Fila Ariyanti

Lulusan D2 PGSD UNS Surakarta,saat ini menjadi salah satu pengajar di kabupaten Cilacap,Jawa Tengah....

Selengkapnya
Navigasi Web
Berkomunikasi dengan Santun

Berkomunikasi dengan Santun

Masyarakat di Indonesia sangat beragam dalam menggunakan bahasa daerah masing-masing. Di Jawa saja, antara bahasa Jawa di bagian barat menggunakan bahasa Sunda, melangkah ke beberapa kabupaten di Banyumas dan sekitarnya dengan bahasa ngapaknya yang khas. Agak berbeda lagi ke sebelah utara di wilayah kabupaten Tegal, Brebes juga tidak sama persis dengan ngapaknya Cilacap dan Banyumas. Wilayah Solo dan sekitarnya, menggunakan bahasa jawa krama alus termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun melangkah semakin ke timur pulau Jawa orang Surabaya dan Madura sudah agak berbeda lagi.

Apalagi melangkah berkeliling Nusantara, akan semakin beragam warna bahasa daerah kita. Tentu semua itu adalah hal yang membanggakan dan memperkaya khasanah bahasa di Indonesia. Namun beranekaragamnya bahasa ataupun kekhasan daerah lain, semua itu merupakan hal yang menunjukkan berbeda namun tetap satu. Menunjukkan persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan berbangsa.

Bahasa memiliki sifat interpersonal, ketika bahasa berfungsi sebagai sikap dan perilaku petutur. Fungsi ini mencakup fungsi ekspresif dan informatif (Leech, 1982: 205). Namun bahasa juga memiliki fungsi phatik yaitu berfungsi menjaga agar garis komunikasi tetap terbuka. Ketika seseorang berbahasa, menulis atau mengucapkan kalimat dalam suatu bahasa, sebenarnya seseorang itu juga sedang menjaga hubungan sosial. Norma yang berlaku di lingkungan sosial akan dipertimbangkan seseorang.

Pertimbangan norma yang ada di lingkungan sosial. ketika seseorang berbahasa dilakukan agar terjadi hubungan yang harmonis dan terjalinnya komunikasi yang efektif. Masyarakat kita memiliki budaya yang tinggi, ini tercermin dalam kesantunan dalam berbahasa.

Kebanyakan orang tua di kampung jaman dulu, bila anak-anaknya nakal tidak akan mengatakan dasar anak nakal. Namun merubah kalimat dengan bahasa yang berlawanan dengan keadaan yang diharapkan, agar yang diucapkan akan terjadi karena mereka yakin ucapan adalah doa. Mereka akan mengatakan anak rajin, anak manut, meskipun anak-anak mereka sedang berulah tentang hal yang menjengkelkan. Kebiasaan baik ini, seharusnya turut diikuti generasi jaman now dalam mengungkapkan bahasa kepada anak-anaknya.

Berkomunikasi dengan santun atau berbahasa dengan santun, adalah ciri khas masyarakat dengan budaya tinggi. Kesantunan ini diharapkan agar tidak ada pihak-pihak yang tersinggung dan tidak nyaman. Sikap berkomunikasi atau berbahasa dengan tepat, akan mendukung suasana yang menyenangkan dalam komunikasi sebagai peristiwa bahasa.

Terkadang untuk mengungkapkan kesantunan pengguna bahasa. dituntut untuk mengatakan sesuatu yang jelek atau buruk dengan bahasa yang halus agar ketersinggungan orang lain dapat diminimalisir. Menjaga muka seseorang dari perasaan tersinggung dan malu.

Dalam berbahasa ada istilah eufemisme. Eufemisme merupakan salah satu cara, untuk mengungkapkan sesuatu hal yang tidak baik/jelek dan buruk agar terkesan baik. Misalkan untuk mengatakan cacat pada tubuh, digunakanlah kata-kata yang lebih menghaluskan dan menghindari diskriminasi pada penderita cacat itu sendiri. Untuk mengatakan penderita cacat, digunakanlah tuna rungu untuk orang tuli, tuna netra untuk netra untuk orang buta, tuna daksa orang yang cacat tubuh.

Namun seiring dengan pemikiran masyarakat, untuk menghindari diskriminasi terhadap orang cacat (orang yang memiliki kekurangan fungsi tubuh) dan untuk menghaluskan ungkapan tersebut , kini kata-kata tersebut diganti dengan orang yang berkebutuhan khusus.

Demikian orang yang cacat, meskipun memiliki kekurangan tetap merasa sebagai manusia. Hanya mereka adalah manusia yang memiliki kebutuhan yang berbeda dari kebanyakan manusia misal seperti pendidikan khusus, jalan khusus, bagi pengguna kursi roda dan fasilitas umum lainnnya.

Digunakannya eufemisme oleh pengguna bahasa karena ada kebiasaan dan norma yang ada dalam masyarakat. Ada aspek yang diwajbkan, disarankan penggunaannya seperti menghormati orang tua, atasan, tetapi ada juga yang tidak diperbolehkan dan dilarang untuk diungkapkan secara langsung. Hal ini bsa saja merusak harga diri dan kehormatan seseorang. Contoh yang populer adalah istilah tabu. Secara sederhana istilah ini dapat diartikan dilarang atau tidak dibenarkan.

Istilah tabu berasal dari bahasa Polynesia yaitu taboo yang dapat diartikan dengan dua bidang yang berlawanan arah. Di satu sisi tabu berarti suci/sakral namun di sisi lain adalah berbahaya, dilarang dan tidak bersih.

Seseorang berpikir,menyatakan tidak suka, menyatakan hal yang tidak baik, tanggap dengan lingkungan dengn pemaparan yang bisa diterima oleh semua pihak oleh pengguna bahasa. Penggunaan eufisme dalam berbahasa merupakan wujud dari sikap berbahasa seseorang.

Penggunaan eufisme sangat diperlukan agar terjadi kesesuaian berbahasa dengan situasi komunikasi. Eufisme juga sebagai sikap berbahasa, dan menunjukkan kreatifitas dan kesantunan dalam berbahasa.

Pengguna bahasa, harus menguasai bahasa juga terkait pada norma dan aturan masyarakat untuk menuntut pengguna bahasa menghormati orang lain, orang tua atau atasan. Bukan digunakan untuk menutupi hal buruk atau menyembunyikan maksud tertentu. Penggunaan eufisme lebih untuk menghaluskan rasa pada saat berbahasa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kesantunan menjadi barang mewah yang tidak mudah ditemukan saat ini. Tergerus roda zaman dan dalih globalisasi. Jazakillah, Bu Fila. Telah uraikan dengan detail dan teliti.

27 Jan
Balas

Kesantunan dan kehati-hatian senantiasa berusaha kita jaga. Sebagai pengingat diri saya, Bu. Banyak belajar dari Bu Ayu. Mksh, ibu sudah singgah.

28 Jan

Bahasa menunjukkan bangsa. Termasuk diri kita. Bun. Sipp!

27 Jan
Balas

Bersama kita menjaganya, Pak.

28 Jan

Santun merupakan penyempurna iman seseorang, bahkan diutusnya Rasul bertujuan untuk ciptakan kesantunan. Paparan yang luar biasa, berdaging dan informatif serta edukatif. Sukses selalu dan barakallah

27 Jan
Balas

Kesantunan Kanjeng Nabi sebagai teladan utama. Semoga kita senantiasa berusaha bisa meneladaninya. Mksh Bu Pipi sudah singgah.

28 Jan

Tulisan yang padat, berisi dan penuh hikmah yang tinggi... Barakallah Bu Fila..

27 Jan
Balas

Semoga kita dapat mengambilnya, Bu. Mksh, Bu sudah mampir.

28 Jan

Bertutur dalam bahasa tulis jauh lebih sulit karena hanya mengandalkan keterampilan pemilihan kosa kata dan gaya kalimat. Lebih lebih jika kehalusan jadi pertimbangan. Lain halnya berucap lisan, kita bisa mengoptimalkan gestur dan mimik sehingga tujuan komunikasi bisa tercapai melalui cara yang kita harapkan. Terima kasih Bu Fila, sukses selalu.

27 Jan
Balas

Bersama kita belajar, Pak. Mksh Pak Noto sudah singgah. Sehat dan bahagia, Bapak dan keluarga...

28 Jan



search

New Post