PEMIKIRAN PENDIDIKAN KARAKTER AZ-ZARNUZI DALAM KITAB TA'LIM MUTA'ALLIM Seri 1
Oleh : Fenti Inayati, M.Ag.
Pendahuluan
Sejalan dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Maka diperlukan pengembangan pendidikan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman, dengan mempertimbangkan aspek-aspek pengaruh positif dan negatif. Hal ini karena pendidikan sebagai bagian dari peradaban manusia, mau tidak mau pasti akan mengalami perubahan dan perkembangan. Akan tetapi realita pendidikan akhir-akhir ini menunjukkan perubahan dan pemandangan yang kontras, dimana guru hanya sebagai “pentransfer ilmu” layaknya robot, dan siswa sebagai “penerima” layaknya robot pula. Dan akhirnya menjadi suatu tatanan “mekanis” bagai mesin. Bahkan selain itu masalah akhlak/karakter juga kurang diperhatikan, baik akhlak/karakter terhadap guru, akhlak/karakter terhadap sesama murid. Maka tidak usah heran ketika Az-Zarnuziy mengatakan: banyak dari sebagian pelajar yang sebenarnya mereka sudah bersungguh-sungguh menuntut ilmu, namun mereka tidak merasakan nikmatnya ilmu, hal ini disebabkan mereka meninggalkan atau kurang memperhatikan Akhlaq/karakter dalam menuntut ilmu
Oleh sebab itu, kondisi pendidikan yang demikian mendorong kita untuk membangun cara pandang (worldview) baru dalam pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada ilmu pengetahuan (knowledge oriented) dan keterampilan (skill oriented), namun juga berorientasi pada nilai (values oriented). Karena proses pembelajaran yang menekankan pada nilai-nilai akhlak/karakter (kejujuran, keharmonisan, dan saling menghargai) adalah hal yang tidak bisa dikesampingkan, bahkan dielakkan.
Proses pendidikan yang mengedepankan akhlak/karakter atau nilai-nilai etik sebagaimana diatas rupanya mendapat perhatian serius oleh tokoh pendidikan abad ke-12 M, yaitu Az-Zarnuziy. Dia telah menyusun kitab Ta’limul Muta’allim yang mana didalamnya sarat dengan akhlak/karakter atau nilai-nilai etik dan estetik dalam proses pembelajaran. Kitab ini telah dijadikan referensi bagi santri di sebagian besar pondok pesantren di nusantara. Adapun nilai akhlak /karakter tersebut tampak pada pemikiran Az-Zarnuziy tentang relasi dan interaksi guru dengan murid, murid dengan murid, bahkan murid dengan lingkungan sekitar.
Deskripsi Kitab Ta’lim al-Muta’allim
Burhanuddin Az-Zarnurziy memilih nama kitabnya dengan judul Ta’lim al-Muta’allim Thariq al-Ta’alum (mengajarkan metode belajar kepada para pelajar) dengan teks kitab menggunakan bahasa Arab. Beliau mengawali karyanya dengan memuji kepada Allah SWT.Tuhan yang melebihkan manusia dengan ilmu dan amal. Shalawat, rahmat, dan ampunan semoga melimpah kepada Nabi Muhammad Saw, tokoh Arab dan Ajam (selain orang Arab), keluarga dan sahabat-sahabat yang menjadi sumber ilmu pengetahuan dan hikmah.
Adapun motivasi penulisan kitab Ta’lim al-Muta’allim, Burhanuddin Az-Zarnurziy didorong oleh pengamatannya terhadap para penuntut ilmu di zamannya. Mereka bersungguh-sungguh dalam belajar menekuni ilmu, akan tetapi mereka mengalami kegagalan (tidak sukses), atau mereka sukses tetapi sama sekali tidak dapat memetik kemanfaatan buah hasil ilmunya, untuk mengamalkan, menyebarkan, dan mengajarkannya.
Mereka sebenarnya tekun belajar, namun terhalang dari kemanfaatan ilmu dan buahnya. Sebab mereka pada umumnya salah jalan, yakni metode belajarnya.Mereka meninggalkan berbagai macam syarat yang harus dipenuhi sebagaimana disebutkan dalam kitab ini yang harus dilaksanakan dalam belajar.
