Fila Ariyanti

Lulusan D2 PGSD UNS Surakarta,saat ini menjadi salah satu pengajar di kabupaten Cilacap,Jawa Tengah....

Selengkapnya
Navigasi Web
Pundak Ibu Masih Kuat, Nak

Pundak Ibu Masih Kuat, Nak

Seperti hari-hari biasanya menjelang petang, anak-anak sudah mandi dan harum aroma minyak telon lembut membelai hidung. Raffif yang berusia enam tahun sudah merasakan risih bila badannya basah terkena peluh keringat. Anak yang satu itu begitu pulang bermain pasti minta mandi. Lain lagi dengan Fathan adiknya, meskipun usianya baru tiga tahun tapi kalau disuruh melakukan sesuatu hal yang tidak disukai ada saja alasan untuk menjawab. Termasuk urusan mandi, susah kalau bukan keinginannya sendiri. Harus dirayu-rayu dengan permainan agar segera mandi.

Anak-anak hanyalah anak-anak, mereka maunya bermain terus. Seperti sore hari ini hari sudah petang menjelang adzan maghrib si kecil Fathan anak paling bungsu Bu Marni baru mau mandi. Dari siang sampai sore masih di rumah Mak Pengasuhnya, Mama Sum kami memanggilnya. Terkadang anak kecil itu juga tidur di rumah Mama Sum, tapi tentu hal demikian Bu Marni kurang setuju. Setiap Bu Marni pulang dari bekerja Fathan harus segera di antar pulang kecuali bila sedang tidur. Meskipun capek Bu Marni tetap harus bertemu si bungsu untuk mengobati rasa lelahnya.

Bedug maghrib sudah terdengar disusul alunan adzan telah tiba waktu shalat maghrib tiba. Setelah memandikan si kecil Bu Marni segera membaluri tubuh anak itu dengan minyak telon dan bedak bayi. Setelah memakaikan baju Bu Marni mencium harum kedua pipi anak itu dan mengajaknya shalat. ‘’Yuk, kita shalat, kata Bu Marni. Anak itu menggelengkan kepala sambil berkata, ‘’ Bu, mimik yuyu...’’. Raffif kakaknya mendengar adiknya minta dibuatkan susu segera menyahut,’’ Diajak shalat malah mik yuyu...’’

Segera Bu Marni membuatkan sebotol susu coklat kesukaan si kecil. Dengan wajah berseri-seri anak itu minum susu buatan ibunya sambil tiduran di kamar. Sementara di luar hujan mulai turun suami Bu Marni mengurungkan niat pergi ke masjid. ‘’Ayo, segera shalat. Bapak tidak jadi ke masjid di luar hujan mulai turun,’’ kata suami Bu Marni mengajak anak dan istrinya untuk shalat berjamaah. Memang letak masjid dan rumah Bu Marni cukup jauh harus meggunakan sepeda motor bila akan shalat berjamaah di masjid.

Segera suami Bu Marni memulai shalat maghrib setelah Ihan anaknya berdiri membaca iqomat. Bu Marni, Ihan, Raffif berjamaah di belakangnya. Rekaat pertama selesai dengan khusyu dan tuma’ninah. Namun setelah duduk akan berdiri untuk rekaat yang kedua tiba-tiba si kecil yang dari tadi ngedot susu di kamar datang ikut berdiri di samping Bu Marni. Ketika adikknya datang ikut shalat Raffif si kakak malah tersenyum dan sudah tidak mengikuti gerakan shalat selanjutnya.

Kedua kakak beradik itu sudah terbiasa menaiki punggung ibu dan ayahnya bila shalat berjamaah di rumah. Sambil tertawa-tawa Raffif naik ke pundak ayahnya sedang Fathan naik ke pundak Bu Marni jadilah suasana shalat yang berisik karena gelak tawa kedua anak itu. Bagi ayah, Bu Marni maupun Ihan sudah terbiasa dengan sikap kedua kakak beradik itu sehingga berusaha tetap tuma’ninah mengikuti gerakan imam.

Namun yang membuat tidak khusyu adalah ketika ayah berdiri ternyata Raffif belum juga turun, masih bergelayut di pundak ayahnya. Tentu suara ayah terdengar berat dan susah ketika akan ruku’ karena sambil menahan berat Raffif yang ada di punggungnya. Sedang si bungsu masih juga bergelayut dengan memegang erat kedua pundak Bu Marni.

Setelah gerakan ruku’ baru si kecil mau melepaskan pegangan tangannya dari pundak Bu Marni. Belum puas juga ketika Bu Marni akan sujud, si bungsu bergelayut lagi memegang pundak Bu Marni dan ikut sujud di atasnya. Karena bahan mukena agak licin akhirnya kepala si bungsu ikut melorot ke tempat sujudan. Bukk... tubuh si kecil sudah terlepas dari pundak ibunya terlentang di atas tempat sujud sambil tertawa.

Setelah merasa senang ikut shalat meskipun hanya rakaat pertama, selebihnya hanya bercanda dengan bergelayut di pundak waktu rakaat kedua. Sang kakak, Raffif mengajak adikknya menonton televisi. ‘’Tan...tan...nonton Tayo,yuh..,’’ ajak Raffif. Tayo film tentang bis kecil warna warni kesukaan mereka. Segera si kecil Fathan menyusul kakaknya yang tengah menghidupkan televisi sambil bernyanyi Hai Tayo...Hai Tayo...dia bis kecil ramah, melaju,melambat...

