Ceritaku Online Class (Tantangan Menulis 3)
Sebelum Pandemi Covid 19, merdeka belajar sudah di sounding oleh Pak Menteri tidak lama setelah pelantikannya. Sebagai pendidik, esensi dari merdeka belajar, baru benar-benar kami rasakan ketika belajar di sekolah musti berpindah ke rumah, sebagai bentuk ikhtiar memutus mata rantai penyebaran virus corona. Pesan dari Pak Menteri, belajar dirumah harus tidak memberatkan siswa dan sesuai dengan kondisi sarana prasarana yang ada.
Keputusan mendadak dari Disdik Pendidikan Kota, membuat kami harus segera mengambil langkah. Stategi apa yang bisa diterapkan untuk memfasilitasi siswa belajar dirumah. Satu hari kami gunakan untuk koordinasi mempersiapkan teknisnya. Program belajar online ini kami namai "Istiqamah Online Class" dan kami populerkan dengan sebutan IOC.
Dengan mempertimbangkan kemudahan dan keterjangkauan fasilitas siswa/orangtua, kami memanfaatkan aplikasi whatsapp. Meskipun fitur-fiturnya terbatas, setidaknya bisa kami gunakan untuk sharing materi, tugas dan lembar kerja untuk sementara waktu. Pertimbangan lainnya, meskipun orangtua bekerja, materi dan penugasan dapat diberikan ke siswa, sepulang dari mereka bekerja.
Hari berikutnya, kelas online dimulai. Siswa - siswa yang antusias, sudah siap sejak pagi. Bagi mereka ini adalah kebahagiaan tersendiri. Mereka menganggapnya libur sekolah. Padahal sebenarnya hanya pindah belajar. Kelas online berjalan dengan lancar. Baik siswa maupun guru, mendapat pengalaman baru dalam belajar.
Hari-hari berikutnya, kami mulai berimprovisasi. Lembar kerja berupa soal-soal kami sajikan dengan Google formulir. Cara ini lebih efektif dan praktis. Murid menjawab online/realtime. Dan setelah selesai, mereka langsung dapat melihat skor atau nilai mereka, jika bentuk soalnya multiple choices atau pilihan ganda. Guru tidak perlu repot mengoreksi. Di Google Formulir terdapat fitur download tanggapan berisi informasi nama, nilai, dan jawaban murid. Jadi tinggal memindahkan nilai ke daftar nilai. Bagi guru, kelemahan Google Formulir adalah perlu usaha ekstra dan waktu lama untuk membuat soal. Dan jika bentuk soal yang diberikan uraian, guru harus memeriksa manual.
Layanan Google Formulir dapat diintregasikan ke Google Classroom. Melalui layanan aplikasi ini, guru bisa memanagemen dan mengorganisir tugas siswa dengan lebih baik. Guru memberikan tugas, mensetting waktu pengerjaan/batas akhir pengumpulan, lalu menunggu siswa menyerahkan tugasnya. Hasil pekerjaan siswa lebih mudah dikoordinir setiap kali penugasan.
Dari pengalaman yang saya alami, satu minggu, dua minggu, tiga minggu berjalan, kelas online mulai ada hambatan. Siswa sudah mulai jenuh dan bosan. Mereka ingin ke sekolah. Lebih baik belajar ke sekolah, bisa bertemu dengan teman - teman dan guru - guru. Sudah lama terbersit keinginan saya untuk membuka kelas melalui aplikasi kelas online yang bisa dimanfaatkan, seperti Zoom, Ms Teams dan sejenisnya, dimana bisa ada interaksi langsung antar siswa dan guru. Tentunya akan seru bisa bertemu muka. Namun, saya ragu. Fokus saya masih kepada keterjangkauan fasilitas. Tidak semua siswa mempunya fasilitas yang sama, seperti handphone yang support, laptop dan jaringan internet. Saya membayangkan sedihnya siswa-siswa yang tidak memiliki akses untuk mengikuti kelas online tersebut. Mereka akan merasa tertinggal dan bisa jadi berpengaruh kepada mental mereka.
Maka yang saya lakukan adalah menunggu dan memetakan situasi berdasarkan hasil survey di WAG ortu dan siswa. Dari hasil survey 90% tidak terkendala dan bahkan sudah menginstal dan mencoba aplikasi Zoom. Jadi PR saya 10% sisanya. Setelah mencari tahu lebih detail, dari 10% tersebut, 80% nya karena sakit, belum ikut survey dan jaringan yang lelet namun sudah bisa masuk ke Zoom. sedangkan 20% nya, karena terkendala orangtua yang bekerja.
Karena historia siswa yang sebagian besar sudah menginstal dan mencoba, maka hari ini, saya bersama rekan guru yang lain memutuskan untuk simulasi. Hasilnya, siswa sangat antusias, karena ini hal baru bagi mereka. Bisa saling bertatap buka setelah 3 minggu tidak bertemu, pasti menjadi sensasi tersendiri. Tujuan kami menggunakan Zoom, lebih kepada ansensi dan diskusi. Semua materi dan lembar kerja tetap kami sampaikan melalui WAG.
Benang merah dari cerita ini adalah mari terus bergerak. Memperbaiki yang kurang, berimprovisasi untuk selalu maju kedepan. Salah satu hikmah pandemi covid 19 bagi kami adalah, kami berkembang. Dari tidak tau menjadi tau. Dengan tau kami akan semakin mencari tau. Pengetahuan tidak akan pernah habis dikejar. Maka jangan pernah punya niat untuk berhenti belajar...
febriketjil, 7 April 2020
#TantanganGurusiana
Seusai ngeZoom siang ini
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar