Firdaus

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Sekolah Incaran Orang Tua

Sekolah Incaran Orang Tua

Masa-masa mulai bulan Maret hingga Juni adalah masa yang sangat krusial bagi sekolah di Indonesia. Pasalnya, banyak kegiatan yang harus dilaksanakan pada momen-momen tersebut. Sebut saja, Ujian akhir untuk kelas 6 sd, 9 smp dan 12 Smu. Kegiatan ini tidak bisa dianggap enteng, karena dibutuhkan energi yang cukup menguras tenaga. Semua civitas sekolah pasti mengarahkan konsentrasinya pada kegiatan ini. Bukan hanya siswa yang sibuk belajar, tapi para guru juga sibuk menyiapkan materi pelajaran yang harus disiapkan untuk siswa. Kepala sekolah pun tak kalah sibuknya. Di samping memastikan pelaksanaan UN berjalan sukses, tentu saja ia berharap nilai siswa lulusannya tidak memalukan, kalau bisa terbaik.

Di sisi lain, sekolah juga harus konsentrasi mencari siswa baru. Mengingat tahun ajaran baru akan segera selesai. Sekolah berkepentingan untuk menyiapkan segala hal tentang penerimaan siswa baru. Bagi sekolah yang sudah mempunyai reputasi baik dan favorit, mungkin tidak terlalu bermasalah. Orang tua akan memburu sekolah tersebut. Meski biayanya selangit, sekolah yang berkategori favorit, tetap akan menjadi buruan orang tua. Orang tua sering mengatakan, uang bisa dicari, asalkan pendidikan anaknya bisa terjamin.

Berdasarkan fakta tersebut, sekolah yang berkategori favorit, akan lebih tenang dalam menghadapi momen ini. Bahkan bisa dibilang mereka bisa ongkang-ongkang kaki. Tidak perlu iklan beraneka ragam, cukup pasang pengumuman di depan sekolah, dijamin dalam hitungan hari, formulir pendaftaran akan sold out tak tersisa. Bahkan ada beberapa sekolah yang memanfaatkan momen itu untuk meraup keuntungan dengan menjual formulir yang lebih banyak.

Berbanding terbalik dengan sekolah yang baru dibangun atau sekolah yang masih membangun reputasi. Sekolah kategori ini bisa dibilang tertatih untuk mendapatkan siswa. Bisa dipastikan mereka akan memanfaatkan semua sumber daya untuk menarik minat orang tua agar menyekolahkan anaknya di sekolah mereka. Bermacam kegiatan siap mereka lakukan. Dari memasang spanduk, menyebar pamphlet dan brosur atau mengadakan sejumlah kegiatan lomba dalam bentuk open house akan mereka lakukan.

Beraneka ragam cara promosi dilakukan oleh sekolah tersebut. Di beberapa sekolah bahkan sudah memanfaatkan kemajuan teknologi sebagai ajang promosi sekolah. Bukan hanya untuk menghemat dana, tapi juga pertimbangan keterjangkauan audience yang lebih luas. Yang lebih ekstrim lagi, ada yang memberikan diskon bahkan menggratiskan biaya formulir untuk menarik minta sebagian orang tua.

Tapi, tahukah anda bahwa ada media promo yang paling ampuh dan efektif serta murah meriah? Tahukah anda bahwa promo ini tidak memeras keringat berlebih? Ini adalah media promo yang sangat efektif untuk menarik minat orang tua.

Ya, media itu adalah mulut. Mulut orang tua yang anaknya bersekolah disitu. Orang tua adalah elemen sangat penting bagi sekolah. Sekolah dapat memanfaatkan media ini. Tidak perlu repot mengajak orang tua promo, jika puas dengan kinerja sekolah, mereka akan mempromosikan sekolah tanpa diminta. Di rumah, di sekolah atau di komunitas, jika ada kesempatan, tentu mereka akan berbicara tentang sekolah anaknya. Tanpa sadar ini adalah media promosi gratis bagi sekolah. Sekolah tak perlu bersusah payah melakukan promosi karena sudah ada media yang paling efektif yakni orang tua.

Namun, harus hati-hati. Mulut orang tua juga bisa menjadi bumerang bagi sekolah yang tidak mampu menampung aspirasi orang tua. Jika mereka merasa kecewa dengan pelayanan sekolah, maka ini akan menjadi senjata makan tuan bagi sekolah tersebut. Alih-alih mendapatkan keuntungan dari promo gratis, sekolah malah di cap jelek di mata orang tua. Akibatnya bisa ditebak. Sekolah akan kesusahan mendapatkan siswa baru. Perlu usaha yang sangat keras untuk mendapatkan buruan siswa. Sebabnya, reputasi mereka dianggap tidak baik di mata orang tua. Promosi ke sekolah akan menemui jalan yang terjal dan berliku. Orang tua akan ragu-ragu untuk memasukkan anaknya ke sekolah tersebut.

Sekolah kategori tersebut hanya akan menjadi pilihan terakhir bagi orang tua. Sekolah itu baru akan dipilih jika tidak ada pilihan lain.

Pengamatan saya selama mengajar dan berinteraksi dengan orang tua, saya menemukan beberapa masalah yang dihadapi sekolah yang tertatih untuk mendapatkan siswa baru.