Padahal siapa saja yang salah jalan pasti tersesat dan gagal tujuannya, baik sedikit atau banyak, kecil maupun besar. Oleh karena itu, dengan motivasi tersebut beliau terpanggil untuk mencoba memberikan bimbingan dan pedoman bagi para pelajar penuntut ilmu sebagai metode belajar efektif menjadi ulama.
Kandungan Kitab Ta’lim al-Muta’allim
Kitab Ta’lim al-Muta’allim terdapat pokok-pokok pikiran diantaranya:
a. Urgensi memahami dan Keutamaan Ilmu (Mahiyah al-Ilmu wa al-Fiqh wa Fadhlihi)
b. Niat Ketika Belajar (al-Niyyah Hal al-Ta’allum)
c. Memilih Guru, teman, dan relasi yang baik dengannya (Ikhtiyar al-Mu’allim wa al-Ustadz wa al-Syarik wa al-Tsabat Alaihi)
d. Mengagungkan ilmu dan orang berilmu (Ta’zim al-Ilmu wa Ahlihi)
e. Giat, tekun, dan berdedikasi dalam mencari ilmu (al-Jadd wa al-Muwazdabah wa al-Himmah)
f. Sistematika pembelajaran yang baik (Bidayah al-Sabaq wa Qadruhu wa Tartibuhu)
g. Tawakal (al-Tawakkul)
h. Memperoleh pengajaran (Waqt al-Tahsil)
i. Simpati atau Empati dan Nasihat (al-Syafaqah wa al-Nasyihah)
j. Mengambil Manfaat (al-Isifadah)
k. Bersikap Wara’ Ketika Belajar (al-Wara’ Fi Hal al-Ta’allum)
l. Sesuatu yang menyebutkan Hapal dan Lupa (Fi Ma Yuritsu al-Khifdz wa Ma Yuritsu al-Nisyan)
m. Sesuatu yang Bisa Menarik dan Menolak Rizky, dan sesuatu yang Bisa Memanjangkan dan Memendekkan Umur (Fi Ma Yajlibu al-Rizq wa Ma Yamna uhu wa Ma Yazid al-Umr wa Ma Yunqishu).
Analisis Nilai Pendidikan karakter dalam Kitab Ta'lim Muta'allim
1. Analisis Nilai Religius
Religius berarti mengadakan hubungan dengan sesuatu yang Adi Kodrati, hubungan antara makhluk dan Kholiq-Nya. Hubungan ini mewujud dalam sikap batinnya serta tampak dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin pula dalam sikap kesehariannya.[1]
Seorang yang religius diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan batin, bukan hanya berkaitan dengan aktifitas yang tampak dan dapat dilihat oleh mata, tetapi juga aktifitas yang tak tampak dan terjadi dalam hati seseorang. [2]
Nilai religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. [3]
Dalam Kitab Ta'lim Muta'allim diungkapkan:
وينبغى أن ينوى المتعلم بطلب العلم رضاء الله والدار الآخرة، وإزالة الجهل عن نفسه، وعن سائر الجهال، وإحياء الدين وإبقاء الإسلام، فإن بقاء الإسلام بالعلم، ولايصح الزهد والتقوى مع الجهل.
Di waktu belajar hendaklah berniat mencari Ridha Allah SWT. Kebahagian akhirat, memerangi kebodohan sendiri dan segenap kaum bodoh, mengembangkan agama dan melanggengkan islam sebab kelanggengan islam itu harus diwujudkan dengan ilmu. Zuhud dan taqwapun tidak sah jika tanpa berdasar ilmu.( Az-Zarnuziy : 2011 h 60)
Az-Zarnuziy juga mengungkapkan pendapat bahwa :
وينوى به: الشكر على نعمة العقل، وصحة البدن, ولا ينوى به إقبال الناس عليه، ولا استجلاب حطام الدنيا، والكرامة عند السلطان وغيره.
