Neraka (Tantanga Ke 213)
NERAKA -----
Panas membara menghujam
Jiwa-jiwa tak berdaya
Merintih menjerit kesakitan
Seraya menyesali diri
//
Lunglai badan terbakar
Musnah hati berduri
Tangisan menyayat hati
Suara tak terhiraukan
//
Tangisan ini
Menantikan perlindungan
Tapi jiwa telah dimatikan rayuan setan
Yang menari-nari menyuguhkan kepalsuan
//
Kini...saat malaikat Malik murka membara
Saat darah dan nanah menyemburat dari raga
Tiada arti tangisan dan penyesalan
Dari manusia manusia yang jauh pada tuntunan
*****
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ngeri. Puisi Bapak ini mengingatkan supaya senantiasa berbuat kebajikan sebab takut akan siksa neraka. Salam sukses, salam literasi.
Mantap sekali puisinya pak...neraka ih panasss