ruang yang tak menunggu
Belum juga move on. Sabar. Semua akan tiba waktunya. Okay. Berdiamlah sebentar. Tarik nafas. Lalu....
Beri ruang pada otak ini untuk mengambil jeda dari kebisingan dan diam menata kata bermakna.
Semua berkecamuk, hampir seperti 35 tahun yang lalu.
Bagaimana bisa sangat yakin 35 tahun lalu situasinya hampir sama? Ya, karena ruangnya sudah lebih lega untuk menyusun segala yang kompleks, kemrungsung, dan belum bebas nilai. Satu-satu dihadapi dan dijawab. Harus sabar dan perlu konsentrasi namun releks. Semua pasti ada jawabnya. Hadapi dengan tegar. Tak ada kata mundur. Boleh menoleh sebagai proses evaluasi. Tapi semua harus maju.
Bahasamu selalu rumit.
Aku juga ingin mengurainya dengan lugas, tapi memang terasa tersendat.
Berani jelek, begitu pesan bermakna editor hebat itu. Iya, aku dengan sangat sadar sudah siap dengan yang jelek. Dan dengan sadar, ada yang belum bisa digempur yaitu bebas nilai itu.
Carilah hidayah itu, di ruang yang tak menunggu
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ruang yang tak berubah. Apakah begitu maksudnya? Buat penasaran aja bu
releks apa rileks ya? ada kelanjutannya ceritanya? baca juga http://mrsunardi.gurusiana.id/article/cerita-cinta-sang-guru-swasta-4454877/