Firdausi Wahyu Ilahi

Aku suka puisi. Udah itu aja. Kadang ya suka nulis cerpen, cuman lagi males aja nyelesain, nanti klo udh selesai aku post dehh ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Peneltian Tindakan Kelas
Guru Hebat

Peneltian Tindakan Kelas

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KREATIVITAS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DENGAN PENDEKATAN CULTURALLY RESPONSIVE TEACHING PADA SISWA KELAS X-C SMA NEGERI 1 PAMEKASAN

Firdausi Wahyu Ilahi Sumarno Nasution

Abstrak

Dunia pendidikan semakin hari mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Memberikan pengaruh besar kepada generasi penerus bangsa yang dituntut untuk selalu berkreatifitas dan berinovasi guna menapak jejak lebih jauh menghadapi tantangan revolusi 5.0 terhadap anak bangsa. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui prosentase peningkatan hasil belajar dan kreativitas peserta didik setelah menerapkan model pembelajaran interaktif dengan Pendekatan Culturally Responsive Teaching. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas metode analisis deskriptif. Subjek uji coba dalam penelitian ini adalah peserta didik Kelas XC SMA Negeri 1 Pamekasan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes dan non tes. Teknik tes dilakukan pada saat memulai siklus 1 dan mengakhiri siklus II. Teknik non tes dilakukan melalui observasi terhadap kreativitas peserta didik, observasi terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru mata pelajaran. Tolak ukur dalam penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari nilai rerata ketuntasan capaian pembelajaran peserta didik. Hasil penelitian: 1) Terdapat peningkatan hasil belajar setelah diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran interaktif dengan Pendekatan Culturally Responsive Teaching dengan persentase yang meningkat sebesar 10%, dan kreativitas peserta didik juga meningkat hingga 16 %. 2) Terdapat hubungan antara hasil belajar dan kreativitas dengan Pembelajaran Interaktif dengan Pendekatan Culturally Responsive Teaching.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Interaktif, Culturally Responsive Teaching. Hasil Belajar. Kreatifitas

Abstract

The world of education is increasingly experiencing very significant developments. Providing a major influence on the next generation of the nation who are required to always be creative and innovate in order to take further steps to face the challenges of the 5.0 revolution for the nation's children. This study aims to determine the increase in learning outcomes and students' creativity after applying interactive learning models. This research is included in the type of class action research descriptive analysis method. The test subjects in this study were students Class X-C at Senior High School 1 Pamekasan. The collection technique was carried out by applying interactive learning models in class, using test and non-test. The test technique was carried out when starting cycle 1 and ending cycle II. Non-test techniques are carried out through observing the creativity of students, observing the learning process carried out by subject teachers. The benchmark in this classroom action research was obtained from the average value of the completeness of the learning outcomes of students. The results of the study: 1)There is an increase in learning outcomes after being given treatment using an interactive learning model with a Culturally Responsive Teaching Approach with a percentage increase of 10%, and student creativity also increases by 16%. 2) There is a correlation between learning outcomes and creativity with Interactive Learning with a Culturally Responsive Teaching Approach.

Keywords: Interactive Models, Culturally Responsive Teaching, Learning Outcomes, Creativity

MA. PPG Prajabatan, Universitas Negeri Surabaya. Indonesia. [email protected]

Drs., M.Hum., Universitas Negeri Surabaya, Indonesia, [email protected]

Prof., Drs., M.Hum., M.Ed., Ph.D., Universitas Negeri Surabaya, Indonesia, [email protected]

PENDAHULUAN

Dunia pendidikan semakin hari mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Memberikan pengaruh besar kepada generasi penerus bangsa yang dituntut untuk selalu berkreatifitas dan berinovasi guna menapak jejak lebih jauh menghadapi tantangan revolusi 5.0 terhadap anak bangsa.

Pembaharuan pada era ini juga memberikan esensi tersendiri dalam pengembangan kurikulum pendidikan, pasalnya Bapak Menteri Pendidikan Riset, Kebudayaan dan Teknologi Nadiem Makarim mengatakan bahwa era digital memberikan dampak yang besar bagi kemajuan pendidikan, sehingga segala elemen yang terdapat pada pendidikan mengalami perubahan yang signifikan sampai pada elemen yang paling bahwa yakni masyarakat yang menjadi subjek dalam tercapainya perubahan dan cita - cita bangsa Indonesia, sehingga Kurikulum Merdeka menjadi sebuah penawar perubahan mindset pendidikan ala Ki Hajar Dewantara

Dalam teori pendidikan Sudarsono (1993:178) mengatakan bahwa kegiatan atau usaha seorang pendidik atau terdidik berasal dari pengetahuannya (Borrero, et al, 2016), pengalamannya, dan kecakapannya, serta keterampilannya dalam sebuah pembelajaran.

Pendidikan juga merupakan sebuah sistem yang terencana guna mewujudkan suasana belajar dengan cara membentuk pelatihan – pelatihan kecil supaya peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi alamiah dalam dirinya baik secara instrumental, kemampuan berpikir yang berdasarkan pada pengalaman dipergunakan sebagai bekal hidup di kehidupan bermasyarakat. (Sarbini dan Neneng Lina, 2011:12)

Berbicara tentang pendidikan, memiliki kaitan erat dengan sebuah sistem yang mempermudah peserta didik memperoleh Saat ini belajar tidak harus datang langsung ke objek yang akan diajarkan atau berpatokan kontekstual dalam mengakses pendidikan.

