Febri Susilowati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Kelas Menulis - 1 (Tantangan Menulis 7)

Kelas Menulis - 1 (Tantangan Menulis 7)

Mengisi kegiatan #dirumahaja, saya berinisiatif mengikuti kelas menulis. Kelas ini akan saya ikuti tiga bulan kedepan secara daring. Di kelas menulis, saya bertemu dengan teman - teman seperjuangan, yang juga sedang belajar menulis. Dalam satu bulan pertama, tugas saya adalah belajar mandiri materi kepenulisan, melalui video pembelajaran. Salah satunya adalah yang menjadi tugas saya adalah membuat resume materi buku antologi dari materi video Mas Cahyadi Takariawan. Berikut kupasan singkat tentang buku antologi menurut nara sumber.

Buku Antologi

Istilah antologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu kumpulan bunga. Makna antologi dapat diartikan sebagai kumpulan. Bisa kumpulan apa saja. Dalam konteks kepenulisan, buku antologi yang dimaksudkan adalah buku yang berisi kumpulan banyak tulisan. Satu buku ditulis oleh satu orang, berisi banyak tema atau satu tema ditulis oleh banyak orang, sehingga lahirlah istilah buku ramai-ramai atau buku keroyokan atau buku gotong-royong. Buku antologi yang dibahas pada resume ini adalah antologi yang ditulis oleh banyak penulis.

Contoh buku antologi antara lain : antologi cerpen (kumpulan cerpen oleh satu penulis, atau kumpulan cerpen yang ditulis oleh banyak penulis), antologi puisi, antologi narasi, antologi hikmah, dan antologi artikel ilmiah (studi kasus). Buku antologi juga bisa berseri. Misalnya buku antologi bertema pendidikan anak. Beberapa penulis, menulis naskah lalu kemudian menerbitkannya secara bertahap. Buku pertama berisi pendidikan anak usia balita, buku kedua usia kanak-kanak, buku ketiga usia remaja dan seterusnya. Terdapat dua alasan mengapa orang membuat buku antologi. Pertama alasan strategis dan kedua alasan taktis. Alasan strategisnya, yang pertama adalah : Mendapatkan cara pandang yang beragam, ditilik dari latar belakang penulis yang berbeda-beda. Buku yang ditulis oleh banyak penulis tentu akan melahirkan sudut pandang yang berbeda-beda. Kita dapat  memandang sebuah tema dari sudut pandang /latar keilmuan, pengalaman, daerah, suku agama yang berbeda, sehingga terjadi pengkayaan wawasan dari tema tersebut. Contoh : Sebuah buku antologi dengan tema KDRT. Maka buku tersebut akan berisi view/cara pandang terhadap KDRT menurut tinjauan agama, pikologi, hokum, undang-undang, budaya/kearifan lokal, pengalaman praktis berupa ragam corak kasus-kasus KDRT dan lain-lain, yang ditulis oleh berbagai penulis dengan latar belakang yang berbeda-beda. Sehingga isi buku tidak monoton dari satu sudut pandang penulis saja.

Alasan yang kedua, Mendapatkan pengalaman berharga yaitu inspirasi dari banyak kalangan, yang berkontribusi terhadap buku tersebut. Misalnya, buku antologi bertema perceraian. Penulis satu, pernah bercerai, dia lalu menuliskan pengalaman hidupnya sebagai single parent. Penulis dua, bercerita tentang pengalamannya sebagai korban perceraian orangtua. Penulis tiga, menuliskan tentang konflik hebat yang dialaminya dan akhirnya dia berhasil mengatasi konflik tersebut. Penulis lain akan menuliskan pengalaman yang beragam yang pernah dialaminya atau pernah dilihatnya. Pengalaman yang beragam tersebut memberikan inpirasi dan motivasi yang sangat kuat bagi pembaca.

Alasan yang ketiga, Mengumpulkan kepakaran dari berbagai bidang/disiplin keilmuan. Misalnya di sebuah buku antologi artikel ilmiah, sebuah tema/kasus diulas dari berbagai sudut pandang keilmuan/akademis yaitu : ilmu medis, hubungan luar negeri, kebijakan pemerintahan dan lain sebagainya. Hasilnya, akan muncul kepakaran ilmu di dalamnya.

