FITRIA

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Berlomba Menjadi yang Terbaik 3 ( Tantangan 17 )

Berlomba Menjadi yang Terbaik 3 ( Tantangan 17 )

Hari ini ayah terlihat lebih segar dari pada biasanya. Bahkan sesekali sudah bisa bangkit dan duduk di pinggir tempat tidurnya.

“ Kamu sholat Zuhur dulu, Nak.”

“Sudah, Yah, tadi di sekolah” jawab Nayla sambil memijit kecil kaki ayahnya.

“ Nayla, ayo makan dulu, terdengar dari arah dapur suara ibu memanggil.

“ Ya, Bu,” Nayla menemui ibu yang sudah menyiapkan makan siang untuk Nayla. Walau hanya telur mata sapi, tapi selera makan Nayla tetap bersemangat. Barangkali inilah keadilan Tuhan. Keberkahan itu selalu ada asalkan hidup ini dijalani dengan ikhlas.

Membersihkan rumah, mencuci piring, mencuci pakaian dan menggosok pakaian merupakan tugas Nayla yang selalu dikerjakan dengan keikhlasan. Ia menyadari tak kan mungkin semua pekerjaan rumah diselesaikan ibunya karena kesibukan ibu mencari nafkah.

“Alahu akbar…Allahuakbar…,” terdengar dari corong mesjid suara azan  pertanda masuknya waktu sholat Ashar. Terlihat cahaya matahari sudah condong ke Barat. Bergegas Nayla mengambil wudhu dan melaksanakan Sholat.

Teringat janji bertemu dengan Anita dan Uni Murni. Nayla pamit pada ayah dan ibu untuk ke rumah Uni Murni. Tidak jauh dari rumahnya sudah terlihat rumah Uni Murni. Rumah Gadang dengan bahan sebagian besar terbuat dari kayu. Menurut cerita nenek dulu rumah Uni Murni dibuat pada tahun 1874. Sampai sekarang masih terlihat kokoh. Apalagi sepuluh tahun yang lalu sudah direnovasi.

Di samping rumah itu berdiri sebuah pondok kecil. Sengaja ayah Uni Murni membuat untuk tempat duduk-duduk di sore hari.

Ketiga sahabat ini sudah berkumpul diwaktu yang tepat. Inilah komitmen mereka bertiga. Kehadiran harus on time.

Beberapa  lembar kertas sudah disiapkan Uni Murni, berisi soal-soal untuk diperlombakan hari ini. Ada 20 buah soal yang nantinya akan dibacakan. Layaknya sebuah perlombaan Olimpiade Sains Nasional ataupun lomba mata pelajaran yang biasa di gelar di sekolah-sekolah. Nayla dan Anita dengan raut muka yang serius menunggu pertandingan dimulai.

“Ayo, kita mulai! kata Uni Murni sambil memegang lembaran soal-soal.

“ Soal pertama, rumusan dasar negara Pancasila yang autentik tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik  Indonesia tahun 1945 pada alinia ke….” Uni Murni mulai membacakan soal pertama.

“ Keempat…” tanpa pikir panjang Anita menjawab dengan semangat.

“ Jawab Anita benar, Nilai seratus,” kata Uni Murni sambil menuliskan skor di papan tulis kecil berwarna putih. Sengaja dibuatkan ayah Uni Murni untuk mereka belajar.

“Soal kedua, Sekitar pukul 16.00 WIB, sebuah mobil berhenti tepat di depan rumah. Aku bergegas berdiri dan menyambut dua orang yang tidak kukenal keluar dari mobil. Lalu, aku menanyakan maksud kedatangan kedua tamu itu. Dengan sikap sopan dan ramah, salah seorang di antara mereka mengatakan hendak bertemu dengan Ayah berkaitan dengan pekerjaan kantor. Tanpa rasa curiga, aku mempersilahkan mereka masuk untuk menunggu kepulangan Ayah. Aku segera meminta Bi Surti untuk menyiapkan minuman. Latar waktu dalam kutipan teks cerita di atas adalah …” soal kedua telah diluncurkan. Kedua gadis itu semakin memasang wajah serius dan sedikit tegang.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post