Banyak item beban yang dipikul seorang guru perempuan, apalagi kalau ia punya jabatan pula di Sekolah ataupun di Madrasahnya.Sebagai contoh saja, ibu Aini. Beliau seorang kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah swasta di Payakumbuh yang mengajar juga mata pelajaran Bahasa Inggris.Ia mesti datang ke Madrasah pagi-pagi sekali, pukul 07.10 memastikan kesiapan belajar kemduan menjadi pembicara pada apel pagi murid-muridnya di Madrasah. Biasanya pukul 16.00 sore barulah ia pulang lagi ke rumah.Selama di Madrasah banyak hal yang ia kerjakan seperti membimbing murid, mengelola bahan ajar, menyampaikan materi ajar, rapat dengan WK bidang, mencek guru-guru yang terlambat, tidak datang karena sakit, izin dan alfa. Memikirkan keuangan, dana Bos, dan tetek bengek lainnya, yang membuat ia sering sakit kepala.Kadang telat makan karena sibuk, dan juga telat pulang karena banyak pekerjaan, apalagi kalau banyak guru yang tidak datang karena cuaca hujan dan sebagainya, pusinglah kepala sekolah memberi tugas untuk murid-muridnya.

Kalau di rumah, banyak pula kerjaannya, seperti memasak, mencuci, mengurus anak, menyetrika sampai kurang waktu istirahat. Untung ibu Aini punya suami yang pengertian yang mau berbagi meringankan beban sang istri, tanpa segan-segan ia juga membantu memasak, mencuci dan sebagainya.

Kita lihat guru-guru perempuan yang lain, sesampai di rumah stresnya bertambah-tambah, rumah bukan lagi tempat istrirahat, bukan lagi sebagai tempat pulang yang nyaman, namun sebagai tempat bertugas pula selain sekolah.

Semoga guru-guru perempuan mendapatkan pasangan yang mengerti dengannya dan mau meringankan bebannya pula.#31Ditulis oleh: Fitra Yadi, S.PdIDi SarilamakRabu, 04 Februari 2020 H - 09 Rajab