Dalam proses memajukan pendidikan di Indonesia dengan menekankan pada kreativitas, kemandirian belajar, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan budaya, sehingga konsep Kurikulum merdeka didasarkan pada upaya keterlibatan Pemerintah dalam meningkatkan Kualitas pendidikan, kebutuhan mengajar masa depan, dan peluang dunia kerja yang semakin tercipta lebar.

Maka peran pendidik dalam proses berlangsungnya kegiatan belajar pada era saat ini sangat dibutuhkan, supaya tercipta daya nalar kritis yang baik, kemampuan komunikasi, kolaborasi, dan kreatif peserta didik (Dover, 2013), sehingga guru sebagai Agen Of Change membutuhkan inovasi dalam pembelajaran masa kini dan interaktif serta memuat unsur budaya dalam proses pembelajaran baik dalam bentuk pembiasaan diri ataupun dalam bentuk hasil karya sehingga menimbulkan kegemaran peserta didik dalam pembelajaran Sejarah Indonesia.

Media atau sarana dalam mendukung proses belajar dipergunakan guru sebagai alat untuk mempermudah tercapai tujuan dalam pembelajaran. sehingga untuk pembelajaran pada saat ini bukan lagi menjadi hal yang tabu jika belajar berdasarkan pada kemajuan ilmu dan kemajuan teknologi.

Hal tersebut berangkat dari Undang - Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa pembelajaran adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Sehingga pembelajaran diartikan hubungan yang dilakukan dua pihak yaitu peserta didik sebagai objek penyampaian pembelajaran dan pendidik sebagai pemberi fasilitas atau fasilitator yang terjadi secara kontinuitas pada ruang tertentu guna menambah kemampuan berpikir dan mengkonstruksi pengetahuan melalui materi pelajaran.

Cita – cita yang diinginkan oleh sistem pendidikan indonesia merujuk pada Undang - Undang Permendikbud Ristek No. 262/M/2022 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Teknologi No. 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam rangka Pemulihan Pembelajaran. yang didalamnya memuat Struktur Kurikulum Merdeka, aturan terkait pembelajaran dan asesmen, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, serta Beban Kerja Guru yang tentu saja untuk memperbaiki cara belajar peserta didik juga kontinuitas hubungan antara tenaga pendidik dengan terdidik.

Dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan sistem pendidikan dapat berjalan dengan baik jika sistem pembelajaran di dalam kelas dilaksanakan dengan memberikan kelayakan terhadap hasil belajar dan kreativitas peserta didik, untuk itu dibutuhkan suatu inovasi baru dalam pembelajaran Sejarah Indonesia yang dapat memberikan effort seperti yang telah disebutkan diatas.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan, dalam pembelajaran sejarah secara konvensional yang menjadi permasalahan umum adalah terdapat sebagian besar peserta didik yang menganggap bahwa pembelajaran sejarah adalah hal yang membosankan. Hal tersebut dibuktikan ketika pembelajaran berlangsung dikelas X-C sebagian peserta didik tidak mendengarkan ketika guru atau tenaga pendidik sedang menyampaikan materi ajar, selain itu juga penggunaan buku paket menjadi dasar acuan guru dalam pengembangan perangkat pembelajaran.

Peneliti mencoba inovasi dalam pembelajaran sejarah indonesia dengan cara menerapkan Pembelajaran Interaktif menggunakan pendekatan Culturally Responsive Teaching. Pembelajaran ini diharapkan dapat menjadi alternatif pilihan yang sangat efektif untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar peserta didik. Pembelajaran interaktif dalam prosesnya melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran dengan disisipi muatan budaya kultural sehingga peserta didik dapat mengimplementasikan dan memaknai pembelajaran tersebut secara aktif, bernalar kritis, dan kreatif agar dapat tercipta keterampilan heterogen yang bersifat kognitif. Macam - macam model pembelajaran interaktif diantaranya seperti pembelajaran kolaboratif, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran dengan teknologi dan pembelajaran dengan sistem diskusi (Roscoe & Chi, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian dalam kondisi kelas di Kelas X-C didapatkan data bahwa pada umumnya guru bertindak sebagai (Teacher Center). Guru menggunakan metode ceramah dan dibantu dengan sumber belajar lain seperti buku teks mata pelajaran, kemudian sumber sekunder lain seperti website komunitas guru, ruang guru, guru belajar, dan diperbantukan platform mengajar utamanya dalam Sub pembahasan Kompetensi Dasar Sejarah Wajib kelas X semester 2 mengenai Proses Islamisasi islam di Indonesia. Materi tersebut merupakan materi yang mudah karena peserta didik hanya belajar berdasarkan budaya tanpa melihat sisi silang budaya sebelum islam masuk ke indonesia. Selain itu penggunaan UKBM atau Unit Kegiatan Belajar Mandiri yang sifatnya sama seperti Lembar Kerja siswa hanya sebagai latihan soal, dan juga tidak semua guru mengetahui bahwa pembelajaran yang sesungguhnya di era 5.0 mengacu kepada kurikulum yang sedang berlangsung saat ini yakni kurikulum berbasis teknologi. Sehingga ketika pembelajaran berlangsung di dalam kelas peserta didik akan merasa bosan, dan kurang berpartisipasi dalam pembelajaran.

Rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi; (1) Apakah terdapat peningkatan hasil belajar dan kreativitas peserta didik setelah menggunakan metode pembelajaran interaktif dengan Pendekatan Culturally Responsive Teaching pada materi islamisasi Islam di Indonesia; (2) Apakah terdapat hubungan antara hasil belajar dan kreativitas peserta didik dengan menggunakan metode Interaktif dengan pendekatan Culturally Responsive Teaching.

Hasil Belajar Mempengaruhi Perubahan Instrumental dan Tingkah Laku

Hasil belajar menurut (Mustakim, 2020) merupakan segala sesuatu yang dicapai oleh peserta didik dengan penilaian tertentu yang sudah ditetapkan oleh kurikulum lembaga pendidikan sebelumnya. pendapat ini juga diperkuat oleh (Nugraha, 2020) bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik yang didapatkan setelah kegiatan belajar mengajar.

Beberapa pendapat diatas mengenai hasil belajar dapat diartikan sebagai serangkaian proses pencapaian belajar mengajar baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotor dengan asesmen atau penilaian yang dipergunakan guru untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran peserta didik yang disesuaikan dengan kurikulum pembelajaran lembaga pendidikan.

Adapun faktor yang memberikan pengaruh dalam pembelajaran Sejarah Indonesia materi Islamisasi Islam di Indonesia menurut (Sarjana, dkk 2022) meliputi kemampuan berpikir kritis, kreatif dan Inovatif merupakan faktor terpenting dalam mempengaruhi hasil belajar peserta didik. hal tersebut diperkuat dengan ciri - ciri hasil belajar meningkat apabila terjadi perubahan perilaku sebagai hasil dari tindakan instrumental atau perubahan yang disadari.

Tindakan Instrumental merupakan bentuk perlakuan yang diberikan seseorang dalam tujuan untuk meningkatkan motivasi afektif, pembelajaran menjadi menyenangkan sehingga dapat menjernihkan pikiran dan memberikan dampak positif bagi setiap individu (Deliens, T., Deforche, B., De Bourdeaudhuij, I., & Clarys, P. 2015).

Tentu saja perubahan tersebut terjadi secara kontinuitas dan berkelanjutan sebagai proses dalam memperbaiki diri peserta didik utamanya dalam pembelajaran sejarah indonesia di dalam kelas maupun diluar kelas. (Dickinson, 1985) dari hasil belajar memberikan kebermanfaatan sebagai bekal hidup dan tercapainya tujuan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru.

Sehingga dapat peneliti simpulkan jika hasil belajar merupakan proses yang harus dijalani peserta didik secara sadar dipengaruhi oleh perubahan tingkah laku (Cummings & Worley, 2009; Huse, 1980; Schmuck & Miles, 1971) dan bersifat kontinuitas semakin baik yang dapat dijadikan sebagai bahan rekam jejak atau bukti fisik kepada guru dalam proses pembelajaran dan kepada orang tua sebagai hasil dari proses belajar.

Kreativitas Mempengaruhi Kemampuan Kognitif

Istilah peningkatan berarti upaya untuk menambah derajat, pangkat, kualitas, maupun kemampuan. Peningkatan juga dapat diartikan sebagai penambahan kemampuan atau keterampilan agar menjadi lebih baik. Peningkatan mempunyai tujuan agar apa yang di targetkan dapat tercapai. Untuk mencapai sebuah peningkatan dibutuhkan sebuah proses dari sebelum adanya peningkatan hingga tercapainya tujuan peningkatan yang ingin dicapai (Coleman, Brown, Rivkin, 1997; Fiorella & Mayer, 2013, 2014; Hoogerheide, Loyens, & van Gog, 2014).

Kreativitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata kreatif yang artinya daya cipta, memiliki kemampuan untuk berkreasi, dan berinovasi. sedangkan kreativitas diartikan sebagai kemampuan untuk berkreasi dan berinovasi dalam menciptakan sesuatu.

Menurut Suwaji Bastomi (1986) dalam Robby Hidayat (dalam buku koreografi dan kreativitas 2011:28) memaknai kreatif sebagai hubungan antara ide dengan hal - hal yang pernah ada sebelumnya baik itu pengalaman atau sesuatu yang belum pernah memiliki hubungan sebelumnya. seseorang yang kreatif pasti adalah kaya akan ide-ide atau gagasan baru, serta dapat menemukan solusi pemecahan masalah, dengan inovasi dan karya (Sternberg & Halpern, 2020).

Kreativitas secara umum diartikan sebagai perubahan mental yang dipengaruhi faktor kognitif (Lee, C. S., & Therriault, D. J. (2013) peserta didik dengan melibatkan nalar kritis, gagasan baru, yang digabungkan menjadi sebuah inovasi yang bersifat baru. (Benedek et al., 2012; Simonton, 2000)

Menurut Amabile, T. M. (1996) Kreativitas dan produktivitas individu dipengaruhi oleh faktor sosial psikologis yang memiliki dampak yang sangat signifikan luar biasa dalam proses belajar.

