Alhamdulillah, akhirnya saya bertemu juga dengan Pemred MGI, Doktor Eko Prasetyo yang akrab dipanggil dengan Mas Eko. Beliau adalah seorang dosen, penulis, juga pemimpin redaksi Media Guru Indonesia. Pertemuan itu terjadi ketika saya diberi Allah kesempatan mengikuti pelatihan menulis yang diadakan PGRI Kota Solok dalam rangka menyambut HUT PGRI di Balcone Hotel, Bukit Tinggi.

Kehadiran Mas Eko sebagai narasumber sangat ditunggu-tunggu oleh para guru yang ingin menulis dan menerbitkan buku. Tak heran ketika saya melihat kehadiran beliau, para guru sudah mempersiapkan handphone untuk mengambil foto beliau sekaligus mengajak foto bersama. 

Mas Eko seorang penulis yang produktif. Beliau sudah menerbitkan hampir 190 buku, dan bisa jadi jumlah ini lebih banyak jika dihitung dengan tulisan-tulisan beliau yang sudah terbit di berbagai media cetak nasional. Tulisan beliau bernas-bernas. Ide tulisan beliau ada-ada saja, mulai masalah sederhana sampai pada hal-hal yan kompleks, kadang berisi kritikan tajam tentang persoalan yang ada di negeri +62 ini. tetapi beliau membungkus cerita dengan kocak sehingga tidak membosankan untuk dibaca. 

Beberapa tulisan beliau membuat kaum emak serasa ingin mencekik dan menaboknya. Salah satunya masalah poligami. Topik pembicaraan yang selalu diperdebatkan dan tak disukai kaum emak. Tetapi, tulisan itu berbanding terbalik dengan kehidupan nyata beliau yang sangat menyayangi sang isteri. Hal ini terlihat dari foto-foto berdua  yang beliau bagikan di media massa. 

Mas Eko selain dari pintar dan produktif dalam menulis, beliau juga ramah dan sopan ketika menjawab pertanyaan guru atau penulis di gurusiana dan di beberapa pelatihan menulis. Beliau selalu membalas SMS, jika ada yang ditanyakan berkaitan dengan menulis. Bagi saya, sikap dan tindakan beliau membalas chat itu sungguh luar biasa. di tengah kesibukan dan begitu banyaknya SMS yang masuk, beliau masih menyempatkan diri membaca dan membalas SMS meskipun kadang terlambat.  Tindakan dan cara beliau merespon  ini membuat para guru dan penulis pemula merasa dihargai dan betul-betul menemukan seorang guru menulis. Mungkin sikap ini juga yang membuat beliau beken dan keren menewen (meminjam istilah CEO,Mohammad Ihsan) di gurusiana,Media Guru Indonesia (MGI).

Jumat, 30 September 2022 di Balcone Hotel, Bukit Tinggi, saya melihat Doktor ini masuk Ballroom hotel, tempat acara bimtek menulis PGRI Kota Solok, Perawakan beliau  tidak kekar seperti tulisannya,  tinggi beliau sedang dan sedikit kurus.  Setelah acara demi acaradi hari pertama berlalu hingga malam,  kembali beberapa peserta berebut untuk foto bersama. 

Saya melihat beliau hanya dari kejauhan saja. Wajar bapak itu dikerubuti guru-guru calon penulis, sebab beliau terkenal dan jago membimbing guru hingga menerbitkan buku. Saya sempat tersenyum melihat aksi para guru, sedikit lucu dan seperti anak-anak, tetapi sang narasumber tidak bosan melayani aksi foto bareng tersebut. bahkan beliau bertanya, "Ada lagi yang akan foto bersama?" hehehe.

Pada esok paginya, Kegiatan bimbingan menulis dilanjutkan lagi. Sesekali terdengar suara tawa peserta karena aksi kocak sang doktor. Di sela-sela jeda kegiatan, para guru terus meminta beliau untuk foto berdua atau bersama. Saya ingin juga foto bersama, tetapi saya memilih memraktekkan aplikasi yang baru beliau ajarkan. Sehingga saya tidak ikut foto-foto bersama beliau.

Tak beberapa lama, tiba-tiba, Saya dikejutkan oleh kehadiran sang doktor yang duduk di samping saya. Pada saat itu saya sedang asyik mencoba aplikasi mendeley yang beliau ajarkan tadi. Kondisi itu saya manfaatkan dengan bertanya beberapa hal tentang kegiatan menulis dan progrma MGI lainnya. Saya sempat melihat sorot mata beliau. Saya pikir beliau sangat lelah dan sepertinya kurang sehat, tapi saya tak berani bilang begitu.

Pada kesempatan itu, saya tidak lupa untuk mengabadikan moment foto dengan beliau. Dalam hati, saya bangga. Peserta mendatangi beliau, saya justru tenang di tempat tetapi beliau mendatangi saya. Saya tdak tahu apa yang ada dipikiran beliau sehingga mau duduk di dekat saya. Bisa jadi Allah menggerakkan langkah beliau untuk duduk di samping saya, dan hal itu bagi saya adalah sebuah karunia Allah.

Ketika beliau duduk di samping saya, saya berkata dalam hati selain pintar, ternyata sopan dan sederhana sekali bapak ini. Saya merasa bangga menjadi bagian dalam gurusiana karena sang editor yang selama ini keren menewen  memang kemampuannya tidak abal-abal. Beliau mampu membuat para peserta pelatihan percaya diri untuk bisa menulis. Termasuk saya sendiri yang kembali ingin aktif menulis. Saya lebih suka menyebut diri sebagai pembelajar penulis pemula di gurusiana dengan tulisan yang saya  hasilkan masih jauh dari kata baik dan benar bahkan tulisan saya masih abal-abal.

Semoga suatu saat, saya diberi kesempatan kembali bertemu dengan lelaki hebat dan rendah hati ini, Mas Eko Prasetyo dan juga bisa bertemu dengan CEO MGI, Bapak Mohammad Ihsan. aamiin.

Salam Literasi.