firdayeni

FRDAYENI,S.Pd.I Lahir dan tinģgal di sebuah kampung bernama Sawah Kareh. Nagari Balimbing, Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar. Putri dari ibu terc...

Selengkapnya
Navigasi Web

Mutiara Titipan

Mutiara Titipan

Menikah dan mempunyai keturunan adalah dua moment yang sangat dinanti dan diistimewakan setiap orang. Namun bukan hal yang mudah untuk mendapatkan itu semua,butuh perjuangan dan pengorbanan. Tidak sedikt mereka yang gagal dan menyerah dalam perjalanan.

Begitu juga denganku, menikah diusia yang sangat matang,bahkan mumgkin kelewat matang. Usia 29 tahun bagi seorang wanita,merupakan usia yang sudah terlambat menikah. Tapi siapa yang bisa mengatur itu semua selain Allah SWT. manusia hanya bisa menjalani dan tidak memiliki kuasa apapun untuk mengatur dan menetapkan sebuah takdir.

Menikah dengan pria yang sangat sederhana secara pandangan awam banyak orang,namun bagiku ia adalah laki-laki istimewa yang hampir memenuhi semua kriteria yang kutetapkan sejak aku berniat mencari pasangan. Laki-laki yang tidak merokok,penyayang,penyabar, rajin beribadah dan hidup sederhana,itulah kriteria utamaku waktu itu,ternyata ia punya itu semua.

Dari proses pertemuan hingga menikah,tidak membutuhkan waktu yag lama. Dengan jentel ia meminang lansung kepada bapak. Tanpa iming-iming apapun,malah menceritakan dirinya apa adanya,membuat bapak simpati dan lansung menerima pinangannya untukku.

Banyak mata memandang sinis kepadaku,bibir mencibir,memandang rendah seleraku,bahkan di antara mereka adalah saudara dan tetanggaku. Tapi bagiku itu adalah sebuah tantangan yang harus kulalui,aku yang memilih,aku yang akan menjalani dan aku yang tahu siapa dia, biarlah mereka beranggapan begitu,karena bagiku hidup berumah tangga bukan harta yang menjadi target utama,sakinah,mawaddah, warahmah. Ada cinta,ada bahagia dan ketenangan. Tidak banyak tuntutan duniawi,nikmati reseki seadanya,berusaha sekuat tenaga, namun dunia bukan segalanya.

Masa berdua tanpa momongan kami lalui selama Sembilan bulan,diselingi dengan keguguran pada bulan ketiga pernikahanku. Tiga bulan menikah haidhku masih lancar,aku beranggapah “ah…mungkin belum rezeki”. Dengan tenang kuminum air kelapa muda segar pemberian bapak.

Beberapa jam kemudian aku merasakan sakit yang luar biasa di perutku. Rasanya luar biasa,darah berceceran,badanku lemas. Suamiku segera membawaku ke klinik. Setelah diberi obat anti pendarahan,darah itu mulai berkurang. Katika aku ke kamar mandi,aku merasakan ada sesuatu yang terjatuh ke lantai,ketika kuambil dan kulihat ternyata gumpalan darah seperti kuning telur,lama aku terdiam di kamar mandi, “apakah ini calon jabang bayiku?" beberapa saat kemudian kupanggil ibu dan menanyakan tentang benda itu. Ibu menjawab,” Yang sabar nak,itu memang calon jabang bayi,mungkin belum rezekimu. Sabar ya nak” ucap ibu menenangkan. aku hanya tertunduk lesu,sambil berjalan tertatih menuju kamar.

Gimana lanjutan kisah ku,….yuk ikuti terus ceritanya pada sesi berikutnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post