Ferli Gusti

Penulis merupakan alumni MWC XVI Kabupaten Dharmasraya...

Selengkapnya
Navigasi Web
Perspektif Kopi; Iklan itu Kritikan

Perspektif Kopi; Iklan itu Kritikan

Belakangan ini ada tayangan iklan yang menurut saya “nyindir” guru, pakai banget. Ah, kebangetan lah pokoknya. Iklan ini adalah sebuah iklan game yang biasa dimainkan di ponsel pintar. Ponselnya saja sudah pintar, apalagi pemakainya.. cieeee...cieeee.

Jadi ceritanya begini, dalam tayangan iklan tersebut ada adegan seorang guru yang sedang menghukum siswanya karena terlambat masuk kelas. Tiba-tiba pintu kelas diketuk, ketika dibuka, eh ternyata berdiri seorang siswa yang masih pakai tas, menandakan dia juga baru datang, terlambat dong. Namun yang terjadi, siswa tersebut bukannya dihukum melainkan dilayani bagai raja oleh sang guru. Dia dipersilahkan masuk, tasnya diambilin, kemudian ditaruh di atas meja dengan sangat hati-hati. Sontak se-isi kelas pada melongo. Diakhir adegan, diketahui ternyata sang guru ini selalu kalah main game dengan siswa tersebut. Ampuuuuuun (saya tepuk jidat).

Iklan ini patut diapresiasi. Realitanya memang kebanyakan seperti itu. Sebagian dari kita... maksudnya saya saja ya, bukan kita, cukup saya saja. Anda tak perlu terlibat, ini berat. Wibawa seorang guru bisa saja jatuh jika tidak menguasai teknologi. Kalah main game saja bisa membuat guru seolah-olah tak berdaya dimata siswanya.

Guru zaman sekarang bisa memperoleh gelar “guru keren” jika eksis disemua jenis media sosial. Ini bukan saya...

Guru keren itu... guru yang menguasai informasi teknologi. Kalau ini... juga bukan saya.

Guru keren itu... guru yang melek teknologi. Saya sadari... saya “Gaptek”.

Guru keren itu... guru yang bisa berinovasi membuat media pembelajaran menggunakan multimedia. Misalnya membuat media pembelajaran melalui “game” ponsel. Wow... ini jelas-jelas bukan saya.

Jangankan buat media pembelajaran melalui teknologi multimedia, pakai media karton saja, siswa saya mengeluh sakit mata. Gimana gak sakit mata coba, gambar yang ada pada buku teks, saya gunting, kemudian saya tempel menggunakan nasi. Sudah mirip kliping lah. Eee... busyet.

Maaf nak, pak guru mu ini tak tahu caranya memperbesar suatu gambar. Bapak janji tak akan menggunakannya lagi, gaji bapak tak cukup untuk biaya kalian beli kaca mata. (sekali lagi, saya tepuk jidat).

Jadi dapat ditarik kesimpulan, saya bukan “guru keren”.

Eeiiit, tunggu dulu... bukan seorang guru namanya jika semudah itu saja direndah-rendahkan. Cieee... cieee... saya marah.

Guru itu mesti pintar jatuh, saya memang gak eksis di medsos, saya memang gak menguasai teknologi, terlepas dari itu semua. Saya adalah guru yang mengajar dengan hati, yang kehadirannya selalu dinanti. Tidak hanya oleh siswa, bahkan oleh teman-teman sesama guru aku paling dinanti, hadirnya diriku membawa kebahagiaan buat mereka. Kenapa?

Jawabannya karena uang mereka saya pinjam...

Sampai disini paham?

Ahsiaaaaaap... sudahlah saya nyuci dulu, mumpung libur...

Dharmasraya, 120519

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sudah kelas tinggi hasil tulisannya, bunda acungkan jempol, SDH pantas semeja minum kopi bareng Mr alien

12 May
Balas

Ahsiaaap bunda, trims bnyak bunda, sya perlu bnyak belajar lg dri bunda dan Mr. Alien.... Barakallah....

12 May



search

New Post