Fitra hayati

Saya Fitra Hayati merupakan guru SMP Negeri 226 Jakarta yang mengajar bidang studi Bahasa Inggris .Saya merupakan lulusan S-1 Universitas Bung Hatta dan melanju...

Selengkapnya
Navigasi Web
BUKBER HAFIZH

BUKBER HAFIZH

Tantangan Hari Ke 6

Anakku yang ketiga bernama Hafizh minta padaku bahwa dia ingin begadang malam tanggal, 6 Juni 2016. “Bu, boleh ga begadang, biar pas ada anak-anak berkeliling kampung sahur-sahur, Hafish bisa ikut. Aku tidak mengomentari apa-apa, anak berumur 8 tahun apa kuat untuk itu.

Ketika aku mulai masuk kamar Hafizh bersama kedua abangnya Ziqri dan Nadzim masih menonton TV. Aku biarkan saja mereka menunggu sahur pertama dan aku biarkan. Antusias mereka untuk menyambut bulan Ramadhon ini sudah mereka ributkan dari pagi tanggal 5 Juni. “Makanan untuk sahur apa, kalau sahur ibu kepengennya bangun jam berapa.”

Ternyata pukul 11.00 wib ketiga anakku sudah tidak kedengaran, mereka bertiga sudah pindah ke kamarnya. Sudah tidak kedengaran suara. Mereka sudah tertidur.

Menu sahur pertama kami adalah dendeng kering, dengan buncis bumbu tauco, karena lauk favorit anak-anakku. Tidak sulit bagiku untuk membangunkan mereka bertiga, karena mereka ingin melihat anak-anak yang berkeliling kampung dengan membawa beberapa peralatan sebagai gendang untuk meneriakkan sahur … sahur. Ternyata kelompok itu sudah bubar mereka mulai berkeliling pukul 02.30 wib. “Yaaaa … kita telat deh.” Komentar si kecil.

Hari pertama puasa semua anak-anak libur sekolah, termasuk aku juga libur bekerja. Suamiku mengajak ketiga anak laki-lakiku ke mesjid untuk sholat subuh, sementara aku hanya sholat di rumah. Aku membereskan rumah dan peralatan makan sahur tadi.

Menikmati libur,setelah selesai semua pekerjaan rumah aku langsung tidur. Aku memilih tidur di kamar anak-anak di lantai atas rumahku. Aku tidak ingin tidurku terganggu. Setiap hari kerja aku selalu bangun pukul 3.30 untuk menyiapkan anak-anak sekolah dan sebelum pukul 06.00 aku sudah berangkat bekerja. Jadi mumpung libur aku ingin menikmati tidur pagi.

Pukul 10.00 Hafizh membangukanku. “Bu, ini nama teman-teman Hafizh yang diundang untuk berbuka bersama di rumah.” “Apa, dek.” Aku masih bermalas-malasan aku sebenarnya aku tertidur hanya sebentar saja. Aku tidak terbiasa tidur pagi.

Aku langsung duduk, “Kapan acara,” tanyaku besok. “Besok, menunya nasi goreng, spageti, minumannya milo pakai es.” Aku kaget, anakku itu tidak bertanya dulu kepadaku untuk mengadakan acara bersama dengan teman-temannya di rumahku. Ada 9 orang teman-temannya yang dia undang. Undangan yang dibuatnya itu dengan tulisan tangan, dan sudah dia antarkan ke rumah teman-temannya dan dia juga menyebutkan menu-menu yang sudah dia rancang.

Berarti acara berbuka itu akan dia adakan hari Selasa, 7 Juli 2016, artinya aku besok sudah masuk kerja lagi. “Dedek, kok gak tanya ibu dulu, besok ibu mesti kerja, walaupun hanya sembilan orang tambah kita berlima menyiapkan itu tidak mudah. Ibu harus belanja, dan memasak.” Aku tidak yakin acara buka bersama itu bisa dilakukan hari Selasa itu, karena tidak ada yang akan membantuku untuk menyiapkannya.

“Dek, ibu tidak bisa kalau besok, ibu sudah kerja dan untuk menu itu itu tidak bisa menyiapkannya sekarang, ganti aja harinya.” Tapi Hafizh bersikukuh untuk melaksanakannya hari Selasa karena dia sudah terlanjur memberikan undangan. Lama aku meyakinkan anakku itu untuk mengundurkan acara berbuka bersamanya itu. Aku meyakinkan dia bahwa aku setuju tapi hanya harinya saja mohon diundur.

Aku panggil ayahnya, karena aku dengar dari pagi dia bersama anak-anaknya. Ternyata ayahnya tidak mengerti apa yang sedang direncanakan Hafizh, berempat kita menjelaskan bahwa acara itu mesti diundur. Akhirnya dia setuju. Dia pergi ke rumah teman-teman yang tadi sudah dia bagi undangan. Dia menarik semua undangan yang sudah dia sebar kepada mereka.

Ternyata undangan yang dia buat itu sangat sederhana sekali dengan tulisan tangan, kertasnya dipotong tidak rapi karena dipotongnya tidak menggunakan gunting.

Aku minta tolong supaya abangnya yang kedua, Nadzim membantu adiknya membuat undangan. Mereka mencari beberapa contoh undangan di internet. Akhirnya mereka menemukan design undangannya. Acara berbuka bersama itu disetujui hari Sabtu, 11 Juni 2016. Acaranya dimulai pukul 17.00 dan harus membawa peralatan sholat bagi anak perempuan dan laki-laki cukup pakai celana panjang karena kita akan sholat magrib dulu.

Menu untuk acaranya kita sepakati lagi, akhirnya di box nasi menunya nasi, ayam bumbu, kering tempe, kerupuk, timun, dan jeruk. Aku buat batagor, Minumannya ada tiga macam, air kelapa muda, yang diberi sirup merah, agar merah, dan biji selasih, dan satu lagi teh es, dan air putih. Ada bisuit, kurma, dan buah semangka .