Dengan belajar pula, hendaklah diniati untuk mensyukuri kenikmatan akal dan badan yang sehat. Belajar jangan diniatkan untuk mencari pengaruh, kenikmatan dunia ataupun kehormatan di depan Sultan dan penguasai-penguasa lain)
إلا إّذا طلب الجاه للأمر بالمعروف والنهى عن المنكر، وتنفيذ الحق، وإعزاز الدين لا لنفسه وهواه، فيجوز ذلك بقدر ما يقيم به الأمر بالمعروف والنهى عن المنكر.
Tetapi jikalau dalam meraih keagungan itu demi amar ma’ruf nahi munkar, memperjuangkan kebenaran dan meluhurkan agama bukan untuk keperluan hawa nafsu sendiri makadiperbolehkan sejauh batas telah dapat menegakkan amar ma’ruf nahi munkar tersebut
Uraian di atas menunjukkan bahwa Az-Zarnuziy mengarahkan kehidupan setiap orang atau guru harus seimbang antara dunia dan akhirat, semua amal dan pola kehidupan kita harus di dasarkan semata-mata hanya karena Allah, karena aturan Allah dalam kehidupan itulah jalan yang benar.
Uraian di atas sesuai dengan pendapat mukti Ali, berpendapat bahwa nilai-nilai religius datangnya dari suatu pengalaman, karena persoalan-persoalan religius adalah persoalan batiniah dan subyektifitas, juga sangat individualistis, sehingga tidak ada orang yang begitu bersemangat dan begitu emosional akan membicarakan masalah agama.[4]
Nur Cholis Madjid berpendapat bahwa setiap manusia dalam beragama harus seimbang baik secara material dan spiritual, karena kebanyakan manusia sekarang adalah manusia yang mendambakan materialisme. Materialisme tersebut lebih kepada tujuannya, yaitu menuju kepada spiritualisme atau materialisme sebagai alat untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta.[5]
Ungkapan lain dijelaskan:
وينبغى أن يكثر الصلاة، ويصلى صلاة الخاشعين، فإن ذلك عون له على التحصيل والتعلم.
وأنشدت للشيخ الإمام الجليل الزاهد الحجاج نجم الدين عمر بن محمد النسفى شعرا:
كـــــــــــن للأوامر والنواهى حافظا وعلى الصلاة مواظبا ومحافظا
واطلب علوم الشرع واجهد واستعن بالطيبات تصر فقيها حافــــــظا
واسئل إلهك حفـــــــظ حفظك راغبا مــــــــن فضله فالله خير حافظ
كــــــــــن للأوامر والنواهى حافـظا وعلى الصلاة مواظبا ومحافظا
واطلب علوم الشرع واجهد واستعن بالطيبات تصر فقيها حافــــــظا
واسئل إلهك حفـــــــظ حفظك راغبا مــــــــن فضله فالله خير حافظا
Hendaknya pula banyak-banyak melakukan shalat dengan khusu’ sebab dengan begitu akan lebih memudahkan mencapai kesuksesan belajar. Syi’ir gubahan Syaikhul Jalil Al-Hajjaj Najmuddin Umar bin Muhammad An-Nasafi dibawakan untukku:
Jadilah engkau, pengamal perintah penjaga larangan
Jagalah selalu, ibadah shalat terus-terusan
Pelajarilah ilmu Syari’ah sesungguh hati
Pohonlah inayah dengan yang suci
Kau kan menjadi ahli agama yang mengayomi
Mohonlah agar kuat hapalan pada ilahi
Demi cintamu fi fadlihi
Dialah Allah, sebagus-bagus yang melindungi(Az-Zarnuziy 1998 : 32-33)
Ungkapan di atas menunjukkan perlunya manusia berdiri di hadapan Allah dengan khusyu’ dan tunduk akan membekalinya dengan suatu tenaga rohani yang menimbulkan dalam dirinya perasaan yang tenang, jiwa yang damai, dan kalbu yang tenteram. Dalam shalat manusia mengarahkan seluruh jiwa dan raganya kepada Allah, berpaling dari semua kesibukan duniawi dan tidak memikirkan sesuatu kecuali Allah dan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca di dalamnya. Hal ini dengan sendirinya akan menimbulkan pada diri manusia itu keadaan yang tenang, dan pikiran yang terbebaskan dari beban hidup.
