Feri Fren, S Pd.MM

Feri Fren, S.Pd.MM (Widyaiswara LPMP Sumatera Barat) Lahir di Sintang pada tanggal 23 Maret 1969. Alumni IKIP Padang Jurusan Fisika Tahun 1991. Melanjutkan pen...

Selengkapnya
Navigasi Web
Waktu adalah Uang

Waktu adalah Uang

Waktu adalah Uang

Oleh : Feri Fren (Widyaiswara LPMP Sumbar)

Semenjak kita lahir seterusnya sampai dewasa, sangat banyak sekali pepatah-pepatah yang diperoleh dari orang-orang yang lebih tua, termasuk juga dari guru-guru di sekolah. Semua pepatah tersebut dijadikan sebagai pedoman hidup untuk membuat hidup lebih berarti, berhati-hati, dan menjadikannya sebagai motivasi dalam bersikap dan bertindak, agar hidup lebih bermakna dan bisa diterima ditengah-tengah masyarakat.

Diantara pepatah yang banyak itu ada yang pernah kita dengar, dimana ada kemauan disitu ada jalan, ada ubi ada talas ada budi ada balas, waktu adalah uang dan lain sebagainya. Semua pepatah itu sudah sangat familiar ditelinga kita, jangankan orang dewasa anak kecil saja tahu.

Waktu adalah uang, sejarah pepatah ini memang menarik. Siapa yang pertama sekali mengungkapkannya tidaklah jelas, ada yang mengatakan bahwa Benjamin Franklin yang hidup di Abad 17 dan 18 adalah sosok yang paling penting di balik pepatah ini.

Berbicara masalah waktu, orang-orang yang kreatif akan bisa memanfaatkannya secara optimal, dimana ada kesempatan disanalah pepatah tentang waktu adalah uang langsung diterapkan. Dengan pandainya memanfaatkan waktu, orang yang kreatif bisa mendapatkan rezeki yang berlebih dari orang yang hanya sekedar duduk bermalas-malasan yang membuang-buang waktunya secara percuma.

Waktu adalah uang, orang yang kreatif dapat pula menambahkan pepatah ini dengan kalimat, anda perlu waktu kami perlu uang. Seseorang yang hendak berpergian dari suatu tempat ke tempat lain selalu ingin cepat sampai di tempat tujuannya, Dia tidak menginginkan dirinya terjebak dalam keadaan macet yang membuatnya terlambat sampai ketempat tujuan.

Kemacetan akan membuat kekesalan dan memberikan berbagai dampak kerugian misalnya dalam hal waktu, biaya, tenaga, penurunan produktifitas dan kinerja seseorang. Bisa juga kemacetan memberikan dampak kerugian pada seseorang berupa keterlambatan atas ditinggalkannya oleh suatu maskapai penerbangan, jelaslah disini bagi kita betapa besarnya kerugian yang ditimbulkan dari sebuah kemacetan.

Kemacetan agak kurang terasa oleh seorang pasien yang sedang sakit dalam kondisi gawat darurat, karena untuk menghindari kemacetannya ada mobil ambulance yang bisa membantunya untuk menembus kemacetan, sehingga bisa sampai dengan cepat di rumah sakit yang dituju. Demikian juga halnya dengan mobil iring-iringan, ada juga mobil pengawal yang bisa memandunya.

Sementara bagi kita masyarakat umum yang kadang kala juga membutuhkan waktu yang cepat untuk mencapai suatu tujuan tentulah tidak bisa seperti itu, akhirnya akan mengalami keterlambatan ke tempat tujuankarena tidak bisa menembus kemacetan, padahal dari segi waktu kita juga membutuhkannya dengan cepat, seperti untuk mengejar keberangkatan dengan mempergunakan jasa pesawat terbang.

Kemacetan mungkin bisa disebabkan oleh adanya bencana alam, keramaian, kecelakan dan perbaikan jalan. Untuk kemacetan yang sifatnya bencana alam karena sifatnya insidentil tentu tidaklah menjadi masalah. Akan tetapi bagi kemacetan yang disebabkan karena adanya perbaikan jalan yang sudah diketahui berapa lama waktu penyelesaiannya tentu solusi untuk mengurai kemacetan sudah bisa dipertimbangkan seperti aturan penggunaan jalan dengan sistim buka tutup dan penggunaan beberapa jalan alternatif.

Anehnya, ketika ada jalan umum alternatif yang bisa dilalui oleh masyarakat umum, pepatah bijak yang kita bicarakan diatas langsung pula berfungsi. Waktu adalah uang, anda perlu waktu, kami perlu uang. I will never give you a timely opportunity if you not give me money ( aku tidak akan memberimu peluang waktu jika kamu tidak memberiku uang).

Memang dari segi jumlah uangnya tidak terlalu besar hanya sekedar sumbangan, namun timbul dalam pemikiran kita bukankah jalan ini dibangun atas pajak yang kita bayar termasuk dari pajak kendaraan bermotor yang kita pakai, seperti semboyan untuk memotivasi masyarakat dalam membayar pajak.

Kalau titik pengumpul sumbangannya sedikit, tidak jadi masalah, tetapi kalau jumlahnya sudah banyak akan mempengaruhi ketidaknyamanan pengguna jalan. Tidak diberi sumbangan susah, diberi sumbangan juga pun susah bak makan buah simalakama jadinya.

Ketika ada jalan umum alternatif yang bisa ditempuh dalam waktu yang lebih cepat agar tidak terlambat sampai ketempat tujuan, pengendara angkutan umum dan kendaraan pribadi tidaklah bisa menggunakannya dengan leluasa, karena harus memberi sejumlah uang terlebih dahulu dalam bentuk pungutan liar dengan berdalih meminta sumbangan. Akankah hal ini kita biarkan terus, tentu kita semualah yang bisa menjawabnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisan yg bagus dan motivatif. Mksih Npk berbaginya, salam kenal...

07 Sep
Balas



search

New Post