Fila Ariyanti

Lulusan D2 PGSD UNS Surakarta,saat ini menjadi salah satu pengajar di kabupaten Cilacap,Jawa Tengah....

Selengkapnya
Navigasi Web
Saat Memberi Saat Menerima

Saat Memberi Saat Menerima

Kehidupan dalam tatanan hidup bermasyarakat di kampung nampak jelas terlihat adanya kerukunan, persatuan dan kekompakan dalam menjalani harmoni kehidupan. Hal yang sudah jarang ditemui dalam harmoni kehidupan di kota-kota besar yang cenderung lebih individualias dalam pribadi masyarakatnya.

Tak dapat dimungkiri karena kesibukan dalam ritme kinerja masing-masing membuat masyarakat di perkotaan lebih sibuk dan lebih banyak waktu tersita untuk bekerja. Belum lagi urusan kemacetan di perjalanan membuat orang lebih capek dan menguras waktu dan energi. Ketika hari libur sehari saja, terkadang harus digunakan sekadar jalan-jalan bersama keluarga, atau pun sibuk beres-beres dengan pekerjaan rumah yang tiada habisnya di rumah masing-masing.

Untuk masyarakat di pedesaan nyaris setiap hari bisa berkomunikasi sekadar menyapa tetangga, berkunjung sekedar minum teh sore hari. Bila ada kesempatan tetangga yang mempunyai hajat/keperluan, terkadang memanggil beberapa tetangga kanan kiri untuk melakukan doa bersama misalkan tasyakuran, membaca yasin bersama atau mungkin keperluan lainnya.

Saling mengunjungi bagi masyarakat pedesaan seperti di atas sangat bermanfaat karena di situ terjalin rasa yang sama, saling mengunjungi, saling mendoakan hajat tertentu dan yang jelas sebagai ladang sedekah dengan memberikan makanan atau minuman, sebagai hidangan dari shohibul hajat. Tak lupa begitu selesai, biasanya membawa nasi berkat yang sudah dipersiapkan oleh tuan rumah untuk dibawa pulang.

Sungguh harmoni saling mengunjungi antar tetangga, bersilaturahmi melalui acara seperti tersebut. Orang tua kita pada jaman dulu, memang mengadakan kenduri sebagai sarana bersedekah dalam kepentingan tertentu. Meskipun sedekah tidak selalu melalui acara makan atau kendurenan.

Sedekah tidak selalu tentang materi, segala kebaikan yang memberi manfaat derajatnya adalah sedekah. Meski terkadang hanya seuntai senyuman, perkataan yang santun atau berupa tenaga yang diberikan kepada sesama. Demikian nasehat dari para alim ulama dan orang tua kita. yang tetap akan sejalan dengan harmoni kehidupan manusia dalam hidup bermasyarakat. Lebih luas lagi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dari Abu Dzar r.a berkata, bahwasanya sahabat-sahabat Rasulullah SAW. ‘’Orang-orang kaya telah pergi membawa banyak pahala. Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun mereka dapat bersedekah dengan kelebihan hartanya.

’’Rasulullah SAW bersabda, ’’Bukankah Allah telah menjadikan untukmu sesuatu yang dapat disedekahkan? Yaitu setiap kali tasbih adalah sedekah. Setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, melarang kemungkaran adalah sedekah dan hubungan intim kalian (dengan istri) adalah sedekah.

Para sahabatnya bertanya,’’Wahai, Rasulullah, apakah salah seorang di antara kami melampiaskan syahwatnya dan dia mendapatkan pahala?’’

Rasulullah SAW menjawab,’’ Bagaimana pendapat kalian jika ia melampiaskan syahwatnya pada yang haram, apakah ia berdosa? Demikian juga jika melampiaskannya pada yang halal, maka ia mendapat pahala.’’(HR. Muslim)

Latar belakang hadist tersebut adalah kegundahan hati para sahabat, ketika mereka merasa tidak optimal dalam beribadah kepada Allah SWT. Karena mereka merasa bahwa sahabat-sahabatnya yang memiliki kelebihan harta, kemudian menyedekahkan hartanya tentulah akan mendapat derajat yang lebih mulia di sisi Allah SWT. Sebab mereka melaksanakan shalat, puasa namun mereka bersedekah, sedangkan kami, tidak bersedekah kata para sahabat ini.

Sebagai teladan sejati Rasulullah SAW memberikan motivasi dan dorongan agar mereka tidak putus asa. Jalan keluarnya adalah bahwa mereka dapat bersedekah dengan apa saja, termasuk seuntai senyuman, tenaga, tasbih, tahmid dan tahlil. Para alim ulama dan orang tua kita dulu selalu berpesan, agar kita pandai-pandai dalam mencari peluang pahala dalam aktifitas sehari-hari.

Sejatinya kita bila kita memberi pada saat yang sama kita sebenarnya juga menerima. Ada kisah seorang pemuda yang meremehkan orang buta yang membawa lampu dan tongkat. Sebab ia yakin seterang apapun lampu itu, orang buta yang membawanya tidak akan bisa melihatnya, namun bagi orang buta tersebut yakin bila lampu yang dibawanya akan menerangi jalan bagi orang yang tidak buta dan tentu saja akan menyelamatkan dirinya dari tertabrak orang lain. Demikian dalam waktu yang sama ketika seseorang memberi maka ia pun juga akan menikmatinya. Saat memberi saat menerima...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisan luar biasa, sangat bergizi. Terima kasih atas informasi dan telah memberikan arahkan mana yang seharusnya dilakukan. Sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah.

06 Jan
Balas

Semoga sebagai pengingat kita semua. Terutama diri ini. Mksh, sudah singgah, Pak.Sehat dan bahagia, Pak Mulya dan keluarga...

06 Jan

Luar biasa Jeng, penuh nutrisi, terima kasih pencerahannya, memberi dan menerima...sehat n sukses selalu..barakallah

05 Jan
Balas

Nutrisi pagi,Bu.Lumayan buat sarapan. Mksh, ibu sudah singgah. Sehat dan bahagia, Bu Lupi,keluarga dan sahabat...

05 Jan

Subhanallah tulisan yang berdaging sarat makna. Sejatinya memberi itu menerima. Revisi dikit, dimungkiri bukan dipungkiri. Sukses selalu dan barakallah

05 Jan
Balas

Mksh, Bu koreksinya.Mksh,ibu sudah singgah. Memberi dan menerima. Sehat dan bahagia, Bu Pipi, keluarga dan sahabat...

05 Jan

Harmoni alam bu Fila, hukum sebab akibat. Terimakasih pelajaran paginya. Barakallah, sukses selalu.

05 Jan
Balas

belajar bersama, Bu. Makasih ibu sudah singgah. Sehat dan bahagia Bu Rita dan keluarga...

05 Jan

Betul mbakyuu memberi dan menerima....cara wong Jawa.. ngundhuh wohing pakarti..Maka jangan ragu untuk memberi karena kita akan menerima sebagai akibat memberi....Inspirasi yang luar biasa...Barakallah...

05 Jan
Balas

Mari bersama memberi seuntai senyuman untuk sahabat. Semoga mempererat jalinannya. Mksh, sudah singgah. Sehat dan bahagia, Bu Rini dan sahabat...

05 Jan

Masya Allah harmonisasi kearifan lokal dengan syareat yang menginspirasi. Barakallah. Salam Literasi...

05 Jan
Balas

Berusaha menjaga dan membiasakannya,Pak.Mksh,Pak Mar berkenan singgah. Sehat dan bahagia, Pak Mar dan keluarga...

05 Jan



search

New Post