Orang tua memilih sekolah berdasarkan beberapa pertimbangan. Pertama, jamak di kepala orang tua, bahwa sarana prasana adalah hal yang paling diutamakan. Orang tua tentu akan melihat fasilitas sekolah yang dituju. Apakah semua sarana sudah terpenuhi atau belum? Jika sudah terpenuhi, apakah terpelihara dengan baik atau hanya sekadar syarat saja? Orang tua juga tentu melihat sisi keamanan dari setiap fasilitas yang dimiliki sekolah. Jangan sampai fasilitasnya membahayakan keselamatan putra-putrinya.

Fasilitas sekolah menjadi sangat vital dalam pertimbangan orang tua. Harus diakui bahwa paradigma sekolah yang fasilitasnya sudah baik, maka sekolah tersebut bisa menjadi sekolah favorit. Tidak bisa dimungkiri, fasilitas menjadi sesuatu yang harus disiapkan oleh sekolah jika menginginkan sekolahnya menjadi buruan para orang tua.

Kedua, orang tua selalu akan melihat dari gurunya. Bagaimana gurunya mengajar? Bagaimana guru menangani anak? Bagaimana guru berkomunikasi dengan orang tua? Bagaimana penampilan guru juga akan menjadi pertimbangan orang tua. Orang tua tentu tidak mau menyerahkan anaknya ke sekolah yang gurunya tidak mampu menangani anak. Guru yang hanya bisanya marah-marah. Atau guru yang komunikasinya dengan orang tua tergolong buruk. Maka, siap-siap sekolah yang mengalami kendala seperti itu, ditinggalkan oleh orang tua.

Niat orang tua menyekolahkan anaknya ke suatu sekolah tentu menginginkan anaknya mendapatkan perkembangan yang signifikan. Sekolah diharapkan mampu memunculkan potensi yang dimiliki anak didik. Sekolah yang menjadi favorit orang tua adalah sekolah yang mampu menjadikan siswanya di rumah menjadi anak yang mempunyai akhlak yang mulia. Orang tua sangat mengapresiasi sekolah yang mampu membuat anaknya mandiri dan tidak membuat orang tuanya kerapkali gusar di rumah. Sekolah yang mampu menanamkan akhlak yang mulia pada anak, biasanya lebih menjadi prioritas ketimbang sekolah yang hanya pandai secara kognitif namun kurang dalam segi pembinaan karakter.

Ketiga, ini sangat berkaitan dengan pertimbangan yang kedua. Orang tua melihat pada budaya sekolah. Sekolah yang jadi buruan adalah sekolah yang sudah memiliki budaya yang baik. Sekolah yang sudah terbiasa dengan disiplin, sekolah yang sangat menjaga kebersihan, sekolah yang mengharamkan kekerasan ada dalam pendidikannya atau sekolah yang mampu memunculkan pendidikan karakter kepada siswanya. Ini sudah pasti menjadi pilihan orang tua. Berapa pun biayanya, tak peduli biaya masuknya selangit, sekolah ini akan menjadi incaran orang tua.

Budaya sekolah yang baik akan tercipta jika kualitas gurunya juga terbaik. Hanya guru yang memiliki karakter yang baik yang dapat memunculkan karakter yang baik di sekolah.”Anak adalah peniru terbaik di dunia.” Begitu kira-kira pepatah bijak berkata. Anak akan meniru semua tingkah laku gurunya di sekolah. Jika prilaku gurunya dapat memberikan tauladan yang baik, bisa dipastikan anak-anak akan meniru dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka, budaya sekolah yang baik akan tercipta jika kualitas gurunya juga mumpuni.

Dan yang terakhir adalah keterlibatan orang tua. Banyak dari orang tua yang menjadikan ini sebagai pertimbangan karena sekolah yang mau menerima setiap kritikan dan ide dari orang tua adalah sekolah yang favorit. Sebagaimana peraturan pemerintah, keterlibatan orang tua mutlak diperlukan dalam setiap kegiatan sekolah. Makanya, dibentuklah komite sekolah yang bertugas sebagai penyeimbang agar terjadi komunikasi dua arah yang efektif antar sekolah dan orang tua.

Namun, sangat disayangkan, banyak sekolah yang masih menganggap komite sekolah hanya angin lalu. Mereka menganggap kehadiran orang tua hanya akan mengganggu proses di sekolah. Masukan dari orang tua akan dianggap sebagai bentuk intervensi. Sekolah jadi resistence terhadap semua kritikan yang membangun dari orang tua. Padahal, orang tua hanya ingin sekolahnya menjadi yang terbaik.

Sekolah yang mampu mengelola keterlibatan orang tua dengan baik, akan menjadi sekolah yang dicintai bukan hanya oleh orang tuanya tapi juga oleh anak didiknya.

Setidaknya jika empat faktor ini, bisa diaplikasikan oleh sekolah, maka untuk mendapatkan siswa tidak akan banyak kendala. Dengan sendirinya sekolah itu akan diincar oleh orang tua. Bukan itu saja, pemerataan pendidikan akan terjadi karena mutu setiap sekolah akan merata dan tersebar ke berbagai sekolah.

Gambar : https://1.bp.blogspot.com/-ds6eIQG3g0M/Vyn-bQpbd-I/AAAAAAAAAtk/Wnf6za5fg54kQXj6Prgn1s0HbTrJ0LpkQCLcB/s1600/sekolah%2Bfavorit%2Bindonesia%2B1.gif

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post