Adanya perkembangan teknologi yang pesat, membuat guru atau pun siswa dapat belajar dengan menggunakan aplikasi pada gawai. Internet sangat mendukung pencarian bahan pembelajaran bagi siswa mau pun guru. Namun pada kenyataannya, gawai juga membuat anak dan peserta didik kita, mendapatkan hal yang negatif. Hal demikian yang perlu adanya pengawasan dari orang tua dan guru.

Bila keadaan berlarut-larut dibiarkan, maka akan menimbulkan masalah pada remaja kita. Semakin jauh dengan budaya ketimuran, kurang menghargai orang yang lebih tua dan lain sebagainya. Hal yang tadinya dianggap sesuatu yang tidak baik, karena dilakukan banyak orang, bisa jadi menjadi sesuatu hal yang biasa.

Menyapa orang tua bila melewatinya saat kita berjalan, membungkukkan badan bila melewati seorang yang sepuh, sungguh hal yang sudah jarang kita lihat. Sebagai orang Jawa atau orang Indonesia, kita seharusnya masih melestarikan karakter baik yang menjadi ciri khas bangsa kita.

Seharusnya peran orang tua, guru di sekolah menjadi teladan dalam keseharian dalam menerapkan berbagai karakter positif warisan bangsa kita. Banyak karakter adi luhung bangsa kita yang senantiasa sejalan dengan kehidupan kita sampai saat ini.

Kehidupan orang tua kita dulu memang ulet, sederhana, makan seadanya. Hidup dalam keadaan narimo ing pandum, begitulah salah satu karakteristiknya.Selain itu ada beberapa contoh karakteristik orang Jawa diantaranya adalah:

1. Mikul dhuwur mendhem jero nama baik kedua orang tuanya. Maksudnya adalah seorang anak harus menjunjung tinggi harkat dan martabat kedua orang tuanya. Segala tindakan anak harus mempertimbangkan harkat dan martabat orang tua. Bukan berbuat semaunya.

2. Teken, tekun, tekan merupakan deretan yang berjenjang. Siapa yang mau tekun maka ia akan mendapat teken atau pedoman, petunjuk, fasilitas dan ia akan tekan atau kesampaian apa yang menjadi harapannya. Dalam menggapainya butuh waktu yang tidak pendek.

3. Telaten mengandung makna sikap rajin, kontinyu, tekun dan ajeg, Orang yang telaten tidak mudah putus asa, patah arang, nglokro, mutung, bosan atau jenuh. Hal demikian yang kadang sulit dilakukan baik orang tua mau pun anak.

4. Gemi mengandung makna hemat, cermat dan besahaja.Sifat gemi berbeda dengan pelit. Tindakan ini dilandasi mengumpulkan uang tidak gampang. Gaya hidup boros, mewah, menghamburkan uang sangat bertentangan dengan sikap hidup gemi.

5. Nastiti berkaitan dengan tindakan seseorang dalam mempergunakan harta bendanya. Mengelola hasil keringat agar pengeluaran tidak melampaui pemasukan.

Masih banyak karakter keteladanan bangsa kita yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Sebagai guru dan orang tua sudah seharusnya hal yang baik, kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, berusaha semampunya.