Hafizh dan Nadzim sibuk menyiapkan undangan, sementara aku sibuk menyipakan semua keperluan. Beberapa kali sepulang kerja aku mampir ke pasar untuk membeli keperluan acara berbuka bersama itu.

Mulai hari Jum’at mereka berdua sudah mencetak undangan. Mereka mencatat kembali nama-nama anak yang direncanakan awal itu. Aku melihat kedua anakku itu bolak balik mengantarkan undangannya. Diprint satu lalu diantar. Aku biarkan saja. Aku lihat mereka sibuk sekali, acara membagikan undangan berlanjut sampai hari Sabtu pagi. Ternyata nama-nama yang akan diundang ditambah sekarang berjumah 13 orang, 5 orang perempuan dan 8 orang laki-laki, umur mereka hampir sama antara 8 – 10 tahun. Aku setuju saja, aku hanya memberi syarat teman yang diundang harus puasa.

Ada temannya satu TK dengan Hafizh akan dia undang rumahnya agak jauh dari rumah kami. Aku setuju saja. Hafizh pergi sendiri mengantarkan undangannya, dia bilang takut mau bilangnya karena temannya itu tidur dan yang ada abangnya.

Lumayan sibuk aku menyiapkannya. Aku di dapur sendiri. Aku sudah mulai dari jam 08.00. Ternyata menyiapkan makanan untuk 20 orang yang aku anggab mudah ternyata repot juga, aku akhirnya minta pertolongan kepada anak pertamaku.

Hafizh dan Nadzim sudah membentang karpet di teras. Aku berdua dengan si sulung memasukkan makanan yang sudah jadi ke box dan memasukkan minuman ke gelas.

Pukul 16.00 semua anak-anak itu sudah datang. Mereka sudah berkumpul di teras rumahku. Aku menjadi sedikit gugup. Aku sampai berteriak memanggil kedua anakku itu, “Emang undangannya jam berapa,” tanyaku. “Jam 5.” Jawab mereka. Aku bersama si abang jadi sedikit terburu-buru. “Bu, akhirnya 15 orang yang datang, tadinya Wibi tidak akan datang katanya mau latihan silat kita ganti dia dengan Caca, terus satu lagi si Puput bawa adeknya, makanannya cukup gak.” Aku menyiapkan makanannya memang lebih. “Tenang aja.” Hafizh menjadi panik karena aku sudah bilang, “Ibu menyiapkan sebanyak undangan yang kamu bagi.”

Akhirnya pukul 17.00 semuanya rapi. Box nasi dan batagor, dua macam minuman, aku tata di pojok teras. Air putih, semangka, biscuit, serta kurma aku tata ditengah-tengah mereka duduk.

Aku bersiap-siap untuk mendampingi mereka. Aku tidak ingin acara berbuka ini hanya untuk makan-makan saja, aku maunya anak-anak itu diberi kesan yang aku yakin hal itu akan mereka ingat.

Aku menanyakan siapa yang tidak puasa, ada dua orang si Caca dan adeknya Puput. Aku nasehati supaya besok harus puasa. Aku menunjuk anak yang aku mau untuk menyebutkan rukun sholat, yang bisa menjawab aku beri hadiah biscuit. Aku senang sekali melihat mereka antusias dengan apa yang aku lakukan. Ada yang banyak dapat biskuitnya ada yang malu-malu. Anak yang belum dapat biscuit sama sekali aku minta menyebutkan apa saja surat pendek yang dia sudah hafal. Akhirnya semua anak-anak kebagian hadiah biscuit. Terakhir aku mengajak mereka menyanyikan lagu “Kisah Sang Rasul” dengan suara cempreng mereka menyanyikannya, semua anak-anak itu sudah tahu lagu itu. Ini syairnya

Rohatil athyaru tasydu, fi layaa lil maulidi, wa bariqunnu riyabdu, min ma’aani Ahmadi Wa bariqunnu riyabdu, min ma’aani Ahmadi bi layaa lil maulidi

Abdullah nama ayahnya Aminah ibundanya Abdul Muthallib kakeknya Abu Thalib pamannya Khadijah istri setia Fathimah putri tercinta Semua bernasab mulia Dari Quraisy ternama.. Inilah Kisah Sang Rasul yang penuh suka duka yang penuh Suka duka

Baru sampai segitu syair lagu itu kami nyanyikan, di mesjid sudah kedengaran bahwa waktunya berbuka sudah dekat. Aku membagikan teh dan kurma untuk membatalkan puasa.

Setelah membatalkan puasa, kami sholat berjama’ah. Anakku yang nomor dua azan, Hafizh khomat dan si sulung jadi imam. Aku terharu sekali ketiga anakku bergantian memimpin doa seperti yang biasa kami lakukan. Aku bertambah senang sekali ketika anakku yang kedua memimpin doa, karena doa dia itu adalah doa yang belum pernah aku dengar.

Aku membagikan semua makanan itu kepada anak-anak. Aku bilang kalau yakin akan habis semua makanannya makan di sini saja dan kalau tidak boleh dibawa pulang. Semua anak-anak dapat dua box dan satu minuman es kelapa. Hanya satu orang yang makan di sini, yang lainnya membawanya pulang.

Setelah acara usai kami berempat membersihkan teras yang berantakan. Ketika aku ke dapur setelah membesihkan teras, ternyata dapurku berantakan sekali. Aku bingung mau mulai bersihkannya dari mana, tapi aku sangat bahagia sekali bisa membuat anak-anak senang, inilah Ramadhon terbaik yang pernah aku lakukan dalam hidupku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post