Secara kompleks kreativitas menurut Conny R Semiawan dkk (2002:66) adalah hal sebagai berikut : 1) Kreativitas terdapat pada diri peserta didik yang berasal dari pengalaman, bersifat sulit dilupakan dan memiliki makna tersendiri bagi diri peserta didik. 2) Kreativitas memerlukan kondisi baik lingkungan atau suasana yang mendukung peserta didik dalam mengembangkan potensi keterampilan yang ada pada dirinya. 3) Kreativitas peserta didik antara yang satu dengan yang lainnya tidak sama karena memiliki perspektif yang berbeda, namun sangat berpengaruh terhadap cipta, karya, dan rasa dalam timbulnya proses kreatif dan keterampilan. 4) Kreativitas dalam pengembangan produk dan proses, serta tahapan tertentu.

Berdasarkan pada pengalaman peneliti dalam pelaksanaanya proses kreatif bergantung pada empat faktor besar yang saling berkaitan, yaitu pelaku seni, lingkungan, sarana dan prasarana, serta hasil atau produk yang dihasilkan. Dari uraian tersebut peneliti mengambil poin sarana dan hasil dari produk yang dihasilkan peserta didik. Mengingat dalam merumuskan suatu kreativitas dibutuhkan daya nalar kritis yang di konstruk dari berbagai macam lingkungan budaya yang berbeda (Halpern, 2003) supaya dapat menjadi sebuah inovasi utamanya dalam pembelajaran sejarah kelas X materi Islamisasi Islam di Indonesia.

Sehingga dapat peneliti simpulkan bahwa Kreativitas merupakan suatu gagasan atau pemikiran baru dari daya nalar kritis, tidak dapat dipisahkan dari proses perubahan tingkah laku peserta didik, karena keduanya merupakan faktor yang harus dimiliki peserta didik dalam meningkatkan hasil belajar.

Pembelajaran Interaktif dengan Pendekatan Culturally Responsive Teaching

Model Pembelajaran interaktif merupakan pembelajaran yang mengedepankan proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam proses belajar dengan mempergunakan media atau alat sebagai pendukung proses berjalannya pembelajaran. Peran guru dalam pembelajaran interaktif dapat menciptakan suasana interaktif yang edukatif.

Dalam implementasinya interaksi yang edukatif terjadi pada kegiatan inti pembelajaran, dimana pendidik berperan sebagai inisiator yang berupaya menghidupkan kembali suasana kelas aktif dengan peserta didik sebagai objek sasaran edukatif keberhasilan capaian pembelajaran, dengan cara peserta didik dengan partner sebayanya diberikan permasalahan dan sumber pembelajaran sebagai bahan penunjang tujuan belajar.

Sedangkan Culturally Responsive Teaching (Aronson & Laughter, 2016, p. 167) adalah pendekatan pembelajaran dengan pendekatan budaya yang biasa dilakukan seorang guru sebagai bentuk pembiasaan, pemahaman afektif, atau juga bisa dalam bentuk kultur budaya lokal yang ada di masing - masing daerah.

Culturally Responsive Teaching (David A Jacobsen dkk, 2009) merupakan pembelajaran tanggap budaya (Ladson-Billings, 1994; 1995a; 1995b, 2014) atau pembelajaran responsif secara kultur yang membenarkan keanekaragaman budaya baik pada lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Implementasinya terlihat dalam kegiatan guru dalam proses penanaman budaya kepada peserta didik yang dimuat dalam perangkat modul ajar kurikulum yang bermuatan budaya untuk selanjutnya membuat korelasi dan kebermaknaan dengan budaya lokal yang ada pada setiap daerah. (Lambeth & Smith, 2016; Warren, 2018)

Pengembangan model pembelajaran Interaktif dengan pendekatan culturally Responsive Teaching diharapkan menjadi sebuah inovasi bagi guru selain sebagai pengajar juga memiliki peran sebagai fasilitator, motivator, mediator, evaluator, dan pembimbing peserta didik dengan memberikan pertanyaan pemantik bahkan refleksi dari hasil proses pembelajaran sebelumnya. Agar dapat mematahkan statement lama terkait dengan pembelajaran sejarah yang sangat membosankan.

Dalam pelaksanaan Pembelajaran Interaktif dengan menggunakan pendekatan Culturally Responsive Teaching, pendidik harus memperhatikan beberapa hal yang perlu dimasukkan dalam muatan budaya seperti aspek pengetahuan dan pengalaman, (Coffey & Farinde-Wu, 2016, p. 32) kreativitas terciptanya hubungan, serta pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan.

Dengan begitu pembelajaran sejarah indonesia kelas X materi Islamisasi Islam di Indonesia dalam proses pembelajaran menuntut guru untuk mengajak peserta didik terlibat aktif dalam menyampaikan pendapat, aspirasi, yang diberikan dalam bentuk pertanyaan selektif interaktif sehingga memberikan kesempatan yang sama kepada peserta didik yang lain untuk mengemukakan ide atau pendapatnya di depan guru dan teman sebayanya terkait tentang pengetahuan yang dimiliki dan daya nalar kritis peserta didik.