Sikap religius dan tunduk inilah yang merupakan salah satu ciri utama orang yang sehat jiwanya dan tenteram hidupnya. Sehat jiwanya tidak hanya dalam arti sehat secara fisik, psikis dan dapat beradaptasi secara baik dengan lingkungannya, tetapi juga harus mampu hidup sesuai dengan tata nilai dan aturan-aturan agama serta mampu memahami dan mengamalkan dalam hidupnya, yang pada akhirnya tidak akan terkena konflik-konflik batin, apalagi gangguan jiwa dan penyakit jiwa. Hal ini tidak terlepas adanya sandaran transendental yaitu hubungan vertikal dengan Allah, dan yang diperoleh tidak lain adalah ketenteraman dan ketenangan jiwa yang selalu didambakan oleh manusia.
2. Analisis Nilai Jujur
Jujur adalah hasil bagi secara ikhlas atas usaha dan kerja sama, satu pihak pendapat setengah bagian, pihak lain memperoleh setengah bagian yang lain, atau dalam bagi hasil adalah rata.
Nilai jujur dalam pendidikan karakter menurut Pusat Kurikulum Badan Penulisan dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter Tahun 2011 adalah Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.[6]
Dalam Kitab Ta'lim Muta'allim diungkapkan: hendaknya guru membersihkan diri secara lahir dan bathin dari akhlak - akhlak yang tercela, dan mengamalkan akhlak-akhlak yang terpuji. Adapun perbuatan yang buruk seperti : khianat, bohong, dhalim, dengki, pemarah, sombong, dan riya’. Sebaliknya akhlak yang baik yaitu : bersegera untuk bertaubat, ikhlas, yakin, taqwa, jujur, sabar, ridha, qona’ah, zuhud, tawakkal, ketenangan bathin, berprasangka baik, tata krama yang baik, menampakkan kebaikan, syukur nikmat, kasih sayang terhadap ciptaan Allah, rendah diri kepada Allah serta rendah hati kepada manusia, cinta kepada Allah dengan menanamkan hal-hal yang baik, lalu melaksanakan hal-hal yang merupakan perwujudan dari sikap tersebut dengan selalu mengikuti junjungan-Nya Muhammad Rasulullah SAW.
Ungkapan di atas menunjukkan pentingnya membekali siswa dengan karakter baik diantaranya karakter kejujuran dalam kehidupan karena kejujuran tersebut akan membawa siswa selamat di dunia dan akhirat, selain itu kejujuran akan membawa siswa kepada insan yang dipercaya banyak orang dan menjadi seseorang yang maslahat pada sesama.
3. Analisis Nilai Toleransi
Toleransi adalah pemberian kebebasan kepada sesama manusia atau sesama kepada warga masyarakat untuk menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing-masing selama menjalankan dan menentukan sikapnya tidak melanggar dan bertentangan dengan syarat-syarat azas terciptanya ketertiban dan kedamaian dalam masyarakat.[7]
Dalam mewujudkan kemaslahatan umum agama telah menggariskan dua pola dasar hubungan yang harus dilaksanakan pemeluknya yaitu hubungan secara vertikal dan hubungan secara horisontal yang pertama hubungan antara pribadi dengan khaliqnya. Yang direalisasikan dalam bentuk ibadah sebagaimana yang telah digariskan oleh setiap agama. Hubungan ini dilaksanakan secara individual, tetapi lebih diutamakan secara kolektif atau berjama’ah (shalat dalam Islam) pada hubungan pertama ini berlaku toleransi agama yang hanya terbatas hanya lingkungan atau intern suatu agama saja. hubungan keduanya adalah hubungan manusia dengan sesamanya. Pada hubungan ini tidak hanya sebatas pada lingkungan suatu agama saja, tetapi kepada tidak pada orang seagama yaitu dalam bentuk kerja sama dalam masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan umum. [8]
Nilai Toleransi dalam pendidikan karakter menurut Pusat Kurikulum Badan Penulisan dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter Tahun 2011 merupakan sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya.
