Fithriyah

Fithriyah dilahirkan di Kediri, bulan September tahun 1977. Putra dari Bapak Dartojo dan Ibu Siti Fathonah. Pendidikan SD sampai SMA ditempuh di kota Pare-Kedir...

Selengkapnya
Navigasi Web
Literasiku Pagi Ini,  Menulis Materi Tausiyah

Literasiku Pagi Ini, Menulis Materi Tausiyah

Jumat pertama di awal bulan adalah jadwal kegiatan ceramah agama singkat, yang biasa disebut dengan tausiyah, di sekolahku. Tausiyah disampaikan oleh guru agama dari ruang TU atau server selama kurang lebih 10-15 menit. Pagi ini guru agama yang bertugas menyampaikan materi tausiyah adalah Pak Wahyu Ahmad, seorang guru agama yang masih muda dan masih lajang. Pak wahyu menyampaikan materi tausiyah dari ruang TU. Suaranya diperdengarkan ke seluruh kelas lewat sound system yang terpasang di masing-masing kelas. Bapak ibu guru pun mengikuti tausiyah ini di ruang guru.

Aku pun mencatat poin-poin penting yang disampaikan pak wahyu.

Apa saja materi tausiyah di pagi ini?

Silakan membaca tulisanku berikut ini.

*****

Ikhtiar dan Tawakal

Seperti yang sudah sering kita dengar bahwa rezeki, jodoh dan maut sudah ditetapkan oleh Allah di lauhul mahfudz. Ketiga hal itu telah ditetapkan oleh Allah SWT sebelum kita terlahir ke dunia.

Namun demikian, tidak berarti kita harus diam saja menerima itu semua.

Jika ada orang yang bilang, “Rezeki sudah ditetapkan oleh Allah, ngapain kita bekerja?“

Ini adalah ungkapan yang keliru. Kita diperintahkan oleh Allah untuk menjemput rezeki, salah satunya dengan cara bekerja.

Jika ada orang bilang, “Jodoh itu telah ditetapkan oleh Allah, ngapain kita harus berusaha mencarinya?”

Hal ini tentu saja salah, karena kita diperintahkan untuk berusaha (berikhtiar) menjemput jodoh.

Jika ada orang bilang, “Maut sudah ditentukan Allah, ngapain kita mesti minum obat ketika sakit?”

Ini juga adalah ungkapan yang keliru. Bagaimana pun juga, kita diperintahkan untuk berikhtiar menjaga agar tubuh kita tetap sehat. Jika sakit, kita harus berusaha untuk bisa sembuh. Mengembalikan kondisi tubuh kita seperti sedia kala.

Ikhtiar dilakukan dengan cara berusaha menghadapi masalah dengan berbagai macam cara. Ikhtiar juga bisa dilakukan dengan doa. Doa itu sendiri dapat dilakukan dengan tiga macam cara.

Yang pertama, doa bi a’mal; berdoa dengan perbuatan.

Misalnya, menolong orang lain.

Yang kedua, doa bi shodaqoh; doa dengan bersedekah. Karena doa bisa menghilangkan bala (musibah) dan kesusahan.

Yang ketiga, doa bi ziaroh; doa dengan berziarah, baik kepada orang yang masih hidup maupun kepada orang yang sudah meninggal dengan mendatangi makamnya. Ziarah kepada orang yang masih hidup mudah sekali dilakukan. Misalnya kita mendatangi orang alim ulama untuk meminta nasehat. Sementara ziarah kepada orang yang sudah meninggal bisa mengingatkan kita tentang datangnya maut.

Setelah berikhtiar dengan maksimal, kita diperintahkan untuk bertawakal kepada Allah apa pun hasil dari ikhtiar kita.

Sekolahku, 5 Januari 2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Iya dong Pak Syaihu... Lha ini siswanya belum tentu mencatat kok... Kalau gurunya ngga ngecek lagi ya bablas aja... He he...

05 Jan
Balas

Nggak mau kalah dengan siswanya, guru juga mencatat materi ceramah

05 Jan
Balas

Sip. Ini literasi guru. Muridnya juga dong. Buat ringkasan.

05 Jan
Balas

Iyaaa bu... Harusnya memang muridnya juga diminta bikin ringkasan... Ini saya mencontohkan dulu... he he

15 Jan



search

New Post