Fiqih Akhdiyatu Salam

Saya Fiqih Akhdiyatu Salam biasa disapa Ucil, saya sebagai penulis diberbagai media Massa ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pintar Tapi Pelit Ilmu, Buat Apa Sekolah Tinggi?
Fiqih Akhdiyatu Salam

Pintar Tapi Pelit Ilmu, Buat Apa Sekolah Tinggi?

Pernah nggak sih kamu ngerasa capek banget habis ngobrol sama seseorang, padahal obrolannya biasa aja? Atau tiba-tiba ngerasa minder, nggak pede, bahkan nyalahin diri sendiri, padahal sebelumnya kamu lagi semangat-semangatnya? Hati-hati, bisa jadi kamu lagi kena paparan toxic relationship, dan sayangnya, ini nggak selalu datang dari orang asing.

Toxic itu bentuknya macam-macam. Ada yang kelihatan galak, ada yang kalem tapi menusuk halus. Dan yang paling berbahaya adalah mereka yang pakai topeng “aku lebih tahu.” Termasuk yang satu ini: orang berilmu, pintar, berpendidikan tinggi, tapi pelit banget buat berbagi ilmu. Mau nulis ogah, bikin video edukasi juga nggak mau, ngajarin orang lain pun pakai muka malas.

Padahal katanya pendidikan itu buat mencerdaskan bangsa, bukan jadi alasan buat merasa paling tinggi di menara gading. Ilmu itu kalau dibagi, nggak akan habis. Justru makin berkembang. Tapi sayangnya, ada aja yang gengsi buat berbagi. Entah takut disaingi, atau sekadar merasa orang lain “nggak layak” dapet akses ke ilmunya.

Kalau kata Paulo Freire, pendidikan yang membebaskan adalah pendidikan yang membuka ruang dialog. Tapi kalau ilmunya cuma dipakai buat pamer, bukan untuk mencerahkan, ya itu bukan edukator sejati, itu cuma ego yang diselubungi gelar akademik.

Gue sendiri pernah ketemu orang model begini. Ngobrol sebentar aja langsung dipotong, kayak takut gue ngerti lebih dulu. Bahkan waktu gue tanya sesuatu dengan niat belajar, jawabannya cuma, “Coba cari sendiri.” Padahal kita tahu, kadang satu arahan dari orang berpengalaman bisa menghemat waktu belajar berbulan-bulan.

Dan parahnya lagi, ada juga yang pintar, ramah, bahkan suka berbagi, tapi ternyata punya niat terselubung. Ilmunya dibagi, iya. Tapi selalu dengan imbalan tak terlihat. Ada kepentingan pribadi yang diselipkan pelan-pelan. Ada yang mengajari, namun membodohkan orang lain. Bahkan yang lebih parah, mengajarkan ilmu tapi menyesatkan. Nggak kelihatan di awal, tapi lama-lama terasa. Kata-katanya persuasif, nadanya lembut, tapi tujuannya manipulatif. Kita yang polos dan terlalu percaya, bisa-bisa jadi korban tanpa sadar.

Hidup ini nggak semanis seminar motivasi atau video inspirasi yang sering kita tonton. Di balik wajah cerdas dan tutur kata elegan, kadang tersembunyi agenda yang licik. Dan di situlah pentingnya peka, bukan cuma pintar, tapi juga cerdas secara emosional dan kontekstual.

Terkadang, kepolosan itu berbahaya. Bukan karena bodoh, tapi karena terlalu percaya bahwa semua orang yang berpendidikan pasti berniat baik. Padahal, nggak semua yang berseragam guru adalah pendidik sejati, dan nggak semua yang banyak gelar tulus dalam berbagi.

Jadi, toxic itu bukan cuma soal kata-kata kasar atau sikap dominan. Kadang, diamnya orang pintar juga bisa jadi racun, dan yang lebih menyeramkan: ilmu yang digunakan untuk memoles niat pribadi bisa berubah jadi alat manipulasi yang licin tapi mematikan.

Ilmu yang disimpan sendiri itu bukan kekuatan, tapi penjara. Dan kalau kita punya pengetahuan tapi nggak mau berbagi, atau malah membagikannya demi keuntungan tersembunyi, mungkin kita perlu bertanya ulang: sebenarnya kita mau jadi guru kehidupan, atau cuma jadi pemain yang lihai di panggung ego? Lantas, mana hasil sekolah tinggimu kalau yang kau beri hanya ketakutan dan ilusi kuasa?

Karena hari ini, yang kritis dianggap ancaman, yang lembut disangka baik. Dan jangan jadikan kepolosan kami di era digital ini sebagai bumerang dan target bagi para manipulator. Kami belajar bukan cuma untuk tahu, tapi untuk memahami. Maka dari itu, kecerdasan itu bukan cuma soal nilai atau gelar, tapi tentang bagaimana kita menyikapi kehidupan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ulasannya

25 Apr
Balas



search

New Post