Dalam Kitab Ta'lim Muta'allim diungkapkan:
Demikian karena sesungguhnya perdebatan itu banyak mudharatnya dan dosanya lebih banyak dari pada manfaatnya. Selain itu, perdebatan memicu timbulnya akhlaq yang buruk, seperti riya’ hasud, takabur, terlukanya hati, permusuhan, sikap saling menonjolkan kelebihannya, dan berbagai perbuatan buruk lainnya.
Memperdebatkan suatu masalah memang tidak diperkenankan, tetapi jika masalah tersebut kejadiannya ada pada dirimu dan orang lain atau suatu kaum, dimana tujuanmu dalam membahas masalah tersebut untuk menunjukkan kebenaran, janganlah sampai perkara yang haq menjadi sia-sia, maka engkau boleh membahas masalah itu. Meskipun demikian, ada dua hal yang harus engkau perhatikan:
Engkau tidak boleh membedakan dalam memutuskan kebenaran, baik keputusan itu lewat lisanmu maupun lewat lisan orang lain.
Ungkapan di atas menunjukkan pentingnya proses saling menghargai diantara sesama manusia, semua bentuk perbedaan harus bermuara pada kemaslahatan bersama. Perbedaan yang terjadi harus diterima dengan lapang dada dan tidak diperbolehkan atas dasar hasut dan dengki karena itu dapat merusak sendi-sendi kehidupan.
Aku melihat sebagian manusia memusuhi sebagian yang lain karena ada tujuan dan sebab tertentu. Aku lalu merenungkan makna yang terkandung dalam firman Allah SWT :
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ (٦)
Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), QS. Fathir (35) : 6
Aku pun jadi mengerti bahwa musuh sebenarnya adalah setan. Oleh karena itu, tidak diperkenankan memusuhi seseorang.
Dalam konteks kerukunan beragama maka perbedaan yang terjadi perlu diarahkan hubungan horisental yang saling menghargai, karena perbedaan keyakinan yang dipegang masing-masing pemeluk bukanlah sesuatu yang bisa di campur namun Islam mengajarkan pentingnya menghormati dan menghargai umat yang berbeda sebagaimana contoh kehidupan yang di teladankan Nabi Muhammad SAW.
Menurut sosiolog Bergson sebagaimana di kutip oleh Umar Hasyim manusia hidup bersama bukan berdasarkan kepada persamaan tetapi oleh karena perbedaan baik dalam sifat kedudukan dan lain sebagainnya kenyataan hidup dapat dirasai karena terdapatnya perbedaan hidup dalam golongan-golongan.[9]
Agama Islam dapat tersiar keseluruh penjuru dunia dengan pesat dan cepat maklumlah karena ajaran agama praktik selaras dengan fitrah manusia cocok dengan segala zaman dan tempat. Untuik mengembangkan agama Allah dimuka bumi, Allah mengajarkan kepada rasul-Nya dan orang yang beriman agar selalu bertoleransi baik menghadapi kawan atau lawan.[10]
Dalam kehidupan bermasyarakat yang pluraritas Al-Qur'an Surat Al-Hujurat ayat 13 menegaskan “Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal, sesungguhnya semulia-mulia kamu disisi allah ialah yang lebih taqwa diantara kamu.”
Ayat Al-Qur'an ini sesungguhnya mengajarkan kepada kita semua akan penting dan perlunya memberlakukan perbedaan dan pluraritas secara arif yaitu untuk saling mengenal dan belajar atas dasar perbedaan dan pluralitas untuk saling membangun dan memperkuat dan tinggi rendahnya manusia dihadapan Tuhan tidak ditentukan oleh adanya realitas perbedaan dan pluralitas tetapi kadar ketaqwaannya.