Dapat peneliti simpulkan bahwa Pembelajaran Interaktif dengan Pendekatan Culturally Responsive Teaching adalah salah satu alternatif pilihan yang efektif dalam meningkatkan kreativitas dan hasil belajar peserta didik. Hal ini dilakukan dengan implementasi keterlibatan langsung peserta didik dalam proses pembelajaran dan memberikan kesempatan yang sama kepada peserta didik untuk mengeksplorasi ide - ide baru.

Penelitian Tindakan Kelas ini memiliki tujuan sebagai berikut :

(1) untuk mengetahui prosentase peningkatan hasil belajar dan kreativitas peserta didik setelah menerapkan metode pembelajaran interaktif dengan Pendekatan Culturally Responsive Teaching pada Sejarah Indonesia materi islamisasi Islam di Indonesia; (2) Untuk mengetahui hubungan antara kreativitas dan hasil belajar dengan menggunakan metode Interaktif dengan Pendekatan Culturally Responsive Teaching.

METODE

5.1 Situs studi dan Konteks

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Pamekasan yang beralamat di Jl. Pramuka No. 2 Pamekasan. Penelitian ini membutuhkan waktu kurang lebih 2 Bulan yakni siklus I dilaksanakan pada minggu ke 2 bulan Maret dan siklus II dilaksanakan pada minggu ke 2 Bulan April 2023.

Subjek penelitian melibatkan siswa kelas X C SMA Negeri 1 Pamekasan pada semester genap tahun ajaran 2022/2023 sebanyak 36 siswa, 1 Guru mata pelajaran Sejarah Indonesia dan 1 Guru Model Sejarah Indonesia.

5.2 Proses Pengambilan Data

Data diperoleh dan dianalisis dengan teknik tes dan non tes. Teknik tes dilakukan pada saat memulai siklus 1 dan mengakhiri siklus II.

Teknik non tes dilakukan melalui observasi terhadap kreativitas peserta didik, observasi guru mata pelajaran serta lembar refleksi tanggapan peserta didik atas hasil pembelajaran yang diterapkan oleh guru.

Data penelitian berupa analisis deskriptif digunakan dalam penelitian ini dengan cara mengkonversikan data kuantitatif menjadi data kualitatif dalam bentuk deskripsi. Data interval tersebut dihitung dengan cara mengggunakan rerata nilai hasil belajar.

Berdasarkan skor yang telah ditentukan, maka data bisa diubah menjadi bentuk persentase menggunakan rumus berikut,

P=x1>70xj x 100%

(Sumber: Widoyoko, 2012)

Keterangan:

P = Persentase Ketuntasan

x1 = Jumlah skor penilaian siswa >70xj = siswa yang mengikuti tes

Tolak ukur dalam penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari nilai rerata ketuntasan capaian pembelajaran peserta didik apabila memperoleh nilai hasil belajar minimal 80 dengan prosentase 85%. dengan rentang nilai mulai dari 0 sampai dengan 100. dan keberhasilan peningkatan hasil belajar dan kreativitas peserta didik dengan menerapkan Pembelajaran Interaktif apabila mencapai skor min. 70%.

Berikut disajikan tabel kriteria keberhasilan peningkatan hasil belajar dan kreativitas peserta didik .

Tabel 1: kriteria keberhasilan peningkatan hasil belajar

No

TIngkat keberhasilan (%)

Predikat keberhasilan

1.

86 – 100

Sangat Tinggi

2.

71 – 85

Tinggi

3.

56 – 70

Menegah

4.

41 – 55

Kurang

5.

<40

Sangat Kurang

(Diadaptasi dari Agip, dkk, 2009:41)

Tahapan Setiap siklus terdiri dari : Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, dan Refleksi (Arikunto, 2006:74).

(Gambar 1 PTK model pengembangan dari model Kurt Lewin)

5.3 Tahapan Penelitian

5.3.1 Proses Siklus I

5.3.1.1 Perencanaan

Dalam perencanaan penelitian tindakan kelas yang perlu dipersiapkan peneliti adalah modul ajar sejarah indonesia kelas X materi Islamisasi islam di Indonesia pada semester genap, rencana pertemuan ke 1, asesmen diagnostik, dan instrumen penilaian.

5.3.1.2 Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan peserta didik diberikan penjelasan singkat terkait maksud dan tujuan dalam pengerjaan tugas dengan cara mengerjakan tagihan tugas yang terdapat di dalam Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM). Pada kegiatan ini masih belum menggunakan model pembelajaran interaktif dengan pendekatan Culturally Responsive Teaching.

5.3.1.3 Pengamatan

Pada tahap observasi peneliti melakukan asesmen diagnostik untuk mengetahui profiling peserta didik sekaligus melakukan pengamatan secara objektif terkait dengan latar belakang peserta didik, refleksi pembelajaran sejarah indonesia, hasil belajar dan kreativitas peserta didik yang diperoleh dari hasil catatan lapangan yang dapat dipergunakan sebagai refleksi.

5.3.1.4 Refleksi

Pada tahap ini peneliti memberikan tes ttulis kepada peserta didik hasil tes belajar peserta didik dijadikan sebagai bahan evaluasi pada siklus II.

