Malam berlalu tanpa mata Ibu bisa terpejam, bagaimana tidak Ibu dan Ayah yang tengah kebingungan dengan keadaan yang terjadi sekarang tidak tahu harus tinggal dimana. Ibu juga tidak ingin nenek tahu jika mereka tak bisa lagi kembali kerumah tempat dimana Ibu tinggal. Hebatnya seseorang dalam memecah belah persaudaraan Ibu. Hingga mampu memisahkan Ibu dari saudaranya hanya karena masalah yang tidak begitu fatal. 2 hari Maira dan kedua orangtuanya serta kakaknya tinggal dirumah nenek. Hari ketiga Ibu dan Ayah bersepakat untuk pergi dari rumah nenek sebelum kecurigaan muncul nantinya. Ibu tidak ingin nenek mengetahui masalah yang sedang mereka hadapi saat ini.

Pagi hari, mereka berempat bergegas mengayunkan langkah setelah berpamitan dengan nenek. Tujuan merek saat ini adalah sebuah hutan di kaki bukit yang jarak tempuhnya cukup jauh. Maira hanya terdiam di gendongan Ibu seakan paham dengan kesedihan dan kegundahan dihati Ibunya. Menyeberangi 2 sungai dan mendaki perbukitan, Ibu dan Ayah menjadi orangtua yang tak pernah menampakkan keletihan dengan mengendong anak-anak mereka dengan jarak yang sejauh itu. Mereka sampai disebuah gubuk sederhana dikaki bukit, penghuninya adalah sepasang suami istri yang dulunya adalah teman semasa kecil Ibu Maira. Matahari sudah hampir tenggelam ketika mereka sampai di sana. Untuk semalam mereka bermalam digubuk sederhana yang beralaskan papan dengan dijarakan sekitar 75 cm dari tanah. Tanpa kasur dan selimut hangat Maira malam itu tertidur dengan lelap. Esok paginya Ayah mulai merambah hutan dengan dibantu oleh beberapa orang yang sudah membuka perkebunan di daerah itu.

Bersambung...