Akhirnya rakaat ketiga baru keadaan tenang kembali, shalat berjamaah kembali khusyu dan tuma’ninah. Setelah salam bersama-sama membaca istighfar, tasbih, berdzikir dan berdoa ayah memanggil Raffif dan Fathan ke tempat shalat. E...e...e...kedua anak itu mbringsung / pura-pura tidak mendengar ketika ayahnya memanggil tetap saja menikmati Tayo kesukaan mereka. Mungkin tahu ayah akan memarahi mereka.

Ahh...anak-anak tetap anak-anak. Bu Marni sudah hafal betul bila sedang shalat semua anaknya sama saja, ketika masih kecil pasti iseng bergelayut di pundaknya ketika sujud, cuma dari beberapa anaknya hanya kedua anak ini yang bergelayut sampai berdiri shalat belum dilepaskan pegangannya. Sampai sesak di dada karena menahan berat badan si bungsu.

Demikian juga dengan kopiah/kupluk yang dipakai ayahnya ketika duduk diantara dua sujud diambilnya dan dipakaikan ke atas mukena Bu Marni tentu saja kedua kakak beradik itu saling menunjuk ke arah ibunya sambil tertawa. Namun hal demikian terjadi bila ayah kedua anak itu shalat berjamaah di rumah bila shalat berjamaah di masjid kedua anak itu tak berani mengganggu, bahkan ikut shalat sampai selesai tidak berulah apapun.

Astaghfirullahaladzim...Bu Marni hanya menghela nafas dan mengucap istighfar berulang kali. Bu Marni bersyukur masih diberi kedua pundak yang kuat untuk berpegangan si kecil ketika ingin shalat bersama. Ahh...mungkin dalam benak si kecil ikut shalat itu boleh seenaknya sendiri gerakannya Termasuk bergelayut di pundak kedua orang tuanya. Astaghfirullahaladzim...sabar...sabar...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Duh ..., membaca cerita hangatnya sebuah keluarga Bu Marni sungguh luar biasa. Ada banyak gelak tawa iringi anak-anak tumbuh kembangnya. Nikmat apalagi yang kita inginkan, selain keluarga yang bahagia dan keberadaan anak-anak yang menenteramkan hati. Mereka tak akan tergantikan oleh apapun. Lelah Bu Marni dan Suami lenyap saat bersama mereka, tak ada kata duka, tak ada rasa nelangsa mendera, hanya ucapan syukur atas nikmat keberadaan anak-anak dalam sebuah keluarga. Ditunggu cerita hangat dari Bu Marni selanjutnya. Bu Fila, luar biasa.

05 Dec
Balas

Terimakasih,bu. Ibu sempatkan berkunjung ke rumah Marni yang ramai anak-anak,senang sekali Marni,bu.Mohon doanya mereka menjadi anak sholeh.Sehat dan berkah utk ibu dan keluarga.. .

05 Dec

Fathan sama seperti Hasna, cuma bedanya Hasna tidak sampai naik punggung ibunya, hanya berputar-putar dan terkadang menarik-narik mukena ibunya. Begitulah anak-anak njih bu Fila. Jadi pengin kopdar, pasti seru jika Hasna main bersama Fathan.

06 Dec
Balas

Semua sepwrti itu,bu. Dulu si sulung juga tapi yg naik punggung sampai berdiri ya cuma dua raffif dan fathan. Mksh, bu Dyahni mampir ke rumah Marni kalau Hasna diajak wah, seru ketemu mamas athan dan apip. Sehat selalu Hasna dan bundanya...

06 Dec

Rasulullah biasa digelsyuti hasan husein cucunya bunda Fila sahabatku. Jadi bunda dan suami sdh lakukan yg Rasul lakukan, luar biasa. Sukses selalu dan barakallah

05 Dec
Balas

Iya, bu. Anak-anak bercanda terus.Mksh,ya bu sudah mampir ke rumah Marni.Sehat,semangat dan berkah utk ibu dan keluarga.

05 Dec

He..he..kisah kriuk si.Fathan jadi kepengin nyubit pipinya yang gembul....Anak2 adalah hiasan terindah di dalam rumah. Tanpa mereka, rumah kita hanya serupa ruang kosong yang tak bermakna....Sehat.selalu mbakyu..

05 Dec
Balas

Alhamdulillahirobbilalamin, Bu. Beruntung Bu Marni masih diberi pundak dan kaki yang kuat. Makasih,Bu Rini sudah singgah ke rumah Marni. Sehat, semangat sesuk kopdar rep diwei manggleng

05 Dec

Asyeeeek....

05 Dec

Masyaallaah, anak-anak memang begitu polos dan lugu bunda, dan karena itulah kita selalu bahagia dikelilingi oleh mereka. Cerita kehidupan yang sarat makna dan penuh kehangatan. Semoga selalu sehat dan makin sukses. Barakallaah

06 Dec
Balas

Betul, bu. Kebahagiaan dari hal yg kecil karena tiap hari ada cinta dari ramainya anak-anak yg berebutan ingin diperhatikan oleh orang tua. Mksh, bu Lia sudah singgah ke rumah Marni yg ramai anak-anak.Sehat,semangat dan berkah utk ibu,keluarga dan sahabat...

06 Dec

Akan menjadi kenangan indah yg sulit terulang...

05 Dec
Balas

Betul, Pak. Menikmati saat indah ini. Makasih, Pak sudah mampir ke rumah Marni yang ramai anak-anak. Sehat dan sukses,Pak Taufik dan keluarga...

05 Dec



search

New Post