5.3.2 Proses Siklus II

5.3.2.1 Perencanaan

Pada tahap Perencanaan, peneliti merancang kegiatan pembelajaran interaktif dengan mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi, kemudian menyiapkan modul ajar sejarah indonesia kelas X semester genap, rencana pertemuan ke 2, Teknik yang digunakan menggunakan pendekatan Culturally Responsive Teaching dengan model diskusi.

5.3.2.2 Pelaksanaan

Pada tahap Pelaksanaan, peneliti membimbing peserta didik dengan cara memfasilitasi mereka dalam pembelajaran interaktif. peserta didik diberikan waktu untuk menghasilkan gagasan kreatif dalam menyelesaikan tagihan kolaborasi yang diberikandengan bantuan alat teknologi seperti PPT, atau Lembar Kerja

5.3.2.3 Pengamatan

Pada tahap observasi, peneliti mengamati interaksi peserta didik selama proses pembelajaran dan mencatat hasil observasi serta memberikan umpan balik kepada peserta didik berupa point untuk yang berhasil menjawab dengan benar pertanyaan pemantik dari guru.

5.3.2.4 Refleksi

Pada tahap refleksi, Peneliti merenungkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan mengevaluasi efektivitas pembelajaran interaktif apakah telah sesuai atau masih ada yang harus di perbaiki dalam meningkatkan hasil belajar dan kreativitas peserta didik.

HASIL ANALISIS

6.1 Hasil Penelitian Siklus I

Berdasarkan kondisi awal hasil belajar peserta didik menengah, hal ini dibuktikan dengan hasil belajar peserta didik setelah mengerjakan tes awal, kreativitas peserta didik juga rendah dibuktikan dari penilaian keterampilan sejarah materi islamisasi islam di Indonesia, tingkat keaktifan peserta didik juga rendah karena tidak adanya semangat dalam mengikuti pembelajaran, daya nalar kritisnya juga kurang. sehingga tolak ukur untuk meningkatkan hasil belajar dan kreativitas peserta didik dilakukan dengan cara menerapkan pembelajran interaktif dengan pendekatan Culturally Responsive Teaching agar supaya mendapatkan hasil yang baik, terkhusus dalam pembelajaran Sejarah Indonesia Wajib kelas X.

Berikut disajikan tabel hasil tes asesmen pada kondisi awal untuk mengetahui karakteristik peserta didik.

Tabel 2: Hasil tes Asesmen

No

Jenis

Prosentase (%)

1.

Asesmen Diagnostik non - Kognitif

60

2.

Asesmen Diagnostik Kognitif

Keterlibatan siswa dalam diskusi

Berpikir Kritis

Kreatif

60

70

73

Berdasarkan hasil asesmen diagnostik yang dilakukan pada kelas XC SMA Negeri 1 Pamekasan, bahwa observasi guru terhadap kelas 80%, kemudian dapat kita lihat bahwa rerata persentase hasil asesmen kognitif rendah yakni tidak mencapai 75%. Indikator yang lain juga diperkuat dengan hasil belajar pada tahap awal pada tabel berikut.

Tabel 3: Hasil nilai kognitif kondisi awal

No

Jenis

T1

T2

1.

Nilai rendah

60

65

2.

Nilai tinggi

84

88

3.

Nilai rata - rata

73,6

76

4.

Rentang nilai

24

23

Tabel 4: Distribusi Frekuensi Hasil nilai kognitif kondisi awal

Nilai Interval

Frekuensi

T1

T2

61-70

17

6

71-80

16

24

81-90

3

6

91-100

0

0

Gambar 2. Diagram (Chart) Hasil nilai kognitif Siklus I

Berdasarkan tabel dan diagram chart di atas dapat disimpulkan, bahwa nilai hasil belajar tertinggi pada siklus I adalah 84 dan nilai terendah 60 dengan rata-rata nilai 73,6 pada pra siklus I, sedangkan data nilai kognitif pra siklus II, nilai tertinggi 88 dan nilai terendah 65 dengan rata-rata nilai 76.

Berdasarkan analisis hasil belajar diperoleh nilai tertinggi 88 dan nilai terendah 65 dengan nilai rata-rata 76 dan persentase ketuntasan 70,87% ini mengartikan bahwa nilai hasil belajar peserta didik belum mencapai kriteria keberhasilan hasil belajar.

Berdasarkan analisis hasil belajar diperoleh hasil pengamatan guru, dan hasil belajar peserta didik pada siklus I dinyatakan masih belum tercapai sehingga perlu diadakan perbaikan pada siklus II agar hasil belajar dan kreativitas peserta didik dapat ditingkatkan.

6.2 Hasil Penelitian Siklus II

Berdasarkan Proses Perencanaan guru model telah menyiapkan modul ajar pertemuan ke 2 yang kemudian melakukan variasi dalam pembelajaran sejarah menggunakan pembelajaran Interaktif dengan Pendekatan Culturally Responsive Teaching.

