, segalanya bagi Sari, mengubah banyak hal tentang diri Sari. Bagi orang kebanyakan dia sangat istimewa, dan memang sangat istimewa bagi Sari. Berpangkat, tampan, baik hati, perhatian, tapi memang sedikit pendiam. Banyak perbedaan di antara mereka. Dari suku yang perbeda, sangat berbeda. Tidak terbayangkan sebelumnya menjalin hubungan dengan orang dari suku yang berbeda, apalagi suku yang berbeda dan dari pulau yang berbeda dan juga tergolong sangat jauh dari kampung halaman Sari.

Dulu … dulu… Sari dan keluarga besarnya sangat berhati-hati dengan orang lain dalam berbagai hal. Mereka senantiasa menjaga hubungan dengan keluarga dari kalangan mereka sendiri. Tidak membuka diri terhadap suku di luar mereka. Bagai katak dalam tempurung. Kak Norman menikah dengan Kak Dya yang masih saudara sepupuh. Dan Kakak dari Kak Daya, Kak Sufi, menikah dengan Kak Jaizah, adik Kandung lain ibu dari kak Norman. Menikah dihari yang sama. Menikah kembar. Entah apa yang melatarbelakangi hubungan yang seperti ini. Sari dengan keluarga kak Norman masih termasuk kerabat dekat, masih saudara, istilah di keluarga mereka, sepupuh tiga kali. Konon kabarnya bila Sari dengan Kak Herman menjalin hubungan, katanya sangat tepat agar kekeluargaan yang sudah mulai agak jauh dieratkan kembali dengan jalinan hubungan yang sangat erah.

“Bu, boleh minta minumnya?” Kak Bang Haris membunyarkan lamunan Sari.

“Ohh, iya Bang” sambil menyodorkan botol minum yang selalu Sari siapkan di dalam tas kemana pun Sari pergi.

Tanpa terasa penerbangan sudah berlalu dan tidak lama lagi pesawat akan mendarat. Seperti biasanya ketika pesawat akan mendarat di Makassar, ada sedikit goncangan. Entah pengaruh apa. Goncangan memaksa Bang Haris membuka mata. Terjaga dan merusaha melongok ke jendela yang ada di sisi kanan Sari. Walau yang terlihat awan putih yang di sana sini kerlap sinar mentari menyilaukan mata.

“Sebentar lagi kita akan mendarat” Bang Haris memulai .

“Kita bisa mengantarkan Kak Norman Kan?” sambl melirik Bang Haris yang duduk di samping Sari

.“Iya.” Jawab Bang Haris sambil memejamkan matanya lagi.

Nada dering di hp Sari berbunyi ketika mereka baru saja tiba di rumah dinas mereka.

“ Dek, atas nama keluarga saya menyampaikan ucapan terima kasih, sebab telah mengantarkan Kak Norman sampai di rumah.”demikian kalimat yang terbaca di sms itu.

Membaca sms ini, justru ingatan tertuju pada seseorang yang sangat dibenci oleh Sari, yah dia adik Kak Norman, Herman namanya.

“Siapa pun ini, tolong sampaikan salam hormatku kepada kak Herman, orang yang paling kubenci di dunia” demikian sms yang ditulis Sari seenaknya untuk menjawab sms dari nomor yang tidak dikenalnya itu. Pirasat Sari no hp ini dari seseorang yang memang sangat diharapkan oleh Sari. Isinya menunjukkan bahwa pasti ini dari keluarga Kak Norman. Sari berharap yang mengirim sms ini adalah dia. Dan dugaan Sari tidak meleset.

“Ini saya dek Sari , Herman. Dek Sari, saya minta maaf atas apa yang sudah kulakukan pada adik dan keluarga adik. Saya telah mengingkari janjiku. Ini kulakukan karena terpaksa. Tidak ada jalan lain, harus menjalani ini karena tidak ada pilihan.” Ini kalimat sms selanjutnya.

Belum sempat Sari membalas sms ini, nada dering berbunyi lagi.

“ Penting melanjutkan hidup dan kuliahku di perantauan, sementara kiriman uang dari orang tuaku tersendat-sendat. Dalam kondisi yang sangat memprihatinkan ini, seorang gadis tetangga kosanku senantiasa memperhatikan keadaanku. Inilah awalnya”. Isi smsnya lagi.

“Dek, sekarang saya sedang menangis dan menyesalinya. Sengaja kukunci mengunci diri di kamar mandi agar keluargaku tidak ada yang tahu kalau saya sedang menangis.“ bunyi sms berikutnya. Sengaja Sari tidak membalas sms dan memberikan kesempatan kepada Herman untuk meneruskan menumpahkan segala curahan hatinya.

