*Selamat Jalan, Mas!*

_Febry Suprapto_

Saya memanggilnya mas Wawan. Pribadinya sangat menyenangkan. Suka membantu orang lain dan humoris. Siapa pun senang bergaul dengannya.

Dia seorang petani dan penggali kuburan. Ya, hampir setiap ada penduduk di desanya yang meninggal, dialah penggali kuburnya. Hal itu dilakukannya tanpa memungut bayaran sedikit pun.

Sekitar tiga bulan yang lalu, lelaki bertubuh gempal ini membuat gundukan kecil seperti kuburan di sebelah makam bapaknya. Ketika temannya bertanya untuk apa gundukan itu, dia menjawab, "Untuk rumahku besok".

Sabtu (30/1) pagi lalu Mas Wawan menempati rumah barunya. Lelaki yang belum genap 50 tahun itu meninggal dunia karena sesak yang dideritanya. Dia dikuburkan tepat di samping makam bapaknya, di tanah yang telah dia persiapkan tiga bulan lalu.

Ada hal menarik yang diceritakan ibu almarhum kapada saya. Pada Jumat malam sekitar pukul 21.00, Mas Wawan meminta tasbih. Dia berzikir membaca selawat dan istigfar tiada henti. Di malam itu, dia juga meminta maaf secara khusus kepada ibunya atas segala kesalahan yang pernah dia lakukan dan atas kelemahannya yang belum mampu membahagiakan ibunya.

"Kebahagiaan orang tua bukanlah berbentuk materi, tetapi mempunyai anak yang berbakti sudah sangat membahagiakan Ibu," kata sang ibu sambil menangis menjawab permintaan maaf Mas Wawan.

Sabtu sekitar pukul 02.00, Mas Wawan meminta kedua anaknya untuk salat Tahajud. Dia meminta anaknya untuk berdoa memintakan ampun untuk dosa-dosanya. "Salat tahajud ya, Nak. Doakan bapak agar diampuni dosa-dosa bapak," pintanya.

Beberapa jam kemudian, di waktu subuh, Mas Wawan mengembuskan napas terakhirnya di pangkuan sang ibu setelah sebelumnya mengucapkan lafadz Allah, Tuhan semesta alam.

Selamat jalan Mas!

Bondowoso, 08022021