Fauzia Wijayanti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING

MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam konstalasi pendidikan global salah satu bidang yang sangat vital yakni bidang bimbingan dan konseling (BK). Suatu program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak mungkin akan tersusun, terselenggara dan tercapai apabila tidak dikelola dalam suatu sistem manajemen yang bermutu. Optimalisasi pelayanan bimbingan dan konseling perlu dilakukan sehingga pelayanan BK benar-benar memberikan kontribusi pada pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah yang bersangkutan.

Bimbingan dan konseling (BK) merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional. Pendidikan tersebut mempunyai hubungan langsung dengan proses humanisasi, terutama jika dikaitkan dengan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan tenaga guru terampil, fleksibel. Mutu manajemen banyak ditentukan oleh kemampuan menajer pendidikan di sekolah dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan sumber daya yang ada.

Pelaksanaan manajemen bimbingan dan konseling harus dirumuskan secara matang baik dari segi program pelayanan BK, mengidentifikasi hal-hal yang dibutuhkan oleh para peserta didik, materi-materi yang harus diajarkan untuk membentuk kematangan peserta didik, satuan layanan dan kegiatan dalam bimbingan dan konseling, tatalaksana bimbingan dan konseling, dan mengevaluasi program harus dirumuskan serta dilaksanakan dengan baik.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian manajemen bimbingan dan konseling?

2. Bagaimanakah perencanaan program bimbingan konseling?

3. Bagaimana pelaksanaan pengarahan progran bimbingan dan konseling?

4. Bagaimana evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling?

C. TUJUAN DAN MANFAAT

1. Untuk mengetahui pengertian manajemen bimbingan dan konseling.

2. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan program bimbingan konseling.

3. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengarahan program bimbingan dan konseling.

4. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen BImbingan dan Konseling.

Manajemen bimbingan dan konseling adalah segala upaya atau cara yang digunakan kepala sekolah untuk mendayagunakan secara optimal semua komponen atau sumber daya (tenaga, dana, sarana/prasarana) dan sistem informasi berupa himpunan data bimbingan untuk menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling dalam rangka mencapai tujuan. Pada prinsipnya manajemen memuat makna segala upaya menggerakkan individu atau kelompok untuk bekerja sama dalam mendayagunakan sumber daya dalam suatu sistem untuk mencapai tujuan. Apabila diterapkan dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, maka prinsip-prinsip dalam Manajemen Pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi : planning, organizing, staffing, leading dan controlling.

Adapun Tujuan dari dilaksanakanannya manajemen bimbingan dan konseling ada lima antara lain:[1]

a. Untuk mengenal diri sendiri dan lingkunagn peserta didik dapat mengenali kekuatan dan kelemahan yang ada dalam dirinya sehingga dia dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.

b. Untuk menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis. Diharapkan peserta didik dapat menerima keadaan yang ada pada dirinya.

c. Untuk dapat mengambil keputusan sendiri. Diharapkan seseorang dapat mandiri dalam mengambil keputusan sendiri untuk memenuhi kebutuhannya dengan kesekuensi yang dapat dipertanggung jawabkan.

d. Untuk dapat mengarahkan diri sendiri. Diharapkan peserta didik dapat mengarahkan dirinya menurut bakat dan juga minat yang ada dalam dirinya.

e. Untuk dapat mewujudkan diri sendiri. Diharapkan peserta didik dapat merealisasikan dirinya dalam bentuk nyata sebagai sebuah wujud rasa percaya diri yang ada pada individu tersebut.

B. Langkah-langkah Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling.

1. Perencanaan

Secara umum perencanaan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling (BK) didasarkan pada kebutuhan dan permasalahan yang secara aktual obyektif dan asumtif prediktif dirasakan dan dihadapi oleh peserta didik.( Suharso : 2009). Aktual obyektif artinya kebutuhan dan permasalahan peserta didik yang diperoleh dari hasil aplikasi instrumentasi baik dengan test maupun non tes. Sedangkan asumtif prediktif diperoleh dari hasil evaluasi program tahun yang lalu dan diperkirakan dibutuhkan oleh peserta didik untuk dimasukkan dalam program.

