Orang Ketiga

Diskusi tentang 'orang ketiga' seperti tak bertemu ujung. Setiap pihak membawa argumennya masing-masing. Baik dalil-dalil agama, alasan-alasan logis, maupun dalih-dalih pembenaran.

Yang menolak dengan nekat dan miskin ilmu, dengan beraninya menyikat ayat-ayat. Bahkan menghina Islam sebagai agama syahwat dan menggap Islam pencetus KDRT psikologis karena membuat hati wanita tersayat. Tentu ini tuduhan dusta terhadap agama rahmat.

Yang agak diplomatis mengatakan :

"Yang kami tolak adalah penafsiran ayat, bukan si ayat". Padahal intinya sama: Menolak!

Ah, 'Orang ketiga'. Kau dibenci juga dirindu. Pembawa nikmat juga sengsara. Dibutuhkan tetapi tidak jarang dibuang dan disingkirkan.

Yang jelas, 'orang ketiga' mentalnya kuat. Karena berani melawan arus utama pernikahan di masyarakat.

Namun, apakah 'orang ketiga' sudah memikirkan segala akibat? Tega kah hatinya melihat kehancuran sebuah keluarga karena kehadirannya?

Atau mungkin dia punya pendapat, kami akan menjadi tim yang kuat! 'Ratu satu' menerimaku sebagai 'Ratu dua'. Kami Ridho berbagi suami! Karena suami kami bukan milik kami, tapi milik Pencipta kami.

hmmm, benarkan? membahas 'orang ketiga' tidak akan pernah bertepi.

# Bondowoso, 21032017