Hasil pengamatan terhadap guru memiliki Persentase skor 84% termasuk dalam kategori tinggi karena secara keseluruhan hasil observasi dilakukan dengan sangat baik, guru telah menerapkan pembelajaran Interaktif dengan Pendekatan Culturally Responsive Teaching. Bukti nyata nya terlihat dari keberadaan kelas yang menjadi lebih berkompetisi dibuktikan dari siswa yang mampu menjawab pertanyaan guru yang disesuaikan dengan kondisi lingkunganya. menurut peneliti hasil ini lebih baik jika dibanding siklus I.

Hasil observasi terhadap peserta didik kerjasama siswa dalam kelompok, keaktifan peserta didik dalam proses jalannya diskusi, keberanian peserta didik dalam mempresentasikan hasil diskusi sudah baik. Persentase skor 80% artinya secara keseluruhan hasil observasi peserta didik terhadap hasil belajar dan kreativitas baik.

Berikut merupakan tabel hasil belajar dan distribusi frekuensi kreativitas peserta didik setelah menggunakan pembelajaran interaktif dengan Perlakuan Culturally Responsive Teaching.

Tabel 5: Hasil Belajar dan Kreativitas Peserta didik

No

Jenis

T1

T2

1.

Nilai rendah

78

80

2.

Nilai tinggi

91

92

3.

Nilai rata - rata

84,4

85,8

4.

Rentang nilai

13

12

Tabel 6: Distribusi Frekuensi Hasil Belajar dan Kreativitas

Nilai Interval

Frekuensi

T1

T2

61-70

0

0

71-80

10

10

81-90

16

10

91-100

10

16

Gambar 2. Diagram (Chart) Hasil belajar dan kreativitas kondisi akhir

Berdasarkan tabel, distribusi frekuensi, dan diagram chart di atas dapat disimpulkan, bahwa nilai hasil belajar tertinggi pada siklus II adalah 88 dan nilai terendah 65 dengan rata-rata nilai 76 pada pra siklus I, sedangkan data nilai kognitif siklus II, nilai tertinggi 92 dan nilai terendah 80 dengan rata-rata nilai 85,8.

Dari hasil pengamatan data analisis uji pembanding di atas pada siklus II terdapat peningkatan hasil belajar dan kreativitas peserta didik setelah menerapkan pembelajaran interaktif dengan pendekatan Culturally Responsive Teaching. Pada siklus I prosentase skor untuk hasil pengamatan guru sebesar 84%, pengamatan peserta didik 80% sedangkan pada siklus II prosentase skor untuk pengamatan guru 87% dan pengamatan hasil belajar peserta didik 85%. naik kurang lebih 5% dari siklus sebelumnya.

Dapat peneliti simpulkan bahwa nilai hasil belajar peserta didik pada siklus I nilai rata - rata 76 dan persentase ketuntasan 71,87%. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata 85,8 dan persentase ketuntasan 87,50%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa indikator keberhasilan telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan yaitu lebih dari 16% .

KESIMPULAN

Pembelajaran Interaktif adalah salah satu metode efektif dalam meningkatkan kreativitas dan hasil belajar peserta didik. hal ini dibuktikan dengan data yang telah didapatkan dan dinilai cukup berhasil meningkatkan hasil belajar dan kreativitas Peserta Pada akhir siklus kedua, dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran interaktif dengan pendekatan Culturally Responsive Teaching. pada materi Islamisasi Islam di Indonesia memberikan peningkatan hasil belajar peserta didik kelas XC SMA Negeri 1 Pamekasan dengan persentase yang meningkat sebesar 10%, dan kreativitas peserta didik juga meningkat hingga 16 %.

Sehingga terdapat hubungan antara hasil belajar dan kreativitas Gibson (1968) dengan menggunakan metode Interaktif dengan pendekatan Culturally Responsive Teaching. karena semakin tinggi tingkat kreativitas peserta didik maka semakin tinggi pula peningkatan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik.

Oleh karena itu, maka dapat peneliti ajukan saran - saran untuk memperbaiki kualitas mengajar sebagai berikut : 1) Guru sejarah indonesia sebaiknya mengganti metode mengajar stereotip lama dengan variasi mengajar yang disesuaikan dengan capaian pembelajaran. misalnya pada materi islamisasi islam di Indonesia sebaiknya menerapkan pembelajaran interaktif dengan pendekatan Culturally Responsive Teaching. yang memuat unsur budaya dalam aspek pembelajaran.

2) Hasil penelitian ini hendaknya dipergunakan oleh guru sebagai modal refleksi untuk perbaikan kualitas mengajar.3) Kreativitas peserta didik meningkat apabila guru mampu menghadirkan suasana pembelajaran yang menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Agip, dkk. (2009). Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Bandung : Yrama

Alyson L. Lavigne, Lotte Henrichs… Shiquan Shao, Cultural responsibility and common conceptualizations of “good” teaching in culturally and linguistically diverse elementary classrooms in the U.S. and the Netherlands. Teaching and Teacher Education Vol. 118, October 2022, 103812

Alviana, L. (2013). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar. Tersedia: http:// eprints.walisongo.ac.id/1681/3/093811019 yang diakses pada tanggal 17 Mei 2023 pukul 11.36 WIB.

Amabile, T. M. (1996). Creativity in context: Update to “The Social Psychology of Creativity”. Boulder, CO. Westview Press.

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Aronson B., Laughter J. (2016). The theory and practice of culturally relevant education. Review of Educational Research, 86, 163–206.