Prinsip mengenai toleransi dalam ajaran Islam diantaranya prinsip- prinsip itu adalah bahwa menurut ajaran Islam menurut pandangan penulis sebagaimana ungkapan dalam Kitab Ta'lim Muta'allim dan pendapat tokoh di atas , (1) tidak boleh ada paksaan dalam beragama, baik paksaan itu halus, apalagi kalau dilakukan dengan kasar (2) manusia berhak memilih memeluk agama yang diyakininya dan beribuat menurut keyakinanya itu (3) tidak ada gunanya memaksa seseorang agar ia menjadi seorang muslim disamping itu pada ayat tersebut diatas berupa prinsip lain yakni prinsip bahwa (4) Allah tidak melarang hidup bermasyarakat dengan mereka yang tidak sepaham atau tidak seagama asal mereka tidak memusuhi Islam
4. Analisis Nilai Disiplin
Disiplin adalah suatu sikap manusia yang bersedia mentaati dan mematuhi peraturan dan tata tertib, sekaligus dapat mengendalikan diri dan mengawasi tingkah laku sendiri, serta sadar akan tanggung jawab dan kewajiban.[11]
Disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri sesorang terhadap bentuk-bentuk aturan. Peraturan dimaksud dapat ditentukan oleh orang yang bersangkutan maupun berasal dari luar.[12]
Selanjutnya pengertian disiplin menunjuk kepada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya.[13]
Nilai disiplin dalam pendidikan karakter menurut Pusat Kurikulum Badan Penulisan dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter Tahun 2011 merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Dalam Kitab Ta'lim Muta'allim diungkapkan:
وينبغى أن يجتهد فى الفهم عن الأستاذ بالتأمل وبالتفكر وكثرة التكرار، فإنه إذا قل السبق وكثرة التكرار والتأمل يدرك ويفهم. قيل: حفظ حرفين، خير من سماع وقرين، وفهم حرفين خير من حفظ سطرين. وإذا تهاون فى الفهم ولم يجتهد مرة أو مرتين يعتاد ذلك فلا يفهم الكلام اليسير
Pelajar hendaknya mencurahkan kemampuannya dalam memahami pelajaran dari sang guru, atau boleh juga dengan cara diangan-angan sendiri, di fikir-fikir dan sering diulang-ulang sendiri. Karena bila pelajaran yang baru itu hanya sedikit dan sering diulang-ulang sendiri, akhirnyapun dapat dimengerti. Orang berkata : “Hafal dua huruf lebih bagus daripada mendengarkan saja dua batas pelajaran. Dan memahami dua huruf lebih baik daripada menghapal dua batas pelajaran. Apabila seseorang telah pernah satu atau dua kali mengabaikan dan tidak mau berusaha, maka menjadi terbisakan, dan menjadi tidak bisa memahami kalimat yang tidak panjang sekalipun.[14]
Nilai kedisiplinan yang dimaksud dalam kandungan ungkapan di atas adalah pentingnya seorang siswa untuk belajar dengan disiplin dan memanfaatkan waktu, karena setiap waktu yang melingkari hidup siswa akan bermanfaat jika dilakukan dengan menggali banyak ilmu yang bermanfaat dan tidak menyiakan sedikitnpun untuk perkara yang tidak bermanfaat.
Kepribadian disiplin akan memberi pengaruh dalam segala aspek kehidupan secara timbal balik, artinya kepribadian yang baik akan menumbuhkan sikap disiplin, begitu juga sikap disiplin akan memberi peluang tumbuhnya kepribadian baik. Perilaku disiplin pada siswa perlu ditumbuh kembangkan, karena akan berpengaruh pada hasil belajar dan sikap-sikap baik lainnya, tanpa disiplin tidak akan ada kesepakatan antara guru dan siswa, serta hasil belajar pun berkurang, dan bahkan akan jauh dari keberhasilan.
Kepribadian disiplin akan memberi pengaruh dalam segala aspek kehidupan secara timbal balik, artinya kepribadian yang baik anak menumbuhkan sikap disiplin, begitu juga sikap disiplin akan memberi peluang tumbuhnya kepribadian baik. Perilaku disiplin pada siswa perlu dikembangkan, karena akan berpengaruh pada hasil belajar dan sikap-sikap baik lainnya, tanpa disiplin tidak akan ada kesepakatan antara guru dan siswa, serta hasil belajar pun berkurang dan bahkan akan jauh dari keberhasilan.
