Firya aulia

Firyati, S.Pd sering muncul dengan nama pena Firya Aulia. Lahir di Kerinci 06 Agustus 1981. Menikah dengan Hasril Apriyanto Putra dan Memiliki seorang putri ber...

Selengkapnya
Navigasi Web
Embun di Mata Jingga (part 11) cerber
22 Januari tagur hari ke 22

Embun di Mata Jingga (part 11) cerber

Saat perintah menjadi titah yang memisah ....

Awan datang siang itu. Saat aku sedang santai membaca buku di teras rumah. Katanya ingin mengembalikan buku milikku. Tapi dia duduk lama sesudahnya.

"Adikmu mana Jing? Nggak kelihatan dari tadi." Wajahnya celingukan ke dalam rumah.

"Kamu mau mengembalikan buku atau sebenarnya mau ketemu Embun. Dan buku ini hanya alasan." Aku mulai ketus melempar buku itu ke atas meja.

Prakkk ...Suara benda pecah jatuh dari dalam rumah. Aku sontak melongok. Embun gelagapan. Di belakangnya nenek berdiri dengan heran.

"Kamu sebenarnya melìhat apa? Sampai terkejut saat nenek hanya berbisik," ujar nenek.

"Eh tidak ada apa-apa, Nek."

Sikap Embun sungguh mencurigakan. Aku mengukur sudut tempat Embun berdiri. Lalu menarik garis lurus. Kira-kira sejuah mana jangkauan sudut matanya memandang.

Pas ... klik di tempat Awan duduk. Jadi dari tadi Embun diam-diam menatap Awan dari balik gorden pembatas ruang tengah. Apa aku harus pura-pura tidak tahu.

"Udah kamu pulang saja. Nggak ada urusan lagi kan?" Aku mengusir Awan.

"Yee ... Kamu kok galak sekarang, biasa juga aku semalaman di sini nggak apa-apa." Awan protes.

"Ah, sudah. Pulang, pulang, pulang. Aku mau belajar."

"Syeeeh ... Liburan kok belajar. Hari biasa sekolah aja malas. Nyari alasan itu coba yang masuk akal. Misalnya Hey Awan pulang sana, kalau kamu lama-lama di sini ntar aku jatuh cinta..."

Pluk ... sebuah sandal melayang ke pundak Awan. Aku mengambil satunya lagi.

"Pulang nggak?!" Mataku melotot, posisi siap melempar satu sandal lagi.

"Iya, iya."

Awan pulang, tapi mulutnya masih komat-kamit ngoceh. Wajahnya meringis. Huh lega.

Setelah makan malam, nenek memanggil kami. Aku dan Embun. Tatapan serius, helaan nafasnya berat. Menunggu nenek bicara entah mengapa aku yang gelisah. Apa sebenarnya yang ingin di sampaikan nenek.

"Embun, Jingga ... Nenek sudah semakin tua ..."

"Tapi masih kelihatan cantik dan muda kok." Aku memotong pembicaraan.

"Husss, nggak sopan. Siapa yang minta pendapatmu? Hah?" Nenek menghardikku. Sepertinya kali ini memang ada sesuatu yang sangat penting. Aku melirik Embun. Dia cekikikan menahan tawa. Dasar adik durhaka.

Nenek mengeluar dua carik kertas dari balik kantong dasternya.

"Embun dan Jingga, nenek ingin kalian pergi ..."

"Apa?! Nenek ingin mengusir kami?!" Aku sontak berdiri.

"Huh bocah edan, Jangaaaan memotong! Bisa diam nggak?" Nenek berteriak, meraih tangkai sapu yang ada di dekatnya. Nyaliku ciut sekaligus takut. Sebenarnya apa yang ingin disampaikan nenek.

"Ini perintah! Kalian berdua harus pergi ke alamat ini. Cari Bapak kalian. Jangan pulang sebelum ketemu. Segala keperluan sudah nenek siapkan. Beritahu, kalau ibu kalian sudah nggak ada."

Nenek membagikan kepadaku secarik kertas dan untuk Embun secariknya lagi.

"Nek..."

"Jangan membantah, jangan bertanya. Pergi saja. Besok pagi berangkatlah segala keperluan sudah nenek siapkan, termasuk uang."

Nenek masuk kamar. Meninggalkan kami yang masih duduk terpaku. Tak lama berselang, Embun juga masuk kamar. Aku melangkah dengan gontai.

Malam makin larut, nyanyian jangkrik dan burung hantu saling berlomba mengisi sunyi. Aku diam-diam menyusup ke kamar Embun.

"Sssttt ... Embun, apa kamu sudah tidur?" Bisikku perlahan sekali.

"Belum, kakak kira aku bisa tidur dengan beban pikiran seberat ini." Dia membalikkan badannya. Lalu duduk bersandar di ranjang.

"Kita harus bagaimana?"

"Hufff ... entahlah. Aku merasa seperti bola yang dilontarkan kesana kemari."

"Haruskah kita pergi?"

Tak ada jawaban. Tidak Embun. Tidak juga aku. Kami pun tertidur dalam mimpi paling sunyi, menunggu pagi.

Bersambung ...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tak ada jawaban. Tidak Embun. Tidak juga aku. Kami pun tertidur dalam mimpi paling sunyi,Semoga ada jawaban besok pagi, sukses Bu Fir

22 Jan
Balas

Terima kasih bunda. Atas kunjunganmu. Inspirasiku.

23 Jan



search

New Post