Bastomi, Suwaji. 1986. Kebudayaan Apresiasi Pendidikan Seni. Semarang: FKIP. Coomans,

Borrero NE, Flores E., de la Cruz G. (2016). Mengembangkan dan memberlakukan pedagogi yang relevan secara budaya: Suara guru warna baru. Kesetaraan & Keunggulan dalam Pendidikan , 49(1), 27– 40.

Coffey H., Farinde-Wu A. (2016). Navigating the journey to culturally responsive teaching: Lessons from the success and struggles of one first-year, Black female teacher of Black students in an urban school Vol 60, p.24-33 https://doi.org/10.1016/j.tate.2016.07.021

E.B. Coleman, A.L. Brown, I.D. Rivkin.(1997) The effect of instructional explanations on learning from scientific texts The Journal of the Learning Sciences, 6 (4) , pp. 347-36.

Cummings T. G., Worley C. G. (2009). Organization development and change (9th ed.). Cincinnati, OH: South-Western.

D.F. Halpern. Thinking critically about creative thinking Runco M.A. (Ed.), Critical creative processes, Hampton Press (2003), pp. 189-207

David A Jacobsen dkk, Methods For Teaching (Metode-metode Pengajaran meningkatkan belajar siswa TK-SMA), Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2009, hlm. 262.

Deliens, T., Deforche, B., De Bourdeaudhuij, I., & Clarys, P. 2015. Determinants of Physical Activity and Sedentary Behaviour in University Students: A Qualitative Study using Focus Group Discussions. BMC Public Health, 15(1), 1–9. https://doi.org/10.1186/s12889-015-1553-4

Dickinson, 1985. Philosophical Transactions of the Royal Society of London: Biological Sciences, 308, pp. 67-78

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Dover A. G. (2013). Teaching for social justice: From conceptual frameworks to classroom practices. Multicultural Education, 15(1), 3–11.

DR. Hamalik, Oemar. 1986. Media Pendidikan. Bandung : Penerbit Alumni. hlmn 23

Huse E. F. (1980). Organization development and change (2nd ed.). St. Paul, MN: West.

http://www.sman1pmk.sch.id/index.php/profil

Iskhak. 2021. Panduan Praktis Penulisan Penelitian Tindakan Kelas Pada Kurikulum Merdeka Belajar. Surabaya: CV Dimar Jaya.

J.W. Gibson, R.J. Kibler, L.L. Barker. (1968). Some Relationships between Selected Creativity and Critical Thinking Measures. Psychological Reports, 23 (3) pp. 707-714, 10.2466/pr0.1968.23.3.707

L. Fiorella, R.E. Mayer. (2013), The relative benefits of learning by teaching and teaching expectancy Contemporary Educational Psychology, 38 (4) pp. 281-288, 10.1016/j.cedpsych.2013.06.001

Ladson-Billings G. (2014). Pedagogi yang relevan secara budaya 2.0: alias remix. Ulasan Pendidikan Harvard , 84, 74–84.

Lee, C. S., & Therriault, D. J. (2013). The cognitive underpinnings of creative thought: A latent variable analysis exploring the roles of intelligence and 127 working memory in three creative thinking processes. Intelligence, 41(5), 306–320.https://doi.org/10.1016/j.intell.2013.04.008

Michael Vavrus, “Culturally Responsive Teaching”, dalam http: //www. michaelvavrus.com . Diakses pada tanggal 18 Mei 2023. Pukul 11.45

Mustakim. 2020. Jurnal Efektivitas Pembelajaran Daring Menggunakan Media Online Selama Pandemi Covid-19 pada Mata Pelajaran Matematika. 2 (1): 1-12

Rebecca Colina Neri, Maritza Lozano, and Louis M. Gomez. 2019. (Re)framing Resistance to Culturally Relevant Education as a Multilevel Learning Problem. Vol. 41 Issue 1.https://doi.org/10.3102/0091732X18821120.

R.D. Roscoe, M.T.H. Chi.(2008), Tutor learning: The role of explaining and responding to questions Instructional Science, 36 (4) pp. 321-350, 10.1007/s11251-007-9034-5

Saliman, Sudharsono. 1993. Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum. Jakarta: Rineka Cipta, hl 178

Sarbini, M. Ag, dan Neneng Lina, S.Pd. I, M.M.Pd. 2011. Perencanaan Pendidikan. Bandung : CV Pustaka Setia. hl 12

Schmuck R., Miles M. B. (1971). Organization development in schools. Palo Alto, CA: National Press Books.

Simonton, D. K. 2000. Creativity: Cognitive, personal, developmental, and social aspects. American Psychologist 2000 Vol. 55(1), hlm. 151-158. DOI: 10.1037/0003-066X.55.1.151

R.J. Sternberg, D.F Halpern. (2020) Critical Thinking in Psychology (2nd Edn), Cambridge University Press, Cambridge

UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003

Undang - Undang Permendikbud Ristek No. 262/M/2022

V. Hoogerheide, S.M.M. Loyens, T. van Gog. Effects of creating video-based modeling examples on learning and transfer Learning and Instruction, 33 (2014), pp. 108-119, 10.1016/j.learninstruc.2014.04.005

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post