Menanamkan kedisiplinan dalam belajar sangat penting diterapkan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar karena memiliki tujuan yang hendak dicapai. Menurut Elizabeth B. Hurlock, tujuan seluruh disiplin adalah membentuk perilaku sedemikian rupa hingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu diidentifikasikan.[15]
White menyatakan tujuan dari disiplin adalah mendidik seorang anak untuk memelihara diri, ia harus berstandar kepada diri sendiri dan mengendalikan diri.[16] Charles Schaefer dalam bukunya yang berjudul “Cara Mendidik dan Mendisiplinkan Anak” menyebutkan bahwa: “Tujuan jangka pendek dari disiplin adalah membuat anak-anak terlatih dan terkontrol dengan mengajarkan kepada mereka bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas dan yang tidak pantas atau yang masih asing bagi mereka, tujuan jangka panjang dari disiplin adalah untuk perkembangan dan pengendalian diri sendiri dan pengarahan diri sendiri (self control and self direction) yaitu dalam hal anak-anak dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh atau pengendalian dari luar.[17]
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat penulis disimpulkan bahwa tujuan kedisiplinan adalah untuk membuat peserta didik (siswa) terlatih dan terkontrol dalam belajar, sehingga ia memiliki kecakapan cara belajar yang baik. selain itu juga merupakan proses pembentukan perilaku yang baik sehingga ia mencapai suatu pribadi yang luhur, yang tercermin dalam kesesuaian perilaku dengan norma-norma atau aturan-aturan belajar yang ditetapkan serta kemampuan untuk mengontrol dan mengendalikan diri sendiri tanpa pengaruh dan pengendalian dari luar. Lebih dari itu kedisiplinan yang lebih penting adalah sejenis perilaku taat atau patuh yang sangat terpuji dan semata menuntut Ilmu berdasarkan keridhaan Allah
Orang beriman itu menyadari bagaimana besarnya nilai dan harga waktu. Waktu merupakan nikmat yang wajib disyukuri, dipergunakan untuk pekerjaan baik sebanyak mungkin, tidak boleh dibiarkan terbuang begitu saja. Umar Bin Abdul ‘Aziz pernah mengucapkan : malam dan siang, keduanya bekerja untuk kamu, maka bekerjalah kamu dalam masa keduanya.[18]
Secara sederhana salah satu bukti mengaktualkan ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan waktu tersebut tampaklah bahwa setiap muslim adalah manusia yang senang menyusun jadual harian, mampu merencanakan pekerjaan dan program-programnya. Itulah sebabnya, setiap muslim seharusnya memiliki buku agenda kerja, dan agenda/catatan harian seorang muslim itu sarat dengan berbagai catatan yang menunjukkan kesadaran terhadap waktu.
5. Analisis Nilai Kerja keras
Kerja keras bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh aset, pikir, dan dzikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khoiru ummah).
Nilai kerja keras dalam konteks pembelajaran belajar adalah suatu usaha untuk menggerakkan, mengarahkan tingkah laku seseorang untuk melakukan suatu tindakan sehingga mencapai hasil tujuan tertentu dalam kerangka sebuah belajar demi perubahan. Ataupun dengan kata lain kekuatan yang mendorong indivdiu untuk melakukan belajar guna mencapai tujuan tertentu. Kerja keras menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan belajar murid. Belajar tanpa adanya kerja keras kiranya sulit untuk berhasil.
Nilai kerja keras dalam pendidikan karakter menurut Pusat Kurikulum Badan Penulisan dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter Tahun 2011 merupakan perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-sebaiknya.
Dalam Kitab Talim Muta’allim diungkapkan :
فينبغى أن يتعب نفسه على التحصيل والجد والمواظبة بالتأمل فى فضائل العلم، فإن العلم يبقى [ببقاء المعلومات] والمال يفنى، كما قال أمير المؤمنين على بن أبى طالب كرم الله وجهه:
رضـينا قسمة الجـبار فينا لـنا علم وللأعـداء مال
فإن المال يفنى عن قريب وإن العلم يبقى لا يزال
Hendaklah pelajar bersungguh-sungguh sampai terasa letih guna mencapai kesuksesan, dan tak kenal berhenti, dan dengan cara menghayati keutamaan ilmu. Ilmu itu kekal, sedang harta adalah fana, seperti apa yang dikemukakan oleh Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib:
Kami rela, bagian Allah untuk kami
Ilmu untuk kami, harta buat musuh kami
Dalam waktu singkat, harta jadi musna
Namun ilmu, abadi tak akan sirna
والعلم النافع يحصل به حسن الذكر ويبقى ذلك بعد وفاته فغنه حياة أبدية.
