Penjahit Seksi
Sudah dua kali ini Bu Marni dan suaminya menjahitkan baju seragam batik khas dari dinas kecamatan tempatnya bekerja. Karena ada saudara suaminya yang pernah bekerja di luar negeri sebagai penjahit maka ketika kembali ke kampung juga menjalani profesi sebagai penjahit. Dengan modal hasil dari merantau ke Taiwan, Mardiyah nama saudara suami Bu Marni tersebut membuka kedai jahit di rumahnya.
Untuk membesarkan hati keponakannya tersebut agar semangat dalam usahanya di kampung, suami Bu Marni mengajak menjahitkan baju ke kedai Yu Mardiyah begitu Bu Marni memanggilnya. Dan sudah dua kali ini Bu Marni menjahitkan baju seragam sekolah kesana.
Memang hasil jahitan yang pertama berupa atasan baju KORPRI agak sempit di bagian lengan sampai pergelangan tangan sehingga kalau dipakai untuk wudhu tidak bisa dilinting ke atas. Dipakai juga menurut Bu Marni kurang nyaman karena panjang baju juga ngepas di bagian pinggul menurutnya kurang ke bawah jadi kesannya seksi dipakai oleh seorang pendidik sepertinya.
Suaminya mengatakan mungkin belum terampil menjahit seragam untuk baju dinas ke sekolah. Bu Marni juga akhirnya menyetujui untuk mencoba lagi menjahit baju batik yang baru saja dibelinya. Kali ini Bu Marni sangat hati-hati karena takut bajunya terlihat seksi seperti bukan baju dinas untuk sekolah.
‘’Yu, Tolong bagian tangan dan lengan dilonggarkan sedikit ya sebab yang kemarin dipakai sempit kurang nyaman, panjang baju juga kurang ke bawah terlalu pendek malu dilihat murid-murid dan rekan guru’’ katanya kepada Yu Mardiyah keponakan suaminya itu. Yu Mardiyah yang selalu tampil fresh dan seksi itu mengangguk-angguk dan menjawab,’’ Siap, Lik Marni tenang saja nanti tak tambah sedikit bagian tangan dan panjang baju juga ditambah dari ukuran kemarin, Lik’’ jawabnya santai.
Dengan tersenyum lega Bu Marni pulang ke rumah. Selang satu minggu ia sudah dikirimi gambar bahwa baju batik milik Bu Marni dan suaminya sudah jadi. Lewat gawainya Bu Marni senang sekali melihat baju batiknya sudah siap tak lupa ia membalas whatshap Yu Mardiyah dengan memuji bajunya bagus semoga muat dipakainya.
Karena Bu Marni tidak sempat mengambil dengan alasan sibuk lembur akreditasi akhirnya baju itu di antar oleh salah satu pelanggan Yu Mardiyah yang kebetulan juga satu desa dengan Bu Marni. Anak gadis Bu Marni yang menerimanya saat itu. Dengan membayar sejumlah uang baju tersebut sudah bisa di pakai tidak harus repot mengambilnya.
Ketika Bu Marni pulang sore harinya ia sudah melihat baju suaminya sudah dicoba dan nampak bagus hasil jahitannya. Giliran Bu Marni akan mencoba baju batik barunya, ia melihat-lihat modelnya kok agak aneh kancing baju di bagian depan dibuat ganda untuk yang di luar memakai kancing baju besar dengan jumlah tiga pasang dan kancing bagian dalam dengan kancing yang kecil berjumlah banyak untuk menutupi bagian depan baju. Bu Marni berpikir kancing berwarna biru ukuran besar di bagian depan hanya sebagai asesoris saja.
Ketika dipakai memang bagian lengan dan tangan cukup longgar malah agak kebesaran menurut Bu Marni. Tetapi panjang baju kok masih pas sepinggul yang menurutnya masih terlihat seksi. ‘’Aduh, kok masih pendek ya, bajunya kurang panjang ibu malu kan sama teman-teman kelihatan seksi, Pak ‘’kata Bu Marni pada suaminya. Suaminya melihat kearahnya dan berkata,’’Lha, kemarin kan sudah bilang ke Yu Mardiyah kan, Bu?’’ Bu Marni menjawab ‘’ Iya , masak mau terulang lagi membuat baju KORPRI yang sudah tidak muat giliran membuat baju baru malah semakin tidak bisa dipakai alias lebih kecil dari baju yang lama’’.
Dengan kecewa Bu Marni tidak bisa memakai seragam batik barunya karena masih terlihat seksi dikarenakan panjang baju yang pas sepinggul. Bu Marni malu bila siswa-siswinya melihat dan takut meniru gaya berpakaiannya yang seksi. Padahal ia sendiri terbiasa memakai baju yang longgar dan agak panjang.
Ternyata setelah Bu Marni melakukan pengamatan langsung dalam kesehariannya memang Yu Mardiyah yang biasa bekerja di luar negeri dengan pakaian yang ngepas alias ngapret alias seksi sehingga kebiasaannya itu terbawa ikut mempengaruhi model baju pelanggan yang menjahitkan baju ke kedai miliknya. Sejak saat itu Bu Marni sudah tidak mau membuat baju di kedai milik Yu Mardiyah takut malah jadi rempong sudah membeli bahan tidak bisa dipakai dan yang lebih memprihatinkan ia harus membeli bahan batik seragam lagi untuk dijahit ke penjahit langganannya yang dulu.
Yu Mar...Yu Mar...seharusnya kebiasaan memakai baju seksi jangan sampai mempengaruhi model baju pelanggan. Kasihan kan harus modal dua kali untuk membuat satu baju seragam.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Oalah...dijahitin sama aku aja Mba Marni..hi..hi...
Nasib... nasiibbb...