Selanjutnya alasan taktis. Alasan taktis menurut Mas Cahyadi, adalah yang pertama menghadirkan citarasa atau nuansa tulisan yang beragam, karena ditulis oleh banyak orang yang berbeda dan beragam sudut pandangnya. yang kedua, Mengumpulkan sesuatu yang bersifat lintas generasi/lintas zaman.  Misal perjuangan kemerdekaan, penulis yang berkontribusi bisa berasal dari kalangan veteran (generasi tradisionalis dan baby boomers), kalangan generasi X, kalangan generasi Y (milenial), bahkan kalangan generasi Z. Alasan yang ketiha, Lebih menghemat waktu. Buku lebih cepat selesai dari pada membuat buku tunggal/mandiri. Dan alasan yang keempat, bisa menciptakan semangat dan kebersamaan. Kalau kita menulis sendiri, ada masanya kita jenuh, tidak sempat menulis, hilang mood dan semangat. Jika ditulis beramai-ramai,  antar penulis bisa saling menyemangati. Dalam prosesnya terdapat kerbersamaan dan saling memotivasi. Terakhir, Promosi buku lebih mudah. Setelah jadi, promosi bisa didukung oleh semua kalangan yang terlibat. Penulis ikut bertanggungjawab memasarkan/promosi.

 

Selain kelebihan, buku antologi juga memiliki kelemahan dan kekurangan. Berikut ulasannya :Dalam prosesnya, naskah ditulis oleh orang yang beragam, maka kualitas dan corak tulisan jadi beragam. Hal ini menjadi masalah bagi editor dalam proses editing. Editor lebih sulit mengedit naskah dengan banyaknya jenis kualitas dan corak tulisan. Selain itu, rumit dalam memberikan hak royalti. Misal satu buku ditulis oleh 50 orang, maka 50 orang tersebut akan mendapatkan hak royalti. Jika royaltinya kecil, akan rumit dalam pembagiannya. Contoh lain, dalam hal beli putus, naskah dijual ke suatu penerbit, lalu nominal rupiahnya dibagi ke sejumlah penulis. Apakah semua mendapat bagian yang sama atau berbeda?. Bisa jadi tidak sama karena kualitas tulisan berbeda, panjang pendek berbeda, naskah juga bisa berasal dari penulis senior atau pemula. Jadi harus ada kesepakatan diawal. Apakah naskah dibeli dan mendapat royalti. Atau hanya hak keikutsertaan. Jika hak keikutsertaan, maka si penulis naskah berhak memberikan naskahnya ke penerbit lain.

Selanjutnya, buku antologi, kurang bisa fokus menciptakan popularitas seorang penulis, karena 1 buku ditulis oleh banyak orang, maka akan sulit membangun branding personal. Masalah yang akan muncul adalah siapa yang akan ditonjolkan namanya di cover buku. Tidak mungkin semua nama ditulis karena akan memenuhi cover dan mengurangi estetika. Buku antologi yang ditulis ramai-ramai, biasanya dicover  tertera hanya satu penulis saja, diikuti “dan kawan-kawan”. Bisa juga ditulis oleh penulis siapa dan komunitas apa. Selain nama penulis di cover, juga susunan naskahnya. Naskah siapa yang pertama, keberapa dan terakhir. Berdasarkan apa urutannya?. Apakah senioritas, kualitas, panjang pendek atau lainnya. Untuk mengantisipasi  hal ini, perlu perjanjian diawal untuk disepakati oleh semua penulis. Jika tidak sepakat, penulis boleh menyerahkan naskahnya ke proyek antologi lain.

Menurut penulis, setiap pilihan ada sisi positif dan ada sisi negatifnya. Buku antologi ada kelebihan dan kekurangannya. Buku tunggal/mandiri juga ada kelebihan dan kekurangannya. Hal yang pasti, kita tidak boleh terjebak dalam stereotip bahwa, buku antologi lebih buruk atau buku tunggal lebih baik. Masing-masing punya tujuan dan cara sudut pandang yang berbeda.

Sumber : Review materi kelas antologi oleh Mr Cahyadi Takariawan Dan Mrs. Ida Nur Laila.

febriketjil, 11 April 2002

Sebuah Resume

#TantanganGurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih Bu.Semoga saya juga bisa menghasilkan karya

16 Apr
Balas

Aamiinn. Saya juga sedang belajar bun...

17 Apr



search

New Post