Bimbingan dan konseling dapat dikatakan sebagai “soko guru” yang ketiga dalam sistem pendidikan di sekolah selain pembelajaran (instruksional) dan administrasi sekolah. Sebagai sub sistem pendidikan di sekolah, bimbingan dan konseling dalam gerak dan pelaksanaannya tidak pernah lepas dari perencanaan yang seksama dan bersistem.

Berkaitan dengan itu, sebelum menyusun Program BK, kami melakukan Aplikasi Instrumentasi terlebih dahulu untuk mengetahui kebutuhan dan masalah yang ada pada diri peserta didik. Adapun Aplikasi Instrumentasi yang kami gunakan adalah Apliasi DCM atau Daftar Cek Masalah yang disusun oleh KES Konseling ( Kudus:2009).

Adapun proses penyusunanya Program BK yang kami lakukan adalah sebagai berikut:

1) Langkah pertama yang kami lakukan adalah mengidentifikasi kebutuhan dan masalah peserta didik yang diperoleh dari hasil tes dan non tes ( DCM )

2) Mengidentifikasi hasil evaluasi program tahun lalu yang belum terlaksana dan sangat dibutuhkan para peserta didik.

3) Mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan umum yang ada disekolah yang perlu dimasukkan dalam program

4) Menyusun program BK berdasarkan kalender pendidikan dalam forum MGBK sekolah

5) Mensosialisasikan Program BK tersebut kepada seluruh komponen sekolah.

Untuk tercapainya program perencanaan BK yang efektif dan efisien, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu : analisis kebutuhan peserta didik, penentuan tujuan BK, analisis situasi sekolah, penentuan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan, penentuan metode pelaksanaan kegiatan, penetapan personal kegiatan, persiapan fasilitas dan biaya kegiatan, dan perkiraan tentang hambatan kegiatan dan antisipasinya. Pengertian “program adalah seperangkat kegiatan yang dirancang dan dilakukan secara kait mengait untuk mencapai tujuan tertentu”.[2]

Dari definisi tersebut dapat diuraikan bahwa suatu program mengandung unsur-unsur :

a. Adanya seperangkat kegiatan, artinya kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan merupakan suatu kegiatan yang utuh.

b. Dirancang, artinya hal-hal yang aka dilakukan dirancang sedemikian rupa agar tidak terjadi pelapisan atau akumulasi kegiatan, apalagi berbagai benturan akibat kegiatan yang dilakukan berulang-ulang yang pada gilirannya berdampak pada penurunan efektivitas dan efesiensi.

c. Dilakukan secara berkali-kali, yaitu bahwa dalam melakukan kegiatan yang sudah dirancang kegiatan itu tidak berdiri sendiri melainkan ada keterkaitan antar satu dengan yang lain. Kegiatan itu tidak hanya terjadi antar kegiatan saja tetapi juga pada tahap kesinambungan kegiatan satu dengan tahap kegiatan selanjutnya.

d. Adanya tujuan tertentu, yaitu sebagai arah dan kendali agar semua aktivitas yang terangkum dalam program selalu terfokus pada satu titik tujuan.

Dalam pelaksanaannya, pelayanan bimbingan dan konseling melibatkan seluruh komponen sekolah, maka dari itu diperlukan program yang sistematis agar pelaksanaannya tidak tumpang tindih dan benturan dengan kegiatan pada bidang-bidang lain.

Adapun program yang sistematis selalu mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut:[3]

a. Program bimbingan dan konseling dirancang untuk melayani kebutuhan peserta didik.

b. Program bimbingan dan konseling merupakan bagian terpadu dari keseluruhan program pendidikan di sekolah.

c. Tujuan program harus diriumuskan secara jelas dan eksplisit (operasional) dan menunang pencapaian keseluruhan tujuan progran dan konseling.

d. Pelaksanaan program perlu melibatkan seluru staf sekolah.

e. Komponen bimbingan dan konseling perlu diidentifikasi dan tugas-tugas serta tanggung jawabnya harus dirumuskan.

f. Segala sumber daya perlu ditemukan untuk mencapai tujuan program.

g. Dua hal yang esensial dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling adalah data pribadi peserta didik untuk pemahaman diri dan bahan informasi untuk perencanaan pendidikan dan pengambilan keputusan.

h. Perlu penetapan rancangan sistem dalam pengembangan dan pemecahan masalah pengelolaan.

i. Dukungan dan pelibatan masyarakat sekitar harus diusahakan sejauh mungkin demi kelancaran penyelenggaraan.