وأنشدنا الشيخ الإمام الأجل ظهير الدين مفتى الأئمة الحسن بن على المعروف بالمرغينانى:
الجـــاهـلـون مـوتـى قـبل مـوتـهــم والعـالمـون وإن ماتوا فأحياء
Ilmu yang bermanfaat akan menjunjung tinggi nama seseorang, tetap harum namanya walaupun ia sudah mati. Dan karena begitu, ia dikatakan selalu hidup abadi. Syaikhul Ajall Al-Hasan bin Ali Al-Marghibaniy membawakan syi’ir buat kami:
Kaum bodoh, telah mati sebelum mati
Orang alim, tetap hidup walaupun mati
وينبغى أن يجتهد فى الفهم عن الأستاذ بالتأمل وبالتفكر وكثرة التكرار، فإنه إذا قل السبق وكثرة التكرار والتأمل يدرك ويفهم. قيل: حفظ حرفين، خير من سماع وقرين، وفهم حرفين خير من حفظ سطرين. وإذا تهاون فى الفهم ولم يجتهد مرة أو مرتين يعتاد ذلك فلا يفهم الكلام اليسير
Pelajar hendaknya mencurahkan kemampuannya dalam memahami pelajaran dari sang guru, atau boleh juga dengan cara diangan-angan sendiri, di fikir-fikir dan sering diulang-ulang sendiri. Karena bila pelajaran yang baru itu hanya sedikit dan sering diulang-ulang sendiri, akhirnyapun dapat dimengerti. Orang berkata : “Hafal dua huruf lebih bagus daripada mendengarkan saja dua batas pelajaran. Dan memahami dua huruf lebih baik daripada menghapal dua batas pelajaran. Apabila seseorang telah pernah satu atau dua kali mengabaikan dan tidak mau berusaha, maka menjadi terbisakan, dan menjadi tidak bisa memahami kalimat yang tidak panjang sekalipun.
Ungkapan di atas menunjukkan bahwa untuk mencapai segala sesuatu khususnya ilmunya yang bermanfaat maka perlu kerja keras dari seorang siswa untuk belajar adan bersungguh-sungguh mengatasi kesulitan yang dialaminya dalam belajar dengan bertanya kepada orang yang lebih tahu dan mempelajari ilmu tersebut dengan detail dan teliti.
Belajar pada dasarnya tanpa adanya kerja keras kiranya sulit untuk berhasil. Dalam setiap proses belajar, semua tidak akan lepas dari kesulitan dan hambatan, tetapi hal tersebut menjadi dorongan untuk mencari solusi dengan usaha yang tekun dan luar biasa, sehingga tercapai kelebihan/keunggulan dalam memperoleh prestasi yang baik. Setiap siswa akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan tugasnya walaupun terdapat banyak kesulitan dan hambatan. Hal ini sebenarnya banyak bergantung pada keadaan dan sikap lingkungannya. Dengan hal tersebut di atas sikap tidak putus asa harus ditanamkan dalam jiwa siswa dalam menghadapi setiap masalah belajarnya. [19]
Jadi menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian kerja keras dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
Baru lima karakter yang di analisis selanjutnya tunggu ya…Analisa berikutnyaa…semoga Allah memberikan hidayatuttaufiq kepada kita sebagai guru diberi kemampuan untuk memiliki karakter-karakter guru yang dinasehatkan oleh Imam Azzarnuzi…dan sebagai tholib/murid diberi kemampuan untuk memiliki karakter-karakter yang dinasehatkaan oleh beliau….selamat membaca…semoga menjadi ‘ilmun yuntafa’u bihi….
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar