Febri Susilowati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Satu Persen Keajaiban (2)
Tantangan Menulis #24

Satu Persen Keajaiban (2)

“Simbok doakan ya, le…semoga Gusti Allah kasih rejeki yang tidak terduga entah bagaimana jalannya, sehingga kamu bisa kuliah”, sambung simbok sembari mengusap airmata di pelupuk matanya.

“Aamiin…iya mbok, semoga saja ada jalan”, sahutku penuh keraguan.

“Kamu tidak boleh putus asa. Yakin saja doa – doa kita akan didengar dan dikabulkan sama Gusti Allah. Semuanya mungkin terjadi. Yang paling penting, rajin mendekatkan sama gusti Allah, jaga sholatmu!, kata simbok lagi.

“ Ya, mbok”, jawabku lirih. Aku benar - benar merasa kerdil. Dadaku seketika terasa penuh. Mataku panas membendung airmata. Memang tidak ada lagi harapan, kecuali keajaiban yang mungkin Allah hibahkan.

Rutinitasku banyak berubah setelah aku lulus SMA. Tidak lagi pergi sekolah. Pagi sebelum subuh, seperti biasa, aku mengantar simbok ke pasar. Tidak lagi naik sepeda. Kini aku sudah punya SIM untuk mengendarai si pitung, Honda bebek C70 peninggalan Simbah Kakung. Sudah sejak SMP aku bisa menggendarai motor. Hanya saja tidak pernah berani di jalan raya. Takut ketilang. Simbah membeli si pitung tahun 1979, Simbah mampu membeli motor bebek keluaran terbaru ditahun itu, dari hasil tabungannya berternak dan jual beli sapi. Belum puas menikmati motor barunya, setahun kemudian simbah meninggal karena serangan jantung. Jadilah motor itu beralih ke bapak, anak satu – satunya. Dan sejak bapak meninggal, beralihlah kunci motor itu ketanganku. Motor 75CC itu melaju menembus keheningan sepertiga malam, meninggalkan kedua adikku yang masih tertidur lelap. Ditemani Simbah Putri yang sedang menjerang air di atas tungku kayu bakar di dapur.

Bagiku aroma rumput yang sudah ada dalam kamus penciumanku sejak aku masih kecil, adalah seperti sel darah dalam tubuh. Menyatu. Mendarah daging. Sempurna berinfiltrasi keseluruh pembuluh darah. Sesempurna surya yang menyapa hangat siang ini. Juga semilir angin yang menerpa rimbunan dahan pohon kelapa, membisikkan suara alam yang merdu. Harmonisasi alam yang seharusnya indah untuk menemaniku merumput. Seharusnya. Namun, tidak siang ini. Hatiku gundah. Pikiranku tidak mampu berselaras dengan sabetan tanganku. Rumput terpotong begitu saja, tanpa sempat tercium bau khas aromanya. Wajahku kian murung ketika melihat beberapa remaja berjas yang membawa atribut antik yang melintas di jalan raya, tak jauh dari posisiku. Para mahasiswa baru sedang menjalani masa orientasi di kampusnya. Aku tak bergeming, teringat mimpiku untuk bisa melanjutkan sekolah setelah SMA. Menurut simbok, aku, Arif dan Santi, bisa lulus SMA saja itu sudah luar biasa. Teringat akan hal itu, harapanku untuk bisa lanjut sekolah sarjana harus pupus. Setinggi apapaun keinginanku, serajin apapun aku belajar, sepintar apapun, tetap tidak mampu membuatku bisa duduk di bangku kuliah. Aku tidak mampu keluar dari jalan takdirNya. Lunglai, aku memanggul sekarung rumput yang lalu kubawa pulang dengan kesedihan.

Tidak seperti biasa, malam itu aku tidak kuasa menahan kantuk, padahal baru saja adzan Isya berkumandang. Segera aku bangkit, meletakkan Alquran di rak gantung, lalu menuju ke Langgar bersama Arif. Udara dingin membuatku merinding. Air wudhu semakin membuat menggigil. Desaku memang sedang musim bediding4. Pertanda akan dimulainya musim kemarau. Di saat seperti ini, suhu udara menjadi sangat dingin menjelang malam hingga pagi hari.

Kokok ayam bersahut-sahutan dengan suara azan subuh dari langgar. Aku terjaga dari tidurku. Sembari mengumpulkan kesadaranku, aku berusaha mengingat – ingat kejadian yang baru saja kualami. Di dekat panel saluran irigasi sawah, ketika aku hendak beristirahat seusai merumput, aku melihat sobekan selembar koran lusuh yang terbang terbawa angin. Aku ambil koran itu, kubaca sekilas iklan baris yang menawarkan aneka barang. Kubalik lembar itu, di halaman sebaliknya, terpampang satu kata bercetak tebal yang langsung menyedot perhatianku. “Beasiswa”. Itu adalah pengumuman beasiswa Universitas Terbuka. Aku baca dengan seksama, di baris terakhir tertulis : paling lambat 31 Juli 1990. Berarti informasi ini masih berlaku. Mataku berkilat – kilat, jantungku bekerja lebih cepat. Aku baca iklan itu sekali lagi, dengan lebih seksama. Bersamaan dengan nafasku yang masih menderu, senyumku mengembang. Namun, kemudian hilang, saat aku sadar oksigen di sekitarku hilang tiba – tiba. Aku gelagapan mengatasi sesak nafas. Sebuah tarikan nafas panjang berhasil menyelamatkanku, lalu kurasakan guncangan tangan seseorang mengagetkanku. Mataku mengerjap, melihat samar orang yang ada di dekatnya. Simbok dan Santi yang terkekeh, setelah berhasil mengerjaiku. Dia ternyata yang menutupi mukaku dengan bantal.

“Rip, kamu mimpi apa kak senyum – senyum?!”, ujar simbok.

“Santi kira, mas Urip mimpi ketemu peri dari kayangan, jadi sebelum diajak pergi sama peri kayangan itu, Santi bangunin saja”, sambung Santi masih terkekeh.

“Dasar kamu San, awas kamu ya”, balasku sambil menggeliat, mengusap kedua mataku dan membunyikan persendianku.

“nggak apa-apa mbok”, aku lanjut menjawab.

“Ya sudah…ke langgar sana sudah mau subuh”, kata simbok lagi

Aku menggangguk, lalu menuju sumur. Pikiranku tak henti - hentinya terpaku pada bunga mimpi yang seakan nyata kualami.

Bersambung....

Febriketjil, 28 April 2020

#TantanganGurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ditunggu lanjutannya...Tulisannya keren

28 Apr
Balas

Terimakasih sudah mampir bun

29 Apr

lanjutkan bun, bagus ceritanya

28 Apr
Balas

Terimakasih bun, sudah mampir

29 Apr



search

New Post