2. Pelaksanaan dan Pengarahan

Setiap sekolah sebagai satuan pendidikan perlu merancang program bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari program sekolah secara keseluruhan. Program inilah yang akan dijadikan acuan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah tersebut.

Terdapat dua jenis program yang perlu dirancang dan diprogram, yakni:[4]

a. Program tahunan.

Program tahunan ini dijabarkan menurut alokasi waktu pada setiap semester, program bulanan, bahkan program mingguan. Oleh karena itu, perlu dibuat dalam satu matriks atau schedule. Dalam program itu dicantumkan sebstansi kegiatan, jenis layanan menurut alokasi waktu.

Kegiatan layanan bimbingan dan konseling sebagai program sekolah, antara lain :

1) Pemberian layanan informasi melalui ceramah yang mengandung nara sumber dari luar sekolah.

2) Program pemberian layanan orienatsi bagi peserta didik baru pada awal tahun.

3) Mengadakan tes bakat dan minat untuk bahan pertimbangan penjurusan.

4) Mengadakan kunjungan ketempat industri yang bermanfaat bagi bimbingan karir.

5) Membentuk kelompok-kelompok group counseling.

6) Memberikan pelatihan keterampilan belajar akademik.

b. Program kegiatan layanan bagi setiap Guru Pembimbing sesuai dengan pembagian tugas layanan di sekolah.

Setiap guru pembimbing perlu membuat program berupa satuan layanan (satlan) badan satuan kegiatan pendukung (satkung) setiap kali akan melakukan pelayanan kepada peserta didik berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan. Penyusunan program pada masing-masing bidang berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan. Penyusunan program pada masing-masing bidang pelayanan bimbingan dan konseling hendaknya disesuaikan dengan karakteristik satuan pendidikan atau jenis dan jenjang sekolah. Agar pelaksanaan program kegiatan layanan bimbingan dan konseling sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai maka diperlukan pengarahan agar terjadi suatu taat kerja yang diwarnai oleh koordinasi dan komonitif yang efektif diantara staf bimbingan dan konseling. Pengarahan ini juga dilakukan untuk memotivasi staf dalam melakukan tugas-tugasnya sehingga memungkinkan kelancaran dan efektivitas pelaksanaan program yangtelah direncanakan.

Pelaksanaan kegiatan Pelayanan Bimbingan dan Konseling di dalam jam pembelajaran sekolah/ madrasah dapat dibentuk :[5]

1. Kegiatan tatap muka secara klasikal dan,

2. Kegiatan non tatap muka.

Kegiatan tatap muka secara klasikal dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, kegiatan instrumentasi, serta layanan / kegiatan lain yang dapat dilakukan di dalam kelas. Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 2 (dua) jam per kelas per minggu dan dilaksanakan secara terjadwal. Sedangkan kegiatan non tatap mmuka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan konsultasi, kegiatan referensi kasus, himpunan data, kunjungan rumah, pemanfaatan kepustakaan, dan alih tangan kasus.

Kegiatan pelayanan Bimbingan Konseling diluar jam pembelajaran sekolah / madrasah dapat berbentuk kegiatan tatap muka maupun non tatap muka dengan peserta didik, untuk menyelenggarakan layanan orientasi, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, danmediasi, serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar kelas. Setiap kegiatan pelayanan Bimbingan Konseling dicatat dalam laporan pelaksanaan program.

Ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK, yiatu :[6]

1. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, labolatorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.

2. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajarann dan lain-lain.

3. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan untuk mendinamisasikan potensi peserta didik, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar.

4. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicita citakan.

5. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengejar.

6. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.

7. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.

8. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar peserta didik.

9. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi peserta didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana peserta didiknya berhasil atau tidak.

