Apakah Sebabnya

Oleh: Fitri Anora

Nek Uyut sudah tua. Ya jelas aja. Namanya saja sudah nenek-nenek. Iya kan. Umurnya sudah dekat 90 tahun. Tenaganya sudah kendur. Matanya sudah kabur. Tapi ingatannya masih cukup baik.

Untuk berjalan jauh, Nek Uyut sudah tak sanggup lagi. Ia hanya berjalan di rumah saja. Itupun dengan pelan dan kadang dituntun.

Di bulan Ramadhan ini, anak Nek Uyut melarang Nek Uyut berpuasa Bukan apa-apa. Hanya kasihan saja bila di usia renta begitu Nek Uyut ikut puasa. Khawatirnya akan membuat Nek Uyut sakit.

"Nanti dibayarkan fidiyahnya," kata anak Nek Uyut.

Tapi apa? Nek Uyut tak mau dilarang. Beliau kekeh ikut puasa.

"Bulan puasa datang sekali setahun. Masakan aku tidak berpuasa," begitu jawab Nek Uyut.

Begitulah. Nek Uyut yang berusia 89 tahun itu tetap berpuasa. Anak beliau ketar-ketir khawatir.

Enam hari berlalu. Nek Uyut sukses puasanya. Hebat Nek Uyut.

Di hari ketujuh, Nek Uyut kurang sehat. Batuk dan flu. Anak Nek Uyut tak membolehkan Nek Uyut puasa. Pagi-pagi Nek Uyut dibuatkan teh hangat dan disuruh makan. Tapi Nek Uyut tak mau makan dan minum.

"Aku puasa," katanya.

Setelah dibujuk dan dijelaskan Nek Uyut kurang sehat, barulah Nek Uyut membatalkan puasanya.

Nek Uyut bolong puasa selama lima hari. Setelah itu Nek Uyut ikut puasa lagi.

Sementara itu, di perempatan jalan terlihat sekelompok pemuda duduk-duduk sore. Ada yang berdiri dan ada yang duduk di atas motor. Eh, perhatikan. Salah seorang diantara mereka dengan santai menghisap rokok. "Hei, bro. Elu gak puasa??"

Ada rasa prihatin melihat pemandangan ini. Pemuda yang sejatinya harapan orang tua, masyarakat dan agama, bersikap begitu.

Apakah sebabnya? Nek Uyut yang renta, masih ikut puasa? Padahal secara kondisi fisik, rasa tak mungkin sanggup berpuasa.

Apakah sebabnya? Pemuda yang gagah lagi perkasa, tidak berpuasa? Padahal secara fisik ia kuat. Jauh lebih kuat dari Nek Uyut yang sudah sepuh.

Itu karena, sebuah rasa yang adanya di dada. Bersemayam di hati. Dialah i m a n. ***

MP, 14 April 2022