Selain mengantar kedua putri saya ke sekolah, ada kebiasaan lain yang setiap pagi saya lakukan sebelum mereka berdua masuk ke kelasnya. Ketika mereka berpamitan, maka kami akan saling berpelukan.

Saya cium pipi kanan kiri dan dahi mereka. Setelah itu mereka mencium saya. Lalu kami berpelukan sambil berkata :

"Ayah sayang Husna"

"Husna sayang ayah"

"Ayah sayang Iza"

"Iza sayang ayah"

Kemudian saya mengatakan beberapa pesan kepada mereka. Saya bisikan persis di telinga mereka sambil tetap berpelukan.

"Belajar yang baik ya, nak"

"Iya, yah"

"Jadi penghafal Quran, ya"

"Iya, yah. Amin"

"I love u"

"I love u, too"

Kami pun berpisah. Lambaian tangan dan sunggingan senyum, mengantar kami pada kesibukan masing-masing.

Tidak butuh waktu lama untuk berpelukan. Hanya beberapa detik. Namun manfaatnya sungguh luar biasa.

AN. Ubaedy dalam artikelnya 'Lebih Jauh Mengenal Rahasia Pelukan' menjelaskan temuan para ilmuan bahwa pelukan pada bayi atau anak-anak dapat mengembangkan kemampuan mengelola stres. Logisnya, jika kemampuannya berkembang bagus, maka sikap dan perilakunya juga bagus.

Secara umum, para ilmuan menemukan ada hubungan yang sangat kuat antara pelukan dengan perkembangan emosi, psikologis dan ketahanan fisiknya.

Laporan studi dari Universitas Alabama juga memberikan gambaran bahwa kurangnya sentuhan fisik orang tua dapat berpotensi menciptakan problem komunikasi, mudah depresi, mudah mengalami eating disorder, agresi, dan bahkan praktik melukai diri sendiri.

Yang paling saya rasakan ketika memeluk anak-anak saya adalah ketenteraman di hati. Damai rasanya batin ini. Jiwa seperti menyatu, diikat oleh tali kasih sayang.

Rasulullah bersabda:

"Siapa yang tidak menyayangi, tidak akan disayangi"

(HR. Al Bukhari)

Wahai ayah bunda, sudahkah kau peluk anakmu hari ini?

# kota tape, 030320170