C. Evaluasi Pelaksanaan dan Konseling

Evaluasi pelaksanaan program pembimbing dan konseling merupakan upaya menilai efisiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah pada khususnya dan program bimbingan dan konseling yang dikelola oleh staf bimbingan dan konseling pada umumnya. Ada beberapa kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang dievaluasi diantaranya: konseling individual dan kelompok, sedangkan konseling dengan peserta didik, orang tua, dan guru dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Pengukuran minat, kemampuan, perilaku, dan kemajuan belajar peserta didik, koordinasi layanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik di sekolah dapat dilakukan secara individu.

Dengan demikian evaluasi bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen sistem bimbingan dan konseling yang sangat penting karena mengacu pada hasil evaluasi itulah dapat diambil simpulan apakah kegiatan yang telah direncanakan telah dapat mencapai sasaran yang diharapkan secara efektif dan efisien atau tidak, kegiatan itu dilanjutkan atau sebaliknya direvisi dan sebagainya.[7]

1. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling.

A. Tujuan bimbingan dan konseling secara umum adalah sebagai berikut:[8]

1. Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subyek yang telah memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling.

2. Mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas strategi pelaksanaan program dalam kurun waktu tertentu.

B. Tujuan bimbingan dan konseling secara khusus, antara lain:[9]

a. Meneliti secara berkala hasil pelaksanaan program yang telah dicapai.

b. Memperoleh informasi tentang tingkat efektivitas dan efisiensi layanan bimbingan dan konseling yang ada.

c. Mengetahui jenis layanan yang sudah ataupun belum dilaksanakan dan jenis layanan yang memerlukan perbaikan dan pengembangan.

d. Mengetahui tingkat partisipasi staf atau personil sekolah dan menunjang keberhasilan pelaksanaan program.

e. Mengetahui seberapa besar kontribusi program bimbingan dan konseling terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran di sekolah.

f. Memperoleh informasi yang cermat dan memadai untuk kepentingan perencanaan langkah-langkah pengembangan program.

g. Membantu mengembangkan kurikulum sekolah yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.

2. Prinsip-prinsip Evaluasi Pelaksanaan Program bimbingan dan konseling.

Agar diperoleh hasil evaluasi pelaksanaan program yang diharapkan, disamping menurut pengelolaan yang baik, juga harus mengacu kepada prinsip-prinsip evaluasi program.

Prinsip-prinsip tersebut antara lain:[10]

a. Evaluasi program yang efektif menuntut pengenalan yang cermat dan rini terhadap tujuan yang akan dicapai.

b. Evaluasi program yang efektif membutuhkan kriteria pengukuran yang jelas.

c. Evaluasi program membutuhkan keterlibatan dari pihak yang memiliki kompetensi professional.

d. Evaluasi program menuntut umpan balik dan tiindak lanjut sehingga hasilnya dapat dicapai untuk dasar pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan.

e. Evaluasi program hendaknya terencana dan berkesinambungan.

3. Pendekatan dan Metode Evaluasi Pelaksanan Program Bimbingan dan Konseling

Tiga pendekatan pokok. Yaitu:[11]

a. Pendekatan dan Metode Survey

Prosedur yang dipakai dalam pendekatan dan metode survey biasanya dengan mengumpulkan sebanyak mungkin data tentang (peserta didik), proses, dan hasil yang merupakan keluaran program. Temuan yang diperoleh dirumuskan dalam profil yang bersifat deskriptif kuantitatif maupun kaulitatif.

b. Pendekatan dan Metode Eksperimen

Melakukan evaluasi tetapi prosedurnya memakai model riset eksperimental. Lazimnya dipakai untuk mengetahui pengaruh layanan bimbingan dan konseling terhadap perilaku peserta didik. Kebutuhan pendekatan dan metode ini muncul ketika layanan bimbingan dan konseling di sekolah bertujuan untuk terjadinya perubahan perilaku.

c. Studi Kasus

Salah satu alasan pemakaian pendekatan ini adalah dalam layanan konseling diperlukan telaah cermat atas proses dan hasil perubahan akibat perlakuan (treatment) terhadap diri peserta didik yang bermasalah (klien). Metode ini membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak karena sifat longitudinal. Studi kasus digunakan untuk mengumpulkan data mengenai keadaan seorang peserta didik yang dijadikan sebagai obyek telaah kasus. Metode ini bermanfaat untuk mengetahui perkembangan kepribadian peserta didik sejak dari awal ketika ia bermasalah, selama dibantu sampai akhirnya setelah dibantu dengan layanan konseling.

