Fitra Deswita

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Menulis dengan Kedipan Mata

Menulis dengan Kedipan Mata

#Tagur hari ke -357.

Coba bayangkan seandainya seluruh anggota tubuh kita lumpuh tak bisa digerakkan kecuali kelopak mata saja. Ya. Cuma kelopak mata saja yang bisa dikedipkan untuk merespon pertanyaan dari orang lain.

Pada tanggal 5 Desember 1995, Jean-Dominique Bauby, seorang jurnalis dan penulis Prancis. menderita stroke masif yang tiba-tiba yang merusak batang otaknya. Penyakitnya itu dinamakan locked-in syndrome, juga disebut pseudocoma, menggambarkan pasien yang terjaga dan sadar tetapi karena lesi batang otak mereka, tidak memiliki sarana untuk menghasilkan gerakan bicara, anggota badan atau wajah.

Orang dengan Locked-in Syndrome tetap koma selama beberapa hari atau minggu, membutuhkan pernapasan buatan dan kemudian secara bertahap bangun, tetapi tetap lumpuh dan tidak bersuara Bauby dan semua pasien penderita pseudocoma pada kenyataannya tetap jernih dan kompeten secara mental. Mereka mampu mengingat dan membayangkan, untuk memahami dan memproses informasi, tetapi mereka tidak memiliki semua ucapan sukarela dan ekspresi tubuh. Tubuhnya lumpuh dengan sempurna, hingga tiada satupun anggota tubuhnya yang dapat digerakkan, kecuali kelopak mata kirinya saja!

Bagaimana jika itu terjadi pada kita?, apa yang akan kita perbuat di sisa usia ? Berputus asa menanti ajal tiba?

Tapi bagi Jean Bauby, Semuanya belum berakhir. Sekelopak mata yang satu-satunya itu kemudian menjadi jendela penghubung antara dirinya dengan dunia luar. Dengan kelopak mata satu-satunya itu, Jean menyampaikan hajat dan pesannya.

Pada mulanya, gerakan kelopak mata itu hanya cukup untuk menitip pesan “Ya” dan “Tidak”. Jika ia mengedip sekali, itu berarti “Iya”. Saat ia mengedip dua kali itu berarti “Tidak”.

Tapi kedipan mata sederhana itu kemudian menjadi awal petualangan dahsyat bagi seorang Jean Bauby. Ia, dalam kelumpuhan sepenuh tubuhnya itu, memutuskan untuk menulis biografi hidupnya sendiri. Ia ingin menuturkan kisah sehari-harinya dalam derita penyakit yang langka itu. Ia ingin menyampaikan perasaan jiwanya saat ia “terkurung” dalam jasad yang tiada daya itu!

Singkat cerita, dengan bantuan rekan kerjanya, Claude Mendibil, yang “menciptakan” abjadiyah khusus untuknya, yang dirumuskan dari kalimat-kalimat yang paling tinggi frekuensi penggunaannya dalam bahasa Prancis.

Maka Claude Mendibil akan menyenaraikan “abjad-abjad khusus” itu pada Jean, hingga saat sampai pada kata yang diinginkannya, Jean akan menggerakkan kelopak matanya, yang bermakna itulah kata yang ingin dituliskannya!

Jean-Dominique Bauby berhasil menuntaskan otobiografinya sendiri setebal 130 halaman! Judulnya “The Diving Bell and The Butterfly”. Untuk menyelesaikan buku itu, Jean harus menggerakkan kelopak mata kanannya sebanyak 200.000 gerakan.

Sekitar 3 hari setelah otobiografinya diluncurkan, Jean-Dominique Bauby meninggal dunia, tepatnya pada 9 Maret 1997, pada usia 44 tahun. Ia pergi setelah meninggalkan sebuah buku yang unik, yang tidak ditulis dengan jemarinya tapi “dituliskan” dengan kedipan mata.

FD, Padang, 29 Desember 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sangat menginspirasi tulisannya. Salam literasi.

29 Dec
Balas

Trimakasih bnyak Bu Leni atensinya, ya, Kita yg sehat walafiat tanpa cacat ini tentu harus tetap semangat trus untuk menulis ya bu, salam literasi.

30 Dec



search

New Post