Fitri Afrina

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Pergi

Maira. Bayi mungil yang kini berusia 8 bulan itu tentu tak akan paham keadaan yang terjadi. Namun, naluri kesedihan dari sang Ibu pasti bisa ia rasakan. Ya, pagi itu ibunya berkemas barang-barang tanpa tahu akan dibawa kemana barang-barang yang ia kemasi itu. Ibunya bukan orang yang tak punya saudara. Ibunya punya keluarga besar yang selama 27 tahun ibunya sudah terbiasa tinggal bersama mereka. Namun, pagi itu tanpa terpikirkan, sang Ibu harus pergi dari rumah itu dengan tujuan yang belum pasti.

Setelah beberapa saat mengemasi barang sambil berurai air mata, mereka meninggalkan rumah itu bersama Ayahnya (Sapri) dan seorang saudara laki-laki (Candra). Setelah selesai Ibu kemudian bergegas menuju ke rumah salah seorang saudara jauh. Sambil menggendong Maira, mereka berjalan dengan begitu cepat dan bergegas. Sampailah mereka di tempat yang dituju, rumah tersebut terlihat sederhana dan dihuni oleh sepasang suami istri, mereka langsung disuruh masuk, kemudian Ibu menceritakan maksud kedatangannya pada hari itu. Ibu untuk sementara menitipkan barang-barang yang sudah dikemas di rumah tersebut. Ya, Ibu memanggilnya dengan sebutan uni. Tanpa berlama-lama setelah dipersilakan, Ibu menitipkan barang-barang di rumah mereka dan segera pamit.

Matahari beranjak ke ufuk Barat, untuk sementara ayah mengajak ibu untuk pergi ke rumah nenek Maira yang terletak berbeda desa dengan rumah saudara Ibunya. Mereka pergi melewati jalan pintas dengan menyeberangi sungai, karena pada saat itu kendaraan belum terlalu banyak. Perjalanan menghabiskan waktu 50 menit dengan berjalan kaki.

Sesampainya di rumah nenek, orang tua Maira tidak menceritakan apapun. Mereka datang seperti biasa untuk bertandang di rumah nenek pada malam itu. Tidak ada yang mencurigakan dari sikap mereka. Nenek pun menyambut dengan senang karena mereka sudah lama tidak datang berkunjung, ya jarak yang cukup jauh dan juga alasan pekerjaan yang membuat mereka jarang bertemu. Malam itu berlalu dengan seperti biasanya, selesai makan malam mereka bersenda gurau di ruang tamu yang hanya beralaskan tikar yang terbuat dari pandan yang terlihat sudah mulai lusuh.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kisah yg mengharukan

12 Mar
Balas

Terimakasih Bu

12 Mar

Terimakasih Bu, saya baru belajar. Maaf jika kata2 yg digunakan masih jlsalah.

12 Mar
Balas

Menyentuh sekali Bu

12 Mar
Balas

Sungguh kisah yang memilukan, seandainya saya yang jadi si Ibu.

12 Mar
Balas

Saya akan coba untuk melanjutkan menulis ceritanya Bu..

12 Mar



search

New Post