4. Supervisi Kegiatan Bimbingan dan Konseling[12]

Manfaat pokok dari supervisi ini adalah untuk mengendalikan komponen pelaksana bimbingan dan konseling, memantau kemungkinan- kemungkinan kendala yang muncul dan dihadapi personal dalam pelaksanaan tugasnya, mencari jalan keluar terhadap hambatan dan permasalahan dalam pelaksaan yang lancar kearah pencapaian tujuan bimbingan dan konseling di sekolah.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Manajemen Bimbingan dan Konseling merupakan segala upaya menggerakan individu atau kelompok untuk bekerjasama dalam mendayagunakan sumber daya di dalam suatu sistem untuk mencapai suatu tujuan untuk mendayagunakan secara optimal semua komponen atau sumber daya dan sistem informasi berupa himpunan data bimbingan untuk menyelenggarakan pelayanan bimbingan konseling dalam mencapai tujuan.

2. Program bimbingan dan koseling adalah seperangkat kegiatan yang dirancang oleh konselor di sekolah.

3. Pelaksanaan dan Pengarahan Program Bimbingan Konseling ada 2 program, yaitu Program tahunan sebagai program sekolah dan program kegiatan layanan bagi setiap Guru Pembimbing.

4. Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling untuk mengendalikan personal pelaksana bimbingan konseling, memantau kemungkinan kendala yang muncul dan dihadapi personal dalam pelaksanaan tugasnya, mencapai jalan keluar terhadap hambatan dan permasalahan.

5. Manajemen diperlukan dalam pelayanan bimbingan dan konseling untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya, serta untuk mencapai efektivitas dan efisiensi pada akhir tujuan pelayanan bimbingan di sekolah. Pola manajemen disusun dengan kesesuaian antara konsep dengan kondisi yang dihadapi sekolah yang bersangkutan.

B. SARAN

Kepala Sekolah sebagai pemangku kebijakan Manajemen Bimbingan dan Konseling hendaknya dapat memberikan tuntunan serta memberi peluang kepada semua komponen sekolah bagi terselenggaranya manajemen bimbingan dan konseling untuk mencapai tujuan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan,Djawad.(2005).Pendidikan dan Konseling di Era Global dalam perspektif Prof.Dr. M. Djawad Dahlan.Bandung:RIZQI.

Nurihsan,Juntika. 1998. Bimbingan Komprehensip: Model Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Umum. Disertasi.Bandung.

Prayitno.(2004).Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.Jakarta:Rineka Cipta.

Purnama, Diana Septi. M.Pd. Penjamin Mutu Pendidikan Guru Bimbingan Konseling Meningkatkan Mutu Pembelajaran Di Sekolah Kejuruan ( SMK ). Makalah. UNY.

Suherman, Uman. 2000. Manajemen Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Tidak diterbitkan.

Sukardi, Dewa ketut.2003. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: ALFABETA.

Ukas,Maman.2006.Manajemen: Konsep, Prinsip, dan Aplikasi. Bandung: Agnini.

Uman Suherman AS dan Dadang Sudrajat. 2000. Mananjemen Layanan BK di Sekolah.Bandung: Publikasi Jurusan PBB FIP IKIP.

[1] Syahril & Riska Ahmad, Pengantar Bimbingan dan Konseling , Padang: Angkasa Raya, 1986

[2] T . Raka Joni 1981

[3] Sukardi, Dewa Ketut. 2003. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: ALFABETA

[4] Dahlan, Djawad.(2005).Pendidikan dan Konseling di Era Global salam Perspektif Prof.dr. M. Djawad Dahlan.Bandung:RIZQI.

[5] Ukas,Maman.2006. Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi. Bandung: Agnini.

[6] Sardiman (2001:142)

[7] Dahlan,Djawad.(2005).Pendidikan dan Konseling di Era Global salam Perspektif Prof.Dr. M. Djawad Dahlan.Bandung:RIZQI.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post