Fauziah Usman

Lahir di Leubu Kutabarat, 1978. Mulai seklah di MIN sampai SMA di Kabupaten Bireuen. kemudiam melanjutkan Kuliah di IAIN Ar-Raniry sekarang UIN Ar-Raniry mengam...

Selengkapnya
Navigasi Web

JIHAD DENGAN PENA

Berjihad. Asal dari kata jihad diartikan sebagai berperang (dijalan Allah) atau berjuanng (kamus Bahasa Indonesia). Dalam kaitan ini, diartikan sebagai usaha berjuang/ berperang untuk menegakkan kalimah Allah di muka bumi ini. Pada masa awal Islam, berjihad adalah usaha menyebarkan Islam kepada ummat manusia di berbagai belahan dunia. Sedangkan pada masa penjajahan Indonesia, berjihad adalah berperang mengangkat senjata mengusir kaum penjajah kafir yang menindas ummat dalam berbagai sektor kehidupan, khususnya dalam melaksanakan perintah agama. Bangsa Palestina yang sedang berjihad mengusir Israel yang terus membunuh bangsanya. Perkembangan dunia, mungkin setiap pribadi memaknai atau melakukan dengan cara berbeda dalam berjuang menegakkan agama Allah. Wallahu’aklam.

Jika kita menelaah secara mendalam, ternyata berjihad tidak hanya mengangkat senjata memerangi orang-orang yang memusuhi Islam, tapi masih banyak cara lain yang bisa kita lakukan untuk berjihad. Pelajar yang menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh karena Allah. Suami yang bekerja siang malam mencari nafkah buat anak istri melalui jalan halal. Istri yang melahirkan dan mendidik generasi-generasi Islam dengan ikhlas dan sabar dalam melaksanakan semua tanggungjawabnya dalam rumah tangga dengan sepenuh hati tanpa pernah berkeluh kesah. Begitu juga dengan seorang anak yang menjaga orangtuanya yang sudah uzur juga berjihad. Pernah pada masa Rasulullah saw seorang pemuda datang menghadap baginda mengemukan keinginannya untuk ikut berjihad. Beliau bertanya pada pemuda tersebut, apakah masih mempunyai tanggungan. Pemuda itu mengatakan bahwa dia masih mempunyai orang tua yang sudah lanjut usia. Rasulullah kemudian bersabda bahwa mengurusi orangtua yang sudah tua pahalanya setimpal dengan ikut memanggul senjata berjihad di medan perang.

Disamping itu, berjihad juga bisa dilakukan lewat tulisan. Pengaruhnya lebih dahsyat dahsyat dari ledakan bom atom sekalipun, fakta ini bisa kita lihat perang opini yang terjadi di media massa.

Dalam sejarah Islam, banyak nama-nama yang telah berjihad lewat penanya. Sayyid Qutb, Rasyid Ridha, Muhammad Abduh, Ibnu Taimiyyah, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Jamaluddin Al-Afghani, Hamka. Mareka berjuang melakukan pembaharuan dalam dunia Islam. Raganya terkurung dibalik jeruji besi, namun tangan-tangan mareka terus melahirkan karya-karya besar sebagai wujud perjuangan.

Sebuah kisah yang diangkat melalui cerpen ditulis oleh seorang pelajar SMP bisa menjadi renungan bagaimana berjuang lewat tulisan. Dalam kisah tersebut diceritakan perjuangan dua orang wanita dengan latar belakang geografis yang berbeda. Kartini lewat tulisan-tulisannya berjuang membebaskan kaum wanita dari belenggu kebodohan, sehingga terbitlah buku ”habis gelap terbitlah terang” dan kelahirannya diperingati setiap tahun sebagai pahlawan nasional. Cut Nyak Dhien berjuang mengangkat senjata melawan ketertindasan bangsa dari kaum penjajah. Dia menjadi pahlawan Nasional sebagaimana halnya Kartini. Namun kelahirannya tidak diperingati sebagai hari pahlawan tapi hanya diperangati ketika seratus tahun. Apa yang berbeda dalam hal ini. Penulis dengan cerdik mengemukan alasan bahwa kelahiran Kartika diperingati setiap tahunnya sebagai hari pahlawan karena dia berjuang melalui tulisannya. Tulisan-tulisannya tersebut menjadi bukti yang terus hidup dalam sejarah manusia. Sedangkan Cut Nyak Dhien berjuang keluar masuk hutan mengangkat senjata mengusir penjajahan dan karena sibuknya mengangkat senjata tak sempat memegang pena menulis kisahnya. Perjuangannya baru ditulis jauh hari oleh orang lain setelah kemderdekaan Indonesia. wallahu’alam. intinya, perjuangan lewat tulisan lebih abadi.

Semoga di masa akan datang akan terus bermunculan mujahid-mujahid baru yang berjuang dengan mengangkat penanya. Tulisan menjadi menjadi alat penyampaian aspirasi. Sehingga peluru karet dan gas air mata tidak terbuang dengan sia-sia untuk membubarkan massa yang ingin menyampaikan aspirasi. Mengutip kata-kata semua LSM bahwa ”menulis pangkal damai, berceloteh pangkal rusuh”. Salam literasi

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post