Febri Susilowati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Tak Perlu Sepatu
Tantangan Menulis #17

Tak Perlu Sepatu

Esde-ku terletak di kaki perbukitan. Jika musim hujan, sejauh mata memandang, tampak perbukitan berselimut hijaunya pepohonan. Untuk menuju ke sekolah, aku harus berjalan kaki sebentar, lalu menyeberangi sungai. Diseberang sungai adalah kebon (hutan) jati dan mahoni. Setelah 3 menit menempuh jalan setapak membelah kebon, akan tampak bangunan sekolahku. Gedung sederhana berbentuk letter L. Halamannya luas dengan 2 pohon cemara ditengah. Pohon cemara yang jadi saksi bisu, betapa bahagianya anak-anak bermain kasti, dan menjadikannya tempat menclok setelah berhasil memukul bola kasti tanpa kena embat bola. Sekolah sederhana, namun disanalah layar harapan dikembangkan, cita-cita ditinggikan.

Aku adalah murid pindahan di kelas 2. Hari pertama masuk, tentu saja aku jadi pusat perhatian. Bukan karena aku orang asing, namun karena sepatu yang aku kenakan. Ternyata, memakai sepatu adalah hal aneh. Kulihat kesekelilingku, hanya segelintir murid yang memakai sepatu. Sisanya, tentu saja nyeker alias tidak pakai alas kaki. Awalnya, justru aku yang menganggap itu aneh. Namun, lama kelamaan aku mulai beradaptasi untuk juga ikut-ikutan nyeker. Nyeker lebih praktis dibanding bersepatu. Saat menyeberang sungai, tidak perlu repot-repot melepas sepatu, lalu memakainya lagi. Ribet.

Aku menjadi bagian dari seleksi alam. Kemampuan adaptasi akan menentukan. Masa-masa awal belajar nyeker, telapak kakiku kesakitan, namun lama-lama terbiasa. Di desaku, jarang ada orang pakai alas kaki. Kalaupun ada, alas kaki hanya dipakai saat hendak sholat, kondangan atau acara penting lainnya. Selebihnya, nyeker. Ke sawah, ke pasar, ke kebon, ke sungai, kemana-mana kulihat jarang ada orang pakai sandal. Faktanya mereka semua baik-baik saja. Mungkin karena jaman dulu, jalanan masih tanah, sehinga resiko luka sangat minim.

Sekarang, anak-anaku kubiarkan nyeker, asal masih dilokasi yang aman dan bebas najis, anggap saja itu pijat refleksi, menstimulus sel-sel saraf telapak kaki. Biar kebal dan belajar survival.

Febriketjil, 22 April 2020

Noatalgia esde-ku

#TantanganMenulis #17

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post