“Dik, semua orang di rumah kakak memperhatikan aku, tak kala saya meminta no hp adik kepada kak Dya. Mereka mulai curiga bakalan ada yang terjadi” Tidak terasa air mataku juga menetes membaca sms demi sms dari Kak Herman.

Andaikan saja dulu alat komunikasi secanggih sekarang, mungkin tidak akan begini jadinya.

“Saya sangat sedih ketika mendengar berita kalau keluarga adik diusir dari kampung lantaran adik menolak lamaran Om Din, saya menyesal, ini salahku” isi sms kak Herman.

Kubiarkan dia meneruskan apa yang hendak dikatakan sebagai bentuk pembelaan dirinya terhadap apa yang sudah ia lakukan.

Om Din itu adalah masih kerabat dekat ayah Sari, orang baik, berwibawah, pendiam, berpendidkian tinggi, calon pendidik juga, guru, umurnya terpaut agak jauh dari Sari. Tapi terakhir, bukan itu yang menjadi alasan Sari menolak lamaran om Din. Malahan terlalu baik untuk dia sebagai pribadi. Selama ini Sari menganggap sebagai orang yang sangat baik sebagai seorang paman. Tanda petik bukan calon pendamping hidup.

Kurang lebih 20 tahun sejak kejadian itu, saat berita kebahagiaanya, dan berita menyedihkan untuk Sari. Dan selama itu tidak pernah ada penjelasan terlebih lagi permohonan maaf dari Kak Herman. Hingga hari ini menerima sms demi sms yang dikirim untuk menjelaskan apa sudah menimpah diri Kak Herman, sebagai bentuk pembelaan dan permohonan maaf.

Sekarang mereka sudah menjalani hidup masing-masing, baik Sari maupun Kak Herman, sudah membangun hubungan yang sudah ditakdirkan oleh Allah SWT.

Sari bertemu dan berkenalan dengan Bang Haris tepat beberapa hari setelah mendengar berita buruk yang datang dari neneknya di Kampung. Ketika baru saja memulai suatu kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Suatu kebetulan yang tidak pernah diduga sebelumnya akan bertemu dengan anggota militer yang juga sedang melakukan kegiatan, AMD ( ABRI Masuk Desa). Ini salah satu kegiatan yang dinilai sukses pada masa Orde Baru. Bang Haris salah seorang prajurit yang ikut pada kegiatan tersebut.

Perkenalan berlanjut hingga program masing-masing, Sari dengan program KKN-nya, Bang Haris dengan Program AMD-nya. Perkenalan yang tidak pernah diduga itu tidak berlangsung lama hingga dilanjutkan kepada hubungan yang lebih serius.

Menghadapi jalin hubungan yang lebih serius untuk dua orang yang memiliki latar belakang yang sangat berbeda tidaklah mudah. Tantangan demi tantangan mereka hadapi.

Tantangan yang paling mendasar dari diri Sari sendiri yang masih trauma pada suatu hubungan. Sulit untuk mempercayaan begitu saja. Terlebih mempercayaan orang yang baru saja dikenalnya. Sadar diri dengan kondisi yang dihadapi. Panjang dan berliku.

Mereka menyakini apa yang telah ditakdirkan olehNya tidaak ada yang tidak baik. Menjalani hubungan yang sudah ditakdirkanNya dengan ikhlas, insyaalallah akan membuah kebahagian yang teramat indah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bagus Bu. Hanya perlu cermat penggunaan kata ganti -ku. Secara global saya berpikir tokoh utamanya adalah Sari. Jadi ketika muncul kata ganti aku dan -ku saya bingung.

15 Apr
Balas

Terima kasih bu, atas masukannya. Ini untuk pertama kalinya saya menulis. Ingin sekali mengembangkannya menjadi sebuah novel. Kalau boleh minta sarannya...he he mksh

27 Apr

Terima kasih bu, atas masukannya. Ini untuk pertama kalinya saya menulis. Ingin sekali mengembangkannya menjadi sebuah novel. Kalau boleh minta sarannya...he he mksh

27 Apr

Terima kasih bu, atas masukannya. Ini untuk pertama kalinya saya menulis. Ingin sekali mengembangkannya menjadi sebuah novel. Kalau boleh minta sarannya...he he mksh

27 Apr

Woww..herman...ternyata ada cerita lain tentang herman....selamat bergabung di Gurusiana bu..tulisannya keren

15 Apr
Balas

Terima kasih bu, ingin belajar dari ibu /bapak guru yang ada di gurusiana

27 Apr

artikel yang bagus bu

15 Apr
Balas

Terima kasih bu... Untuk pertama kalinya saya menulis, mohon masukannya..

27 Apr



search

New Post