Ibu merupakan sosok orang yang mengandung, melahirkan, dan membesarkan kita. Ibu mengandung kita selama sembilan bulan lamanya hingga kita dilahirkan ke dunia ini. Ibu tidak hanya berperan sebagai orang tua kita saja, tetapi Ibu adalah wanita pertama kita, madrasah pertama kita, pendidik pertama kita, sahabat pertama, cinta pertama, maupun panutan pertama kita.

Kali ini aku akan menceritakan mengenai sosok Mamaku, wanita paling hebat dalam mamaku. Beliau bernama Maryori Maludin, SH. Beliau lahir di Bandung, pada tanggal 13 Maret 1968. Beliau menjalani masa kecilnya di Bandung sejak lahir hingga Taman Kanak - kanak. Pada tahun 1975, beliau bersama orang tua dan adik - adiknya pindah ke DKI Jakarta karena ayahnya berpindah tugas kerja. Beliau lulus dari Fakultas Hukum Universitas Katolik Atmajaya Jakarta pada tahun 1992 dan bekerja sebagai manajemen sumber daya di Indosat sejak 1993 hingga sekarang.

Mamaku memang sosok yang jarang marah dan lebih lemah lembut dari Ayahku, namun beliau lebih, bahkan tidak pernah memanjakanku sama sekali. Mama mengajarkan aku untuk kuat dalam masalah apapun, mengambil keputusan sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, berbuat baik, mengejar pendidikan yang setinggi - tingginya, bekerja keras jika ingin mendapatkan sesuatu, mengerjakan pekerjaan domestik sendiri walaupun memiliki asisten rumah tangga, tidak terlalu terlena dengan kenyamanan, dan saling tolong menolong, walaupun tidak saling mengenal. Ketika aku masih kecil, mama yang selalu membacakan cerita atau dongeng untukku. Banyak judul cerita yang mamaku ceritakan apabila beliau tidak bekerja, khususnya sebelum aku tidur. Mulai dari Cinderella, Danau Toba, Lilo dan Stitch, Bona dan Rongrong, Malin Kundang, Si Kancil, Seekor Semut, Gadis Berkerudung Merah, dan masih banyak cerita lainnya. Mamaku yang mengajarkan aku membaca suatu kata, baik dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Aku ingat ketika mama mengajarkan aku membaca kata " Bintang", "Ratu", "Kapal", "Monyet", "Anjing", dan lain sebagainya. Setiap kami pergi ke pusat perbelanjaan dan terdapat meja menggambar dan mewarnai, Mama pasti mengajakku untuk ikut serta dalam menggambar dan mewarnai gambar tersebut.

Mama selalu mendampingiku saat belajar apabila beliau pulang dari kerja. Ketika aku menulis pengalaman pariwisata sekolahku, Mama tidak ingin aku menceritakan pengalamannya saja. Mama ingin aku menceritakan pengetahuan yang aku dapat selama mengikuti pariwisata. Sebagai contoh, saat SD, aku pernah berkunjung ke Observatorium Bosccha, Lembang, bersama guru, teman - teman, kakak kelas, dan adik kelas, tepatnya saat aku masih duduk di kelas tiga Sekolah Dasar dulu. Mama tidak ingin aku menceritakan perjalanannya saja, tetapi Mama ingin aku menceritakan mengenai tata surya, penemuan teropong Bosscha, dan pendirian Observatorium Bosscha. Apabila terdapat materi pembelajaran yang mengajarkan berfikir kritis, Mama selalu mengajarkanku untuk merefleksikan kehidupan kita.

Mungkin tidak banyak yang kuceritakan mengenai sosok mamaku sekaligus guru pertamaku. Akan tetapi, Mama tetaplah panutanku dan selalu di dalam hatiku, baik saat ada maupun tiada.