Antara 2 Pasaman
Negeri di perbatasan itu adalah kampungku. Air Bangis yang berada di pesisir pantai. Hempasan ombak ke tepian adalah alunan pengantar tidurku. Aroma ikan asin yang dijemur setiap hari adalah teman indera penciumanku.
Keluargaku adalah para nelayan yang setiap hari beradu nasib membelah lautan. Dengan sampan, biduk dan perahu yang dipunyai. Bapak, mamak dan sanak saudara lain berjuang di samudra Hindia yang kadang ramah kadang enggan berteman.
Istana kami di sepanjang pantai ini. Rumah-rumah berdinding papan dan beratap rumbia. Iya daun rumbia yang banyak tumbuh di daerah rawa. Itulah yang dianyam para ahlinya. Hingga menjadi atap yang sejuk kala siang dan malam hari.
Pagi hari saat bapak pulang dari "mamukek" ikan, maka itu adalah tugasku selanjutnya. Menjual ikan. Kemana akan kujual. Ke daerah Pasar Baru melewati asrama dan barak para polisi dan tentara. Biasanya mereka suka membeli ikan segar.
Berjalan agak sekilo dua. Aku sampai di komplek para pengamanan negara itu.
"Ikan ... Ikan baru, ikan!" sorakku saat melewati barak pertama.
Lenggang tak ada seorangpun ibu yg terlihat. Aku terus ke barisan asrama kedua seraya bersorak agak lebih keras.
"Ikan baru, ikan baru!"
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ikan baru dari laut dan masih fres ya